Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandom/Pair : Alice Nine/HirotoXAuthor
Chapter : Oneshoot aja, gau usah panjang-panjang
Title : “DON’T CALL ME –CHAN AGAIN!!”
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 1/2
A/N : this fic is my gift for Ruki’s b’day, on February 1st this year. and I think he still cute like as child 5 years old, although this year he almost 30th years old. so old, isn’t it?
Disclaimer : this story real my own!!! *maksa*
__31-01-2012__
‘akhh,, besok ulang tahunku. Bener-bener gag ada harapan..’ dengus Ruki dalam hati. Ia juga tak tau harus berbuat apa di hari ulang tahunnya besok
Ya, besok satu Februari di mana ia akan berulang tahun ke tiga puluh
“bersikap santai aja lah. Toh, aku juga gag bakalan nikah” ucapnya terselip sikap optimis. Ruki dengan segera langsung pergi bergegas menuju ruang make up di sebelah
“hi, Ruki-chan… dari mana saja?” Uruha yang sedari tadi berada di depan meja rias itu bertanya ketika Ruki baru duduk di sofa sebelahnya
Dengan posisi berbaring di sofa, ia menjawab sekenanya “tidak dari mana-mana, Uruha-san”
Sedikit Uruha melirik ke arah Ruki melalui pantulan meja rias di depannya, memperhatikan mood Ruki saat ini. Dan benar saja apa yang dipikirkan Uruha, Ruki sedang bad mood.
“lagi bete, ya Ruki-chan?”
“gag kok. Oh, ya Reita mana?” seakan tak mau ditanya-tanya lagi oleh Uruha, Ruki pun mengganti topik pembicaraan
“dia tadi pergi ke kantin sama Aoi-kun, mungkin sekarang masih di sana. Kau mau menyusul?” ucapnya sambil terus memperbaiki rambut coklatnya dan dilanjutkan dengan memoles blush on tak terlalu terang di pipinya
“sebaiknya begitu. Ruki pergi dulu ya, Uruha-san”
“hati-hati Ruki-chan.. dan bilang supaya Aoi-kun cepat kembali ke sini”
Sambil berlalu pergi, Ruki hanya menanggapi suruhan Uruha dengan anggukan sedikit malas. Sebenarnya ia tak terlalu suka dengan panggilan ‘Ruki-chan’ yang diberikan padanya. Memang sih ia yang paling muda di band, tapi ia merasa embel-embel chan itu terlalu kekanakan untuknya yang sudah hampir berumur 30 tahun. Tapi Ruki juga tau, itu artinya Uruha sangat sayang padanya.
‘kenapa aku jadi menemui Reita sekarang?’ Ruki bertanya pada dirinya sendiri. Padahal ia tak berkeinginan untuk bertemu Reita, atau bahkan yang lainnya pada hari ini maupun besok. Seperti ada dorongan saja yang menyebabkan ia agar segera menemui Reita, yang notabene adalah pacarnya.
“oii, Ruki chibi! Kemarilah!!” seru Reita dari jarak yang cukup jauh dari Ruki. Ia jadi terheran heran, kenapa mata Reita bisa mengetahui keberadaan Ruki walau jarak yang cukup jauh seperti ini. Padahal kalau dipikir logika, mata Reita itu sipit sekali. Dan Ruki hanya bisa menghela napas cukup dalam dan berpikir ‘tak ada salahnya juga menghampirinya, toh sudah terlanjur’
Ruki pun menuju meja yang di depannya sudah berada Reita dan Aoi duduk di sana, “Ruki-chan, kok sendirian aja?” tanya Aoi.
‘akh, Aoi-san kenapa malah ikut-ikutan Uruha-san pakai –chan segala sih?’ protes Ruki dalam hati. Batinnya serasa marah, tapi ia tak bisa memarahi mereka yang sudah memanggilnya seperti itu.
“iya, Ruki sendirian saja Aoi-san. Oh, iya tadi Uruha-san berpesan kalau Aoi-san harus segera kembali menemuinya”
“suit,, suit,, Aoi dan Uruha. Tak pernah terpisahkan. Hahahaha” gelegar tawa Reita terdengar hampir ke seisi ruangan, tak terkecuali gendang telinga Ruki yang sedikit kaget dengan suara Reita yang ‘fals’ itu
“oke,oke.. nih uang makanku ini. Nanti kamu bayarkan ya, Rei” Aoi mengambil dompet di kantong celana depannya dan mengambil beberapa uang yen di dalamnya, lalu meletakkannya di meja
“iya. Sudah cepat sana pergi, temui putrimu. Dan biarkan aku berduaan saja dengan Ruki chibi-ku”
“hush!” spontan Ruki menyikut lengan Reita, tak mau ia bersuara lebih nyaring lagi
“daag, Ruki-chan” Aoi melambaikan tangannya pada Ruki
“awas kau Aoi, jangan panggil Ruki-ku dengan sebutan –chan!!!”
Aoi tak menanggapi serius hardikan Reita padanya. Ia terus berlalu meninggalkan Reita dan Ruki
“Ru-chan,, sini deh deket sama aku” tawar Reita atau lebih tepatnya menyuruh tanda kutip maksa
Mau tak mau Ruki meladeninya, walau kehendak hati merasa malas. Ruki duduk tepat di seberang meja tempat duduk Reita.
“kenapa makan gag ajak Ruki?” Ruki bertanya sedikit dengan penekanan, suasana hatinya tambah jelek gara-gara Reita tak mengajaknya makan padahal dia lagi lapar
Reita tersedak mendengarnya, sisa makanan yang masih ada di mulutnya sedikit muncrat keluar
“tadi aku cariin Ru-chan ke mana-mana tapi gag ada” kilah Reita
Dan Ruki tak menggubrisnya
“mm,, Ru-chan mau makan sekarang?” Reita mencoba mendinginkan ‘amarah’ Ruki padanya
“gag nafsu makan. Ruki mau ke studio lagi”
“hei!! Kenapa cepat sekali? Tak mau menemaniku sebentar saja di sini?” Reita mencegah Ruki yang sudah bangkit berdiri meninggalkannya dengan ekspresi memelas
“Ruki masih ada urusan dengan Kai-kun. Kau makan saja sendiri, masa tidak bisa?” ucapnya tegas
“tapi Ru-chan…”
“jangan panggil Ru-chan! Karena Ruki bukan anak-anak!” aura Ruki makin kentara dengan kata-katanya barusan. Reita dibuat bingung dengan sikap Ruki hari ini. Sangat berbeda pikirnya.
Di studio hanya ada Kai dengan berbagai set instrument anak band biasa mainkan. Ia terlihat sedang mengetes suara gebukan yang dihasilkan drumnya. Kai memang begitu, selalu berlatih dan berusaha karena jabatan leader merupakan tanggung jawab besar baginya.
Suara pintu studio terbuka, dengan sesosok Ruki yang menyembul dari luar. “hai, Kai-kun?” sapanya ramah
“hai juga, Ruki-san” seperti biasa, Kai selalu menyunggingkan senyum termanisnya dan memperlihatkan lesung pipi yang terpamapang indah di pipinya
“Kai-kun sibuk?”
“ah, tidak juga. Ruki sendirian?”
Ruki mengangguk pelan “ya.. “
“Ruki sakit? Kok lemas begitu?” tanya Kai khawatir
“iie, Kai-kun.. aku hanya malas dan sedikit.. err.. capek”
“Ruki, istirahatlah.. kau jangan terlalu capek” rasa simpati dan perhatian Kai tak ayal membuat Ruki menuruti kata sang leader tersayangnya. Ia juga tak mau membantahnya ataupun cari masalah dengan Kai. ‘sesuatu’ itulah yang membuat Ruki hanya menurut pada Kai seorang.
“tapi temani Ruki di sini. Ruki mau ngobrol sama Kai-kun, boleh kan?” pintanya agak memohon
“iya aku temani. Memangnya mau ngobrol apa?” Kai bangkit berdiri menuju Ruki yang sudah duduk manis di sofa. Menyejajarkan posisi duduk bersebelahan dengan Ruki, agar Ruki nyaman.
Ruki mengambil nafas agak dalam, lalu mengeluarkannya.. “ettou,,Kai ingat kan besok ulang tahun Ruki?”
“hu’um,, aku selalu ingat tanggal penting seperti itu”
Senyuman manis tersungging di bibir Ruki. Perasaan bad moodnya agak berkurang dari yang tadi
“dan Kai-kun ingat kan besok itu ulang tahun Ruki yang ke berapa?”
“mochiron!! Besok Ruki ulang tahun ke tiga puluh. Mau minta kado apa dariku?”
“bukan kado Kai-kun. Tapi…” ucapannya terhenti, ia masih ragu untuk memberi tahu masalah apa yang sedari tadi menghinggapinya. Ia takut kalau Kai nanti akan menertawakannya.
“tapi apa?”
“tapi.. aku hanya ingin minta pendapat Kai-kun soal ini” Ruki masih belum mengatakannya, dan nampak kalau ia hanya memutar-mutar pembicaraan
Kai makin penasaran dengan gelagat Ruki ini “soal ‘ini’ apa, Ru?”
“umm… menurut Kai-kun, Ruki sudah dewasa atau belum?”
Suasana studio yang sedari tenang, kini tambah tak bersuara. Kai diam, begitu juga Ruki yang menunggu jawaban Kai.
“bagaimana?” Ruki hampir mendesak Kai. Ia memang tak sabaran
“secara fisik dan usia, kau sudah dewasa Ruki.. tapi untuk sifat dan kebiasaan sepertinya belum” terlihat di mata Ruki kalau senyuman Kai kali ini sedikit dipaksakan.
“begitu, ya.. L” Ruki tertunduk lesu mendengar pengakuan itu
“apa yang membuatmu bertanya seperti itu, Ru?”
“teman-teman..”
“kenapa dengan teman-teman?”
“Uruha-san, Aoi-san, dan Reita selalu memanggil Ruki dengan –chan. Ruki gag suka dipanggil begitu, seperti mereka memanggil seorang anak kecil. Padahal Ruki kan udah dewasa..”
“jadi begitu rupanya. Selama kamu merasa dewasa, Ruki yakin aja kalau Ruki memang sudah dewasa. dan bersikaplah juga seperti orang dewasa. Pasti nanti mereka akan memperlakukan Ruki sebagai orang dewasa juga”
Desahan nafas Ruki bisa dirasakan Kai, ia tau pendapatnya kurang bisa diterima Ruki
“selama ini kan Ruki bersikap seperti anak-anak dan postur tubuhmu juga seperti anak-anak. Sebenarnya mereka semua sayang padamu, sehingga mereka memanggil Ruki dengan sebutan –chan itu” kali ini Kai bicara lebih bijak
Ruki mengangguk, membenarkan setiap kalimat yang dilontarkan Kai padanya.
“bersemangatlah Ruki!! Besok adalah ulang tahunmu, dan kita akan bersenang-senang”
“iya! Terimakasih Kai-kun. Ruki pulang dulu, ya. Berlatih menjadi orang dewasa dalam satu malam. Hihihi…^^”
“ahahaha,, berusahalah! Hati-hati di jalan”
“yosh!”
Saat yakin Ruki benar-benar pergi, Kai membatin ‘anak itu selalu saja membuat polah kekanakan, tapi itulah yang membuatku menyayanginya. Ruki, Ruki…’
__Tsuzuku__