Title: Nothing Impossible
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/1-Oneshot-
Pairings: KiliXKen
Genre: SHOUnnen-Ai, Fluff, some part of comedy
A/N: Bahasa yang labil dan jangan berharap bisa nemuin part yang bikin mewek, coz this is NOT serious fic.
Chapter: 1/1-Oneshot-
Pairings: KiliXKen
Genre: SHOUnnen-Ai, Fluff, some part of comedy
A/N: Bahasa yang labil dan jangan berharap bisa nemuin part yang bikin mewek, coz this is NOT serious fic.
Nothing Impossible
KORN – Burn The Obedient
KORN – Burn The Obedient
Menyenangkan
bukan saat kita bertemu dengan orang yang kita sukai dengan cara yang tidak
terduga dan tak disangka-sangka? Terlebih lagi dia juga menyukai kita.
Lengkaplah kebahagian itu. Sama halnya seperti yang kualami akhir-akhir ini.
Aku mendadak menjadi orang paling bahagia setelah bertemu seseorang yang
ternyata adalah adik sepupu sahabatku sendiri, Suzune.
Awal cerita
sangat sederhana, bertempat di kediaman Suzune, aku bertemu secara tak sengaja
dengan makhluk manis seperti bidadari.
“Suzune san, aku
ambil rekaman ku ya. Buru-buru nih!” aku masuk saja ke dalam rumahnya yang
kebetulan tidak terkunci. Sudah biasa aku keluar masuk rumah Suzune seperti
itu, begitu juga saat ia ke rumahku.
Dan apa-apaan
itu? Dia asik saja menonton tv sementara panggilanku tak disahutnya. “hoi,
Suzune! Aku ambil ini, kau dengar tidak?”. Suzune yang kupanggil pun menoleh ke
arahku dengan santainya.
“ada apa?” oh
sial, ternyata yang kupanggil itu bukan Suzune. Dia ini siapa?? Manis sekali.
Tunggu dulu, kenapa bisa ada orang seimut ini di rumah Suzune yang notabene
bertampang sangar ala yakuza kelaparan? Saudaranya? Gak mungkin! Tetangganya?
Yang benar saja, tentangganya kan cuma aku! Aku terdiam beberapa saat, antara
bingung dan terpesona melihat makhluk di depanku ini.
“kamu temannya
Suzune? Maaf, sekarang dia sedang pergi..mungkin sebentar lagi pulang” ucapnya
ramah, tapi suaranya kenapa bisa maskulin begitu? Bahkan suaraku saja tak bisa
seperti dia. Dia ini laki-laki berwajah imut apa gadis yang sedang flu berat?
“ah, tidak
tidak. Aku..h.hanya mengambil ini saja. Yasudah,.a.aku..p.pergi sekarang” kagok
minta ampun. Kenapa aku jadi grogi begini, bicara saja terputus-putus. Ah, ini
semua salahnya kenapa punya tampang manis nan imut seperti itu!!
Baru saja hendak
keluar dari rumahnya, Suzune tiba-tiba datang. Kami berdua sama-sama kaget, dan
mungkin aku yang paling kaget melihat dia. Tampangnya lebih sangar dari
biasanya, rambutnya menjadi lebih rockstar dan piercing di telinga itu
sepertinya baru dipasang lagi.
“oh Kili! Hey,
man kau sedang apa di rumahku?”
“kau dari mana saja? Nih, aku ambil rekamanku lagi. Dan kau mengirim orang itu ke sini untuk menjaga rumahmu ya?” tunjukku ke dalam rumah dengan kesal.
“siapa? Maksudmu Ken chan? Haha,, dia itu sepupuku. Kau pasti takkan percaya”
“kau dari mana saja? Nih, aku ambil rekamanku lagi. Dan kau mengirim orang itu ke sini untuk menjaga rumahmu ya?” tunjukku ke dalam rumah dengan kesal.
“siapa? Maksudmu Ken chan? Haha,, dia itu sepupuku. Kau pasti takkan percaya”
Apa?? Sepupunya
dia bilang? Kenapa bisa jauh sekali bedanya. Yah walaupun saudara sepupu, tapi
minimal kan masih ada satu dua segi yang mirip. Dan ini, Suzune dan siapa tadi,
Ken chan.. haehh mereka bagaikan Surga dan Neraka.
“dia baru saja
ke sini, sekedar liburan. Di Kumamoto dia bilang liburannya membosankan.
Makanya dia ke sini” jelasnya sambil merapikan setiap helai rambutnya yang baru
itu. “bagaimana, dia manis kan?” apa-apaan dia melirikku seperti itu. Aku ingin
muntah.
“aku tau kau
suka padanya. Gelagatmu itu loh, bisa ditebak” nada bicaranya menyebalkan
sekali “..tapi jangan salah kira, dia itu laki-laki”
“heeee??!!”
Terdengar suara
tertawanya yang jelek. “kalau kau mau, aku bisa mengenalkannya. Tapi periksa
dulu ‘anu’ mu. Kalau bagus pemeriksaan, boleh” Dia mengejekku, sialan!!
“aku tak butuh!
Aku mau pulang, dasar rockstar nyasar!”
Aku pun pulang
dengan perasaan kesal bukan main. Terserah dia mau bilang aku suka pada
sepupunya, tapi ini dia bilang ‘anu’ku tidak bagus. Tidak bisa dimaafkan!
Niatku mengambil
rekaman solo gitarku di rumah Suzune tadi adalah membuatnya lebih bagus lagi,
tapi kenapa rekaman sudah ditangan niat itu jadi hilang? Padahal kertas not
sudah di depan mata, dan mendadak aku malas bermain gitar.
Kepikiran sepupu
Suzune tadi.
Dia memang
manis, sih. Tapi sayang laki-laki. Kalau perempuan sudah kujadikan pacar, gak
peduli aku nantinya akan bersaudara dengan si rockstar nyasar itu.
Kulihat jendela
kamarku, cuacanya lumayan cerah. Jalan-jalan sepertinya bukan keputusan yang
buruk.
Eh, tunggu dulu.
Dia kan Ken? Ngapain manjat-manjat pohon begitu? Ke sana ah..
Aku sudah berada
di rumah Suzune lagi, melihat sepupunya sedang di atas pohon jeruk yang cukup
tinggi. Sepertinya dia kesusahan meraih jeruk matang di sana.
“hei, perlu
bantuan?” tawarku. Dia melihat ke bawah tepat ke arahku. Wow, wajahnya yang
terkena keringat makin membuatnya imut.
“tidak perlu, aku bisa sendiri kok”. Dia kembali lagi meraih jeruk itu dengan susah. Letaknya memang jauh dari jangkauannya, tapi hanya itu satu-satunya jeruk matang yang tersisa. Tangannya terus menggapai dengan kakinya yang nyaris ia jinjitkan. Hingga akhirnya kakinya menginjak dahan pohon yang licin.
“tidak perlu, aku bisa sendiri kok”. Dia kembali lagi meraih jeruk itu dengan susah. Letaknya memang jauh dari jangkauannya, tapi hanya itu satu-satunya jeruk matang yang tersisa. Tangannya terus menggapai dengan kakinya yang nyaris ia jinjitkan. Hingga akhirnya kakinya menginjak dahan pohon yang licin.
“KYAAAAA!!!”
“heii!!!”
HUP
Dia jatuh dari
pohon tinggi itu, dan untung saja aku ada di bawah. Cukup berat memang, tapi
daripada dia terluka lebih baik aku yang merasakan beratnya.
“hh..h..kamu gak
apa-apa?” menggendongnya butuh tenaga yang luar biasa, aku sampai kehabisan
napas.
“gak..akh, kakiku sakit!” melihat ekspresi kesakitannya, aku langsung membawanya ke dalam rumah dan membaringkannya di sofa. Jangan kau berpikir aku akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Aku tak tega melihat dia seperti itu, jadi aku obati saja dia.
“gak..akh, kakiku sakit!” melihat ekspresi kesakitannya, aku langsung membawanya ke dalam rumah dan membaringkannya di sofa. Jangan kau berpikir aku akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Aku tak tega melihat dia seperti itu, jadi aku obati saja dia.
Kuambil sebuah
wadah berisi air hangat dan handuk di belakang. Bahkan aku sampai tahu tempat
biasa Suzune menyimpan barang-barang itu.
“ini akan
sedikit sakit, jadi bersabarlah”. Handuk yang tadi kuambil, kurendam di air
hangat dan memerasnya sedikit untuk di basuhkan ke kakinya.
“kaki mana yang
sakit?”
“kanan.. ekh” langsung saja kugulung celana panjangnya hingga lutut. Dan oh apa ini? kakinya putih sekali, sayangnya ada sedikit bundaran lebam di sana. Kukompres perlahan di bagian lebam itu dan sesekali dia mengerang kesakitan. Dengan cara ini sakitnya akan sedikit berkurang.
“kanan.. ekh” langsung saja kugulung celana panjangnya hingga lutut. Dan oh apa ini? kakinya putih sekali, sayangnya ada sedikit bundaran lebam di sana. Kukompres perlahan di bagian lebam itu dan sesekali dia mengerang kesakitan. Dengan cara ini sakitnya akan sedikit berkurang.
Begitu aku
meletakkan handuk hangat ke dalam wadah, secara tak sengaja aku bertemu pandang
dengannya. Dia terlihat segera memalingkan wajahnya. Kenapa dengannya? Oh, aku
tau, pasti dia iri melihat ketampananku yang luar biasa ini. hahaha..
“terima kasih..”
ucapnya pelan.
“ah iya.”
“ah iya.”
“bagaimana kalau
kamu makan siang di sini, kebetulan aku baru saja membuat kare. Mau, ya?”
tawarnya ramah. Aku tak bisa menolaknya karena memang aku lapar. Tapi bagaimana
kalau tidak enak? Dia kan laki-laki, bukan seorang chef juga. Ah, masa bodoh.
Aku lapar sekali sekarang, dan aku butuh makan segera.
“ya baiklah.”
“akan kuambilkan. Tunggu di sini saja” Dia pun berusaha berdiri masih dengan kaki yang terkilir itu. Sebenarnya aku masih ragu dengan kakinya, bisa tidak ya dia membawa dua piring kare dengan sukses kemari.
“akan kuambilkan. Tunggu di sini saja” Dia pun berusaha berdiri masih dengan kaki yang terkilir itu. Sebenarnya aku masih ragu dengan kakinya, bisa tidak ya dia membawa dua piring kare dengan sukses kemari.
Butuh beberapa
waktu untuk ia bisa kembali ke sini. Dua buah piring berisi nasi kare telah ia
bawa, hmm wanginya enak sekali.. aku semakin lapar nih.
“maaf lama. Kare
nya dihabiskan, ya. Aku ambil airnya dulu” setelah dia meletakkan nasi kare
yang terlihat minta dimakan itu pun, dia pergi ke belakang lagi. Tentu saja,
kau tak akan bisa menikmati enaknya nasi kare tanpa satu atau dua gelas air
minum.
Dari wanginya
sih enak, pasti rasanya juga enak. Nyam nyam nyam..
Tak lama seperti
tadi, dia membawa dua gelas kosong dan sebuah botol air minum ukuran besar. Tingkahnya
sudah seperti seorang istri yang membawakan makan dan minum untuk suaminya.
Astaga, bicara apa aku bodoh?! Memangnya aku berharap dia menjadi istriku?!
Dia mulai
memakan nasinya dan tak ada yang prlu dicurigai dari ekspresinya saat
memasukkan nasi itu ke mulutnya. Itu berarti kare ini aman. Segera aku makan
satu sendok penuh nasi kare itu. Mengunyahnya seperti biasa.
Satu detik..
dua detik..
tiga detik..
Mendadak
telingaku menjadi panas, mataku berair, dan mulutku serasa terbakar.
PEDAS BANGET,
GILAAAA!!!!!
Cepat-cepat
kutelan dan menyerbu air minum di sana. Rasanya seperti memasukkan gunung
meletus ke dalam mulut. Dan dia makan dengan santainya sampai habis, sementara
punyaku masih banyak! Aduh, baru satu suap kenapa sudah sakit perut? Tengsin
kan numpang ke wc sekarang??
“kamu kenapa?
Gak enak, ya?” dia melihatku dengan tatapan kasihan. Oh kasihani aku yang
kepedasan dan sakit perut ini..!!
“kare nya
sedikit pedas, ya?” aku gak bisa bilang jujur, nanti dia marah bagaimana?
“oh, iya. Tadi aku buatnya memang pakai cabai bubuk setengah botol karena aku suka pedas” jelasnya. Setengah botol itu sudah melewati batas pemakaian yang dianjurkan keluargaku, tau!! Dia orang apa naga sih? Sudah mau mati nih!!
“oh, iya. Tadi aku buatnya memang pakai cabai bubuk setengah botol karena aku suka pedas” jelasnya. Setengah botol itu sudah melewati batas pemakaian yang dianjurkan keluargaku, tau!! Dia orang apa naga sih? Sudah mau mati nih!!
“kalau gak tahan
pedas, gak usah dimakan juga gak apa-apa” akhirnya dia mengerti juga..
“beneran kamu gak marah karenya gak aku habisin?”
“enggak. Lagipula mukamu udah merah gitu, aku takut”
“beneran kamu gak marah karenya gak aku habisin?”
“enggak. Lagipula mukamu udah merah gitu, aku takut”
WHATT?!! Jadi
dari tadi mukaku merah di depan dia? Kenapa aku gak sadar!
Daripada
kelamaan di sini lebih baik pulang cepat, perut udah ga bisa diajak negosiasi
lagi ini.
“ah, aku pulang
sekarang. Terima kasih makanannya” aku berharap tidak makan itu lagi. Baru
hendak berdiri, tanganku ditariknya dengan cepat.
“ada apa?”
“ada apa?”
“aku yang
harusnya berterima kasih. Besok ke sini lagi,ya.. aku buatkan yang gak pedas”
ya ampun,.. dia pake senyum segala. Manis amat! Besok? Dia janji mau bikinin
aku kare yang gak pedas? Hmmm.. keanya boleh tuh, lagipula sebenarnya itu kare
enak juga. Makan gratis lagi~~
“iya deh, aku
main ke sini lagi besok”
Aku pun pulang,
dengan ucapan ‘hati-hati di jalan’-nya. Dan siang ini kuhabiskan dengan bersama
Ken di rumah Suzune. Padahal aku belum berkenalan dengannya, tapi aku sudah tau
namanya berkat Suzune. Ngomong-ngomong sedari tadi dia tau namaku tidak, ya?
Ah, bodo amat.
***
“ini gak pedas,
kan?” tanyaku saat sepiring nasi kare berwarna sama seperti kemarin sudah
terhidang di meja.
“enggak. Makan aja deh”
“enggak. Makan aja deh”
Yah, aku paling
tidak bisa berkutik kalau dia sudah tersenyum. Nasinya pun kumakan, satu
detik..
dua detik..
tiga detik..
dua detik..
tiga detik..
AMAN!!!!!!
Banzai!!
Banzai!!! Ini harus dirayakan! Karena aku terbebas dari rasa pedas seperti
kemarin.
“enak kan?”
saking asiknya melahap kare buatannya, aku sampai tak sadr sudah makan lima
sendok tanpa henti. “ah, iya.. enak sekali. Kamu jago masak rupanya”
Dia tertawa
“ibuku yang mengajariku, katanya sih supaya aku bisa mandiri” aku terus
memasukkan nasi kare itu ke dalam mulutku “..aku senang sekali ada yang bilang
masakanku enak. Terlebih itu laki-laki”
Aku sedikit
kaget mendengarnya, nadanya seperti kepasrahan. “memangnya orang bodoh mana
yang bilang masakanmu tidak enak?”
“ayahku”
WTF! Berarti aku
bilang ayahnya bodoh, dong? Salah ngomong jadinya. “maaf ya.”
“aku pikir
perkataan ayahku benar, kalau aku bukan laki-laki macho seperti Suzune.
Keahlianku hanya memasak dan merajut. Bukankah itu aneh, Kili?”
Ya ampun, sampai
ayahnya bilang seperti itu wajar saja.. memasak? Merajut? Yang bisa melakukan
itu hanya Ibuku! Ken benar-benar aneh jadi cowok.
“sebenarnya iya.
Apa kau tak pernah mencoba bermain musik seperti yang dilakukan Suzune?” dia menggelang.
Sudah kuduga.
“apa kau mau mencoba? Aku bisa melatihmu bermain bass”
“benarkah?”
“ya, itu jika kau mau”
“aku mau aku mau!!” dan schedule ku saat ini tidak lagi bermain band dengan Suzune saja, tapi sekarang memberi les belajar bass privat untuk Ken.
“apa kau mau mencoba? Aku bisa melatihmu bermain bass”
“benarkah?”
“ya, itu jika kau mau”
“aku mau aku mau!!” dan schedule ku saat ini tidak lagi bermain band dengan Suzune saja, tapi sekarang memberi les belajar bass privat untuk Ken.
“aku punya bass
di rumah, kau bisa belajar di sana. Aku jamin tak akan ada yang terganggu”
ucapku penuh kepercayaan diri dan mengeluarkan aura ketampananku yang lebih
padanya, supaya dia makin mengagumiku. Huahahaha..
Hari itu pun aku
mengajarinya sampai tiga hari berturut-turut. Setelah di hari ketiga, aku
menyarankan Ken untuk bergabung di band ku dan Suzune. Melihat ia cukup cepat
menguasai teknik bass yang kuajarkan. Suzune pun tak keberatan merekrut Ken
karena sebelumnya band kami belum mempunyai bassis tetap.
Tapi setelah dia
hampir sepekan bergabung, ia harus kembali ke Kumamoto karena liburannya di Tokyo
sudah berakhir. Sebelum dia pergi, aku sempatkan bilang padanya kalau selama
ini aku menyukainya. Memang benar, aku tak berbohong. Sejak pertama kali aku
bertemu dia di rumah Suzune, aku sudah merasakan sinyal cinta di dalam diriku.
Terdengar berlebihan tapi aku sangat menyukainya. Dan setelah kuberitahu hal
itu, dia hanya tersenyum manis seperti biasa. Kau tau apa yang ia ucapkan
padaku?
Dia menyukaiku
juga. Sejak saat aku menolongnya terjatuh dari pohon waktu itu. Yah, walaupun
jatuh cinta kami berbeda situasi dan kondisi, tapi tetap saja kami saling
menyukai. Dia memang cowok yang aneh dengan hobi memasak dan merajut, tapi
dengan aku mengajarkannya bermain bass, aku yakin sesampainya di Kumamoto ia
akan bilang pada ayahnya bahwa..
“I’M NOT A LOOSER,
DAD!!!!”
Owari
No comments:
Post a Comment