Title: Still Miss You, Baby
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pairings: I’llXHAL
Warning: ujung-ujungnya gak jadian -_-”
A/N: Thanks to author love_sanaka @LJ who had inspiring me to wrote this fic. Coz I love Hal the cute bishie indeed, so I tried to make this (succesfully makes him and Airu to be my OTP).. and this is the first Fest fanfic I’ve made, I’m sorry if some disaster in anywhere #authoramatiran.
Pairings: I’llXHAL
Warning: ujung-ujungnya gak jadian -_-”
A/N: Thanks to author love_sanaka @LJ who had inspiring me to wrote this fic. Coz I love Hal the cute bishie indeed, so I tried to make this (succesfully makes him and Airu to be my OTP).. and this is the first Fest fanfic I’ve made, I’m sorry if some disaster in anywhere #authoramatiran.
Still Miss You, Baby
FEST VAINQUEUR – I Don’t Want to Miss a Thing (Covered)
FEST VAINQUEUR – I Don’t Want to Miss a Thing (Covered)
Bagiku, tak ada seorangpun yang mampu mengalahkan
kelembutan suaranya, dan pesan yang dibawanya melalui sebuah lagu ciptaannya.
Tak ada yang mampu kurasa, hanya dia yang memiliki itu semua. Terlalu egois?
Ah, aku hanya mengungkapkan kenyataan tentang dirinya. Makhluk manis bersuara
malaikat yang sekarang berada tak jauh dariku inilah yang kumaksud. Sosok
seorang vokalis yang membuatku antusias bergabung dengan band kecil ini. Hanya
dia yang mampu melakukannya.
Terkadang aku membayangkan agar bisa lebih dekat
lagi dengannya, yah~ sekedar mendiskusikan aransemen lagu minimal. Aku suka
semua yang ada pada dirinya. Semua terlihat sempurna, bahkan wajah lelahnya
yang tak henti mengatur lagu itupun juga sangat indah. Walaupun tubuhnya secara
fisik memang kecil, tapi jauh di dalam sana ada sebuah kekuatan besar yang
entah itu apa sudah bisa membuatku sangat jatuh cinta padanya. Tak hanya
suaranya yang bak malaikat, senyumnya pun jika terkembang jelas menampakkan
sisi kebaikan hatinya.
Lelaki yang manis.
“Airu-san, kau belum pulang?” ia menoleh sedikit ke
arahku dan kembali memfokuskan kertas liriknya lagi.
Wajar saja dia bertanya, karena yang lain sudah
pulang lebih dulu meninggalkan kami berdua di sini. “aku belum ingin pulang sekarang..”
Sebenarnya tidak ada alasan penting aku masih bertahan di sini, hanya saja aku
masih ingin lebih lama bersamanya.
“mau membantuku menyelesaikan ini?” suaranya
terdengar lebih berat, itu tandanya ia sudah mulai kelelahan.
Aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Mengambil
kertas yang sudah penuh dengan coretan lirik dan nada. Kuperhatikan dengan
seksama lirik yang sudah ia buat.
Menarik. Sebuah lirik cinta lagi.
“kau membuatnya dengan sangat bagus, Haru-san. Aku
harus menyelesaikan bagian apa?”
“buatlah nada yang menyentuh. Aku ingin pesan lagu ini tersampaikan..” wajahnya semakin terlihat lelah dan matanya setengah tertutup.
“buatlah nada yang menyentuh. Aku ingin pesan lagu ini tersampaikan..” wajahnya semakin terlihat lelah dan matanya setengah tertutup.
“haahh.. aku mengantuk” dia menguap dan meregangkan
tangannya ke depan “..aku tidur sebentar di sini ya, tak ada yang lihat juga..
mmh,, oyasumi”
Tidak salahkah ini? Malaikatku menjadikan pundak
kiriku sebagai tempat untuknya bersandar? Aku harap aku tak salah mengira atas
tindakannya ini. Ya Tuhan, jantungku berdegup kencang, tidak seirama dengan
desahan nafasnya yang menyapu pundakku.
Matanya yang terpejam dan tak bergeming sedikitpun
sangatlah damai. Hmm.. wangi shampoo yang ia pakai tadi pagi masih tercium
jelas di rambut merahnya. Cukup membuatnya nyaman di pundakku dan aku harus
tetap terjaga menyelesaikan lagu ini.
Yah, lagu berlirik cinta dan sangat puitis ciptaan
Hal yang juga kusukai. Kuambil gitar terdekat-sebisa mungkin tanpa pergerakan
besar agar ia tak terbangun- dan memangkunya. Memilih nada yang pas dan pesan
lagu ini bisa tersampaikan.
Sudah hampir selesai, kulihat jam dinding
menunjukkan pukul satu malam. Tidak terasa, padahal awalnya aku sangat
mengantuk dan rasa kantukku segera hilang dengan keberadaan Hal di sini.
Tertidur lelap di pundakku dengan kedua tangan yang saling merapat.
Aku ingin memeluknya.
‘Airu, sadar!’
Kupetik lagi gitar akustik yang masih kupangku itu.
Sedikit lebih nyaring begitu kumainkan nada chorus. Sebuah gerakan terasa dari
arah Hal.
Akh, dia terbangun.
“mmh, Airu-san jam berapa ini?” ucapnya masih dengan
mata setengah tertutup. “satu malam..” dan sukses membuat matanya terbuka
sepenuhnya.
“eeh? Kenapa tak membangunkanku? Lagunya bagaimana?”
pertanyaan yang sulit di jawab. Tentu saja aku tak membangunkanmu karena aku
ingin lebih dekat denganmu, dan tentang lagu..sebenarnya sudah selesai tapi
tetap saja.. aku tak ingin membangunkanmu sekarang.
“tidurmu sangat nyenyak. Memang siapa yang bilang
sendiri kalau kau butuh istirahat?” ucapanku membuatnya terdiam, membenarkan
faktanya.
Oh, dia mengembungkan pipinya, manis.. “aku tidak
memaksakanmu untuk menyelesaikan lagunya malam ini juga, kan?”. Itu juga memang
benar, hanya aku saja yang terlalu memaksakan diri. Karena siapa juga? Itu
untukmu Hal, kau tak mengerti..
Ia mendesah pelan, segera bangkit dan memeriksa
beberapa lembar kertas liriknya. Diamatinya dengan teliti, membandingkan dengan
coretan di kertasnya saat terakhir kali ia memberikannya padaku. “jangan bilang
ini sudah selesai”. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan melirik tak tentu
arah.
“Airu! Dasar kau!” dia meninju pelan bahuku dan
sedikit terlihat senyuman di bibirnya. Tak lama ia bergegas ke sofa yang ada di
depan dan mengambil jaket serta syalnya. Gawat, dia mau pulang.
“Haru-san! Chotto matte!”
“ada apa?”
“kau mau pulang?”
Dia mengangguk.
“aku ikut..”
Yah, kami sudah berada di jalan menuju pulang ke
apartemen masing-masing. Cukup berjalan kaki karena jaraknya tak terlalu jauh.
Rasanya sedikit canggung saat kami berjalan bersama. Aku ingin mulai bicara,
tapi topik apa yang bagus?
“aku sangat suka suasana malam seperti ini..”
lamunanku buyar saat Hal tiba-tiba berucap pelan.
Alisku naik sebelah, “kenapa kau menyukainya?”
“karena menenangkan. Aku bisa membuat lagu dengan
mudah.”
Oh, aku baru tau. Ternyata dia tipe pria yang
romantis, sesuai dengan lirik lagu ciptaannya selama ini.
“Haru-san, pasti kau punya banyak pengalaman saat
membuat lagu” entah mengapa pertanyaanku ini terlontar begitu saja.
“ah, tidak juga.”
Pandangannya masih berfokus ke depan dengan kedua tangan yang ia
sembunyikan di kantong jaketnya. “hanya sebagian yang benar-benar pengalaman
pribadi. Selebihnya mengalir begitu saja.”
“seperti kisah sepasang kekasih yang cintanya
dikhianati oleh sang gadis. Karena aku belum merasakan bagaimana rasanya, jadi
aku hanya bisa mengandai-andai dan berimprovisasi..” tambahnya. Dan semoga saja
kisah itu tak terjadi pada dirinya.
“bagaimana denganmu Airu-san? Apa kau punya
pengalaman menarik yang belum sempat dituang ke dalam lagu?”
“mungkin belum” jawabku tersenyum kecil. Entah ia
tahu atau tidak, tapi aku ingin sekali menuangkan ungkapan cintaku padanya ke
sebuah lagu. Dengan melodi yang kuciptakan khusus dan akhirnya ia yang akan
menyanyikannya.
“beritahu aku kalau Airu-san sudah mendapat ide
bagus. Pastikan aku orang pertama yang melihatnya.” Sebuah kekehan kecil
mengakhiri kalimatnya. Tentu saja, kaulah prioritasku Hal.
Tak terasa kami berjalan, kami sudah berada di
apartmen Hal.
“Airu-san, terimakasih sudah membantu hari ini.
Sampai ketemu besok.”
“ya. Selamat malam.”
Aku pun menjauh dari depan apartmen Hal dan segera
pulang ke apartmen ku. Mendengar suara derap langkahnya yang semakin
menghilang. Hanya di saat-saat seperti itulah aku bisa sedekat itu dengannya
dan tanpa ada orang lain yang terlibat.
Dengan begini aku rasa aku hanya bisa menyimpan
perasaan ini sendiri. Aku tak ingin membuat Hal takut dan kecewa jika aku
menyampaikan isi hatiku yang sebenarnya. Cukup aku saja yang tahu.
***
Owari
Owari
Tambahan: ini
sebenernya ff buat ultahnya Hal sebulan yg lalu. Tapi krna kebiasaanku yg
sering ngestuck itu maka publish nya jadi ga tepat waktu. Untung aja aku peduli
sama ni fic, kalo ga terlantar terus dah =_=”
No comments:
Post a Comment