Title: Yes, I do
Author: Eri Tonooka
Chapter: 1/1 –OneShot-
Genre: Fluff
Pairings: ShouXHiroto
A/N: Shou mengungkapkan isi hatinya tentang Mpon >//<
Chapter: 1/1 –OneShot-
Genre: Fluff
Pairings: ShouXHiroto
A/N: Shou mengungkapkan isi hatinya tentang Mpon >//<
***
Yes, I do
Lifehouse – You and Me
Yes, I do
Lifehouse – You and Me
Langit kini tengah menampilkan
pasukan awannya yang seperti kapas raksasa melayang di langit, dengan angin
sepoi-sepoi yang menyentuh kulit pucatku, ditambah suasana kelas yang cukup
tenang. Terasa nyaman menikmati pelajaran hari ini.
Tapi itu semua hanya
pelengkap. Hal utama yang bisa membuatku betah adalah karena kehadirannya di
sampingku. Ia yang sesekali tersenyum saat sensei kami menjelaskan pelajaran,
membuatku tak ingin lekas meninggalkan kelas ini. Keseriusannya dalam belajar
membuatku ingin berlama-lama di sini. Terlebih saat keningnya berkerut dan
bibirnya yang mengerucut kecil saat kesulitan memahami pelajaran, terlihat
manis di mataku.
Bagi yang lain,
susasana kelas mungkin terasa membosankan. Dengan pelajaran yang paling tak kau
sukai dan sang pengajar yang juga menyebalkan. Ah, aku rasa itu tak berlaku
untukku. Pelajaran apapun asalkan ada dia bersamaku, maka semuanya akan
terlalui dengan nyaman.
Makhluk manis berrambut
pirang inilah yang kumaksud. Gerak-geriknya selama mengikuti pelajaran tak
lepas dari penglihatanku. Semuanya, dan bahkan aku tak punya waktu sendiri
untuk mendengarkan apa yang dijelaskan sensei. Saat ia mengambil pensil dan
memutarnya dengan kedua jari tangannya, seperti seorang drummer yang sedang beratraksi.
Saat ia juga membolak-balikkan kertas catatannya sambil menggumam sesuatu yang
aku dengar samar-samar seperti bernyanyi kecil.
Dia lebih mirip
anak-anak ketimbang pelajar kelas dua sekolah menengah atas. Tingkahnya yang
juga masih seperti anak-anak sangat terlihat jelas terutama saat ia sedang
merajuk. Ah, aku jadi teringat dulu ketika kami masih kelas satu. Waktu itu aku
ingin mengajaknya berkenalan, dan karena aku melihat kedua gigi depannya yang
menonjol itulah aku mengatainya ‘gigi kelinci’. Bukan maksudku untuk
menghinanya, aku hanya menggodanya saja. Tapi kurasa dia tidak suka dan
kemudian merengut kesal. Bibir penuhnya itu pun ia majukan. Menggemaskan.
Aku suka semua yang ada
pada dirinya, bahkan aku sering bilang padanya ‘aku menyukaimu’. Mungkin dia
menganggap itu hanya lelucon dan mustahil terjadi. Mengingat kami sesama
laki-laki. Tidak wajar kan melihat pemandangan seperti itu di kehidupan serba
normal saat ini?
“Shou-kun?” dan
tiba-tiba ia mengeluarkan suaranya tepat di depan wajahku.
“ah, ada apa?” ucapku kaget.
“ah, ada apa?” ucapku kaget.
“kenapa melihatku
terus? Ada yang aneh?” tanyanya dengan sedikit memiringkan kepalanya.
“tidak apa-apa. Hanya saja, kau tampak manis hari ini”. jujur sekali aku mengatakannya. Oh, dan dia terlihat tersenyum kecil sambil menundukkan wajahnya malu.
“tidak apa-apa. Hanya saja, kau tampak manis hari ini”. jujur sekali aku mengatakannya. Oh, dan dia terlihat tersenyum kecil sambil menundukkan wajahnya malu.
“Shou-kun tidak sedang
bercanda, kan?”
“tidak sama sekali. Kau memang manis, Pon.” Tampak ia menganggukkan kepalanya pelan dan sedikit mendekat ke arahku.
“Shou-kun juga keren..hihihi.”
“tidak sama sekali. Kau memang manis, Pon.” Tampak ia menganggukkan kepalanya pelan dan sedikit mendekat ke arahku.
“Shou-kun juga keren..hihihi.”
Dan pada saat ia
terkekeh, sebuah deheman terdengar nyaring dari arah depan. Sensei menegur
aktivitas kami tadi. Karena Pon aku sampai melupakan kehadiran sensei di sini.
Tak lama Pon bersuara
lagi namun ia pelankan, “sepulang sekolah temani aku ke toko alat tulis, ya.”
Wow, sebuah ajakan di saat yang tepat. Apa aku boleh mengatakannya sebagai
ajakan kencan? Hhm, kencan tidak melulu di tempat romantis seperti cafe, kan?
“oke, aku akan
menemanimu!”
***
Ke toko alat tulis
sepulang sekolah bersama seseorang yang amat kau cintai adalah hal yang sangat
membahagiakan. Sederhana sekali memang bagi pelajar seperti kami. Hanya
menemaninya berbelanja alat tulis saja sudah seperti berkencan ala anak SMA.
Tidak buruk, dia terkadang meminta pendapatku untuk memilih alat tulis mana
yang lebih praktis digunakan. Semua terasa menyenangkan saat bersamanya.
“Shou-kun, di sana
sepertinya ada buku menarik. Ayo ke sana!” dia menarik tanganku. Koreksi, dia
bukan menarik lenganku. Telapak tangannya bersentuhan langsung dengan telapak
tanganku. Digenggamnya agar aku tak jauh darinya. Seketika dadaku terasa
hangat,, dan jantungku berdegup jadi lebih cepat.
“whoaa.. bukunya
bagus-bagus semua!!” wajahnya begitu senang melihat buku-buku bersampul cerah
berjejer di rak-rak buku. Ia pun tertarik dengan buku novel dan mengambilnya.
“kau suka novel, Pon?”
tanyaku.
“sangat” ucapnya mantap dengan sebuah senyum khasnya.
“sangat” ucapnya mantap dengan sebuah senyum khasnya.
“Shou-kun suka novel
juga?”. Tidak mungkin aku menjawab kalau aku membenci novel, karena aku paling
malas membaca buku tanpa adanya gambar. Terpaksa berbohong “yah, tapi tidak
terlalu.”
Ia kembali melihat
novel yang ia ambil. Melihat cover belakang dan membaca resensi di novel itu.
Sementara itu aku melihat beberapa buku-selain novel- yang ada di dekatku.
Sebuah buku bergambar anak-anak yang sudah terbuka segelnya. Kuambil itu dan
membuka sekenanya. Buku bergambar ini mirip seperti yang sering dibelikan Ibu
waktu aku kecil.
Kembali kulirik Pon
dari balik buku ini, ia masih terpaku pada novel itu. Tidak mengherankan bagi
seorang penggemar novel sepertinya. Baru
kusadari, di bagian rak buku ini hanya ada kami berdua. Pengunjung lain hanya
berada di bagian penjualan alat tulis.
Dan pikiran abnormal ku
pun muncul tiba-tiba.
“Pon, kemari
sebentar..” ia menurut, segera ku buka lagi buku bergambar tadi sementara tangan
kiriku meraih tubuhnya kedekapanku.
Aku berhasil menciumnya
tanpa peduli respon apa yang ia berikan. Mataku tertutup dan merasakan bibir
lembutnya yang terus bergerak. Aku tau dia pasti kaget, maka kubuat ia senyaman
mungkin. Tanpa perlu takut orang lain akan melihat, aku sudah lebih dulu
menutupi ciuman kami dengan buku bergambar tadi. Cukup gila dan nekat kalau kau
ingin menirunya. Ah, sebaiknya jangan!
Kulepas ciumanku
perlahan, mengambil nafas sejenak. Aku bisa lihat wajah merahnya yang menatapku
itu. Ini terlalu imut, dengan bibirnya yang basah karena ulahku juga. Tak ada
kata yang terucap darinya, mungkin masih terkejut dengan perlakukanku itu.
“Pon, aku mencintaimu..
dan aku tidak bercanda..”
“Shou-kun..?”
“keputusan ada di
tanganmu, kalaupun menolak aku bisa menerimanya..”
Ia menunduk, dan tak
lama ia kembali menatapku lagi. “aku..senang sekali Shou-kun mengatakannya.
Aku.. merasa dicintai.. terima kasih...”
“jadi?”
Dan sebuah anggukan
kecil ia berikan sebagai jawaban. Aku tak dapat menahan senyum kebahagiaanku
lagi. Spontan aku memeluknya lebih erat tubuh kecilnya ini. Sungguh, harapanku
ke sini sebagai ajakan kencan darinya ternyata jauh lebih istimewa dari yang
kuduga. Aku berharap keputusannya adalah yang terbaik, mencintaiku juga seperti
aku mencintainya.
***
Owari
Owari
Manis sekali fanfic nya naaaak(?) suki suki <3
ReplyDeletePon itu polosnya keterlaluan, jadi musti dicium dulu baru ngerti XDDDDDDDD
makasih mih (?) XD
Deletedi penpic mah polos, di real ga tau dah :3
Iiiiih...
ReplyDeletePengen tak cubit2 tu pipi pon pon.
Pasangan yang manis sekaliii...
mari rame2 kita cubitin pon!
Delete*Shou datang2 ngamuk ukenya dicubitin*