Title : Almost
Unreal
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ToraXSaga, ToraXOFC
Chapter : 1/1 –OneShoot-
Genre : angst, drama, romance
Rating: NC-17 (baik kan gue, ngasih rating.. kishishishi..)
A/N : Gue nyomot judul lagu.. (lagi).
Almost Unreal
Roxette
– Almost Unreal
Saga
Takashi, lelaki jangkung itu sudah tiba di kamar asramanya. Setelah agak lama
mencari kamar bernomor 406. Di sanalah ia akan sekamar dengan seseorang yang
juga satu universitas dengannya.
“sumimasen.
Apa kau akan menempati kamar ini juga?” tanya Saga begitu ia masuk ke kamar
barunya dan mendapati seorang lelaki tinggi tengah membelakanginya.
Orang
itu menoleh. Gayanya bisa dibilang cool
dan terlampau sok. Dengan kedua tangan dimasukkan di kantong celana, ia menatap
Saga dingin. “iya. Memangnya kenapa?”
“etto,
aku juga akan di kamar ini. Mohon kerjasamanya” takut-takut Saga menjawabnya.
Ia membungkuk canggung dan itulah yang membuat lelaki dihadapannya itu terkekeh.
“kau tak perlu takut. Aku harap kita bisa jadi roommate yang baik” ucapnya
sudah berada di depan wajah Saga. Jelas perasaan Saga makin takut dan
lekas-lekas beranjak menuju tempat tidurnya.
“hoi,
kau mau ke mana? Itu tempatku, tempatmu di sana”
Saking
gugupnya Saga sampai tak menyadari kalau tempat tidur yang ia tuju sudah ada
barang-barang milik orang itu. Ia pun berjalan kembali ke tempat yang dimaksud.
Malu sekali dia saat ini karena sudah berhasil membuat lelaki itu terkekeh
untuk yang kedua kali.
Lelaki
itu pergi keluar dan menutup pintu. Ia sengaja melakukannya agar Saga tak
merasa gugup berkelanjutan. Dalam hati Saga merasa lega, dengan begini ia bisa
mengatur ‘wilayah’ kamar tidurnya dengan leluasa.
***
Hari
sudah sore, hanya ada Saga yang ada di kamar. Lelaki menyebalkan tadi belum
pulang. Saga berpikir untuk membuat makanan sendiri tanpa harus membeli. Ia
sudah menyiapkan bubur instan dan sebotol ukuran medium air panas. Satu mangkuk
bubur cukup untuk membuatnya kenyang malam ini. Saga mulai memakannya pelan,
pikirannya masih menerawang jauh pada lelaki roommatenya itu. Kali ini ia tak
makan menghadap jendela, melainkan menghadap ‘wilayah’ kamar tidur milik orang
itu. Setiap sudut ia perhatikan namun masih kosong. Hanya ada dua buah tas
cukup besar tergeletak di atas tempat tidurnya.
‘mungkin dia juga baru
datang’
Tak
terasa mangkuk buburnya sudah kosong, dilihatnya merasa tak punya tempat sampah
ia pun akhirnya keluar membuangnya dan meminta kepala asrama untuk memberinya
keranjang sampah.
Saga
kembali ke kamarnya dengan membawa dua buah keranjang sampah. Ia sengaja
mengambil dua karena yang satunya lagi untuk roommatenya itu. Begitu
meletakkannya di pojok ruangan, ia kaget karena roommatenya sudah kembali dan
berbaring terlentang di tempat tidurnya. Barang-barangnya juga sudah diatur
sedemikian rupa.
“ini
untukmu” ucap Saga sambil menaruh satu keranjang sampah di dekat tempat tidur
orang itu. Tak ada sahutan, dan itu cukup untuk membuat Saga kembali ke
‘wilayah’ kamarnya.
“hei. Siapa namamu?”
Cukup
kaget Saga mendengar suara berat itu tiba-tiba. “Saga.. Takashi..” jawabnya
terputus-putus. Laki-laki di depannya itu bangkit dari aktifitas berbaringnya
namun tak beranjak dari ranjangnya. Ia duduk di tepi ranjang dan berhadapan
langsung dengan Saga yang juga melakukan gerakan yang sama.
“Tora Amano. Nice to meet you, boy”
***
Semakin
hari saga sekamar dengan lelaki bernama Tora itu, ia makin merasa kalau ada
sesuatu yang terjadi pada dirinya. Lebih tepatnya, hati dan perasaannya. Tora
selalu memberi perhatian yang lebih pada Saga dan Saga juga merespon dengan
baik. Seperti di hari itu, Saga yang belum makan dan lupa kalau ia tak bawa
uang hanya duduk sendiri di kamarnya sambil melihat Tora yang sedang makan
takoyaki. Begitu tahu Saga yang kelaparan, Tora segera mengambil satu kotak
takoyaki dan memberikannya pada Saga.
“ini,
makanlah. Aku tau kau lapar..” ucap Tora dan sepenuhnya diiyakan Saga
“apa
boleh?”
Tora
memutar matanya “apa perlu aku yang menyuapimu? Cepatlah makan atau kau akan
kelaparan sampai besok” suruhnya lagi
“aa..arigato,
Tora” Saga mengambilnya pelan dan lalu membuka tutup kotak takoyaki itu. Tora
terkekeh kecil begitu melihat ekspresi sumringah Saga yang melihat jejeran
takoyaki nan lezat itu. ‘Sebegitu
laparnya kah dia?’ batin Tora
Semakin
hari hubungan Tora dan Saga semakin dekat. Semenjak insiden kemarin malam Tora
sudah berjanji akan menjadi pasangan yang setia untuk Saga.
***
Di kamar bernomor 406
itu, Saga tak sendiri. Walau berada di tempat yang terpisah, Saga sekali-kali
melirik ke arah Tora yang berbaring di kasurnya sambil membaca buku. Buku
Bahasa Inggris yang cukup sulit dimengerti Saga.
Saga pikir Tora memang
orang yang keren, di saat-saat seperti ini terntunya. Lihatlah dia, berbaring
di kasur membaca buku dengan sebuah kacamata minus yang tampak memperlihatkan
betapa kerennya Tora. Juga kaki kirinya yang sengaja ditekuk ke atas untuk
menopang buku yang ia baca. Terlebih lagi rambut hitamnya yang indah. Saga
tersenyum sendiri dibuatnya.
Kembali ia mengerjakan
tugas-tugas kuliahnya yang cukup membuat ia kehausan. Ia beranjak dari kursi
belajarnya dan ia hentikan seketika begitu Tora memanggilnya.
“kau mau ke mana?”
Saga melihat Tora
menutup bukunya dan duduk di tepi kasurnya.
“cari minum. Aku
haus...”
Tora beranjak dari
kasurnya dan berjalan mendekati Saga. Wajah mereka sangat dekat dan Saga tak
bisa menghindari Tora yang semakin terasa menghembuskan nafas di wajah Saga.
“jangan pergi...”
Saga terkejut dengan
tindakan Tora yang tiba-tiba padanya. Tora melingkarkan kedua lengannya di
pinggang Saga dan perlahan mulai meraih bibir kecil Saga. Tora hanya mengecup
sekilas bibir Saga. Ia ingin tahu respon apa yang Saga berikan sebelum ia mulai
melakukan ‘sesuatu’ yang lebih dari itu.
Saga terlihat kaget
atas apa yang barusan Tora lakukan padanya. Namun segera Tora luruskan apa yang
sebenarnya terjadi padanya. “..kimi ga suki da yo..”
Hal yang paling
diragukan Saga ternyata bisa terjadi. Ia tak yakin kalau Tora mengakui
perasaannya padanya. Sungguh, Saga tak menyangka ini akan terjadi. Terlebih
Saga juga menyukai pria yang ada di depannya ini. Ia tak bisa menyembunyikan
senyumnya, dan Tora melihatnya sebagai ucapan ‘ya’ yang tulus.
Tora kembali melakukan
ciuman yang lebih dari sekedar ia mengecup Saga tadi. Saga balas menerimanya dan
kedua tangannya ia lingkarkan di leher Tora. Sesekali dengan membuat berantakan
rambut Tora dengan meremasnya.
Saga juga tak pernah
menyangka bahwa ia akan mendapati malam itu dengan bercinta dengan Tora. Tak
ada yang perlu ditakutkannya selama itu adalah Tora.
***
Mata
kuliah yang sudah berakhir sejam lalu memunculkan niat Tora untuk mengajak Saga
jalan-jalan sekedar menjadikan itu sebagai sarana perkembangan dari kelanjutan
hubungan mereka.
Mereka
berencana pergi ke pusat perbelanjaan di kota. Berjalan dekat sekali seperti
orang pacaran.
Masih
asyik mengobrol sambil berjalan, Saga nampak senang sekali ketika Tora mulai
mengajaknya bercanda ringan dan itu membuat Saga tertawa. Hal yang paling Saga
sukai dari seorang Tora.
“Tora-kun!” seruan perempuan sukses membuat Tora dan Saga membalikkan badan dan
sudah mendapati gadis cantik berrambut coklat panjang berada di depannya tengah
tersenyum lebar.
“Tora-kun,
akhirnya aku menemukanmu juga.. fiuhh..” ujarnya lega bercampur senang,
ditambah aksen mengelap keringat di dahinya.
“Sayaka, kenapa kau bisa di sini?” tanya Tora setengah tak percaya “..dan kau
sendirian?”
Gadis
bernama Sayaka itu tertawa “ini kan pusat perbelanjaan, Tora-kun.. semua orang
pasti bisa ke sini..” ia kembali terkekeh “..benar aku sendirian datang ke
sini” Sayaka seperti baru menyadari kehadiran Saga di sana, kemudian ia melihat
Saga dengan tatapan intens. Melihat wajah Saga secara seksama, dan itu membuat
Saga merasa risih.
“apa
ada yang salah?” tanya Saga
Tertawa
lagi “tidak, tidak.. kupikir kau tadi perempuan.. tapi setelah lihat ada jakun
di lehermu aku sangat lega” dahi Saga berkerut “lega kenapa?”
“kau
kan laki-laki jadi tak mungkin merebut Tora-kun dariku.. fufufu” spechless
sesaat, antara sebal karena cara tertawa gadis ini yang menjengkelkan dan terkejut
begitu mendengar kalimat ‘merebut
Tora-kun darinya’. Saga menelan ludahnya kesusahan.
Melihat
ekspresi Saga, Tora langsung mengganti topik pembicaraan “mm,, Sayaka, kenalkan
ini Saga teman sekamarku di asrama..” ucapnya. Sayaka pun meraih tangan Saga dan
menjabatnya seraya berkata sopan “Sayaka Itano, tunangan Tora”
Shock
sejadi-jadinya. Wajah Saga sudah panas saat ini.
“Saga
Takashi”
Hal
yang paling tak diinginkan Tora pun akhirnya terjadi. Ia sudah memikirkan
bagaimana reaksi Saga padanya nanti.
“tak
baik kalau mengobrol sambil berdiri. Kita duduk di sana yuk” ajak Sayaka yang
langusng menggaet lengan Tora dengan mesranya. Menambah kecemburuan yang luar
biasa pada Saga.
Tiga
minuman yang sama sudah tersaji di depan mereka masing-masing. Sedari tadi Sayaka
terus saja yang banyak berbicara. Tora menanggapinya dengan jawaban ‘iya’
ataupun mengangguk dan menggeleng. Sementara Saga yang tak tau apa-apa tentang
mereka berdua hanya diam saja. Karena sebagian besar topik yang dibicarakan Sayaka
adalah hubungannya denga Tora selama ini.
“Tora-kun
akhir-akhir ini sulit dihubungi..” keluh Sayaka “sudah jarang juga berkunjung
ke rumah. Mama kangen lho..”
Tora
diam memikirkan jawaban apa yang pas tanpa harus menyakiti perasaan Saga.
“maaf, awal bulan kemarin adalah tahun pertamaku di universitas jadi aku harus
lebih fokus..” jelasnya “aku titip salam dan permintaan maaf pada Oba-san”
“hmm,,
baiklah.. oh iya, kita sudah setahun bertunangan. Kapan Tora-kun melamarku?”
Belum
sempat dijawab, Tora dan Sayaka sudah kaget lebih dulu dengan Saga yang terbatuk
dengan air yang ia minum. Buru-buru Saga
menutup mulutnya dan mencoba bertingkah sewajarnya.
“aku,,
masih memikirkannya. Kau tak keberatan, kan?” Tora makin berhati-hati dengan
ucapannya. Ia sudah tau Saga sudah terlanjur sakit hati.
Sayaka
menghela napasnya berat-seperti keberatan sekali dengan pernyataan Tora
barusan- “terserah Tora-kun saja, tap—”
“ano, maaf aku harus pulang sekarang. Maag-ku kambuh, aku harus istirahat” Sela
Saga memotong ucapan Sayaka “Sayaka-san, Tora, aku pamit. Maaf..”
“Saga,
kau tak apa-apa? Biar aku antar, ya” Tora menahan Saga yang sudah berdiri.
“tidak perlu, aku naik taksi saja. Tora lebih baik temani Sayaka-san saja”
ucapnya sebisa mungkin untuk tersenyum. Tora tak bisa berbuat apapun, kalau ia
tetap mengejar Saga, Sayaka pasti akan curiga dan ia tak mau hal yang lebih buruk
terjadi menimpa Saga.
Kini
hanya ada mereka berdua. Sayaka makin leluasa berbicara lebih banyak lagi pada
Tora. Tapi Tora tak merasa senang, hati dan pikirannya terus memikirkan Saga
seorang. Hanya ada Saga di otaknya saat ini.
Saga
tak benar-benar sakit, ia berbohong pada Tora supaya ia tak mau melihat
kemesraan Tora dan Sayaka terus-terusan. Ia memang melankolis, dan itu
berpengaruh pada perasaannya. Sekali saja hatinya sakit, ia tak peduli akan
mengeluarkan air mata di saat itu juga. Seolah berusaha menutupi apa yang
terjadi pada dirinya, Saga memilih untuk pergi dan menghindar dari Tora.
Iphone
nya ia keluarkan, menulis e-mail singkat yang mungkin menjadi e-mail terakhir
yang diberikan untuk Tora.
Sakit.
Hatinya benar-benar sakit ketika melihat orang yang sudah berjanji padanya
untuk setia harus menerima kenyataan bahwa orang itu sudah mempunyai tunangan
yang tinggal menghitung hari saja untuk menikah.
Di
bangku taman yang memanjang itulah Saga terduduk lemas, memeluk kakinya dan
menenggelamkan wajahnya di antaranya. Ia menangis, pilu sekali. Jika Tora
mendengarnya pastilah ia akan memeluk Saga dan menenangkannya dengan beberapa
ciuman hangat di wajahnya. Hanya itu yang bisa menenangkan Saga ketika ia
menangis. Cuma Tora yang bisa melakukannya.
Sayaka
masih berbincang-bincang dengan Tora. Wajahnya bahagia sekali bisa bertemu
tunangannya yang sudah lama tak bertemu dengan tanpa sengaja. Di saat itulah
handphone Tora berdering kecil.
Mau
tak mau Sayaka menghentikan obrolannya. Ia ingin tau siapa orang yang
mengganggu kesempatan berduanya bersama Tora.
Tora
membuka handphonenya dan ada sebuah e-mail masuk dari Saga. Ya, dari Saga.
From : Sagachii
Subject : Bye
Message : Jangan cari aku
Shock.
Tora sangat terkejut dengan isi pesan yang diberikan Saga. Ia menyesal, sedih
bercampur marah. Saga sudah terlanjur sakit karenanya.
“dari
siapa?”
“bukan dari
siapa-siapa”
“oh..” Sayaka melihat ekspresi Tora yang seperti menyembunyikan sesuatu. Ia
curiga dengan Tora. Selama ini ia tak pernah melihat Tora sekhawatir itu.
“Tora-kun, sebenarnya ada apa sih?”
“tidak
ada, aku baik-baik saja. Tak usah cemas” dalam pikiran Tora, jika Sayaka tau
Saga adalah pacarnya, dia pasti akan memberitahu ayah dan ibu Tora. Dan kalau
itu benar-benar terjadi, Tora mungkin tak akan pernah bertemu Saga lagi.
“Sayaka, aku ingat kalau hari ini aku harus menemui dosenku. Dan sekarang
waktunya, maaf aku harus segera pergi” bohong Tora. “ya.. tak apa. Hati-hati di
jalan” ucap Sayaka dengan ketidak relaan dari ucapannya. Sayaka makin paham
kalau Tora sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Tora
berlari dari luar gedung asrama sampai ke kamarnya. Sampai di depan pintu, ia
memutar kenopnya hati-hati. Tidak dikunci. Ia buka perlahan dan masuk ke sana.
Kosong tak ada orang. Saga tak ada di sana. Barang-barang milik Saga masih rapi
berada di tempatnya. Tora terus memutar otak di mana tempat biasanya Saga
selalu tuju.
Namun
sebelum itu ia mengambil handphonenya dan menelepon Saga. Sial baginya,
handphone Saga tidak aktif. Berkali-kali Tora coba, tetap tidak tersambung. Marah
bercampur khawatir Tora rasakan di benaknya. Secepat kilat Tora menuju tempat
yang mungkin Saga sedang berada di sana.
Taman
tepi danau
“hosh..hosh.hosh...”
Sebuah
pohon besar tumbuh di samping bangku panjang tepi danau. Tora berhenti karena
menangkap sosok tubuh kurus sedang tertunduk di bangku itu. Ia perlahan
mendekatinya. Tora memandang sosok itu dengan sedih. Sejahat itukah ia sudah
menyakiti perasaan orang di depannya? Sampai ia tak kuat mendengar tangisan
yang makin menyayat hatinya.
“Saga..”
Ia mendongak, dengan wajah yang sudah basah. “sudah
kubilang jangan cari aku!!” serunya membuang muka.
“aku
dan Sayaka tak akan pernah menikah. Karena aku sudah memberitahunya tentang
hubunganku denganmu” ucap Tora tegas, tak ada keraguan dalam ucapannnya.
“gomen..
gomen na, Saga.. hontou ni gomen..” ucap Tora terdengar pelan. Ia benar-benar
menyesal.
“aku
tak akan membiarkanmu pergi. Dan kau akan tetap bersamaku, Saga” dengan cepat
Tora memeluk Saga. Mendekapnya dan menenangkannya agar kesedihannya cepat
berakhir.
Angin
awal musim dingin bertiup cukup keras menerpa mereka. Tora terus mengucapkan
maaf berulang-ulang sampai tangisan Saga berhenti. Lama Saga menundukkan
wajahnya, ia pun menatap Tora lirih.
Sambil
mengusap lelehan air mata yang membanjiri wajah Saga, Tora berucap..
“I
promise you.. my dear”
OWARI
last edited: 2013/04/12