Title: Trapped
Author: Eri Matsumoto
Status: DISCONTINUED
Pairings: ShouXHiroto
A/N: Salah satu discontinued fanfic gw yang masih keselip di folder “On Going”. Tapi akhirnya gw udah nyerah sama ini fic dan ga punya niat buat ngelanjutin. FF ini ditulis tanggal 15 Oktober 2013.
Author: Eri Matsumoto
Status: DISCONTINUED
Pairings: ShouXHiroto
A/N: Salah satu discontinued fanfic gw yang masih keselip di folder “On Going”. Tapi akhirnya gw udah nyerah sama ini fic dan ga punya niat buat ngelanjutin. FF ini ditulis tanggal 15 Oktober 2013.
Summary: “Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini?”
batin Hiroto frustasi.
***
Trapped
DIV – Taste of Life
Trapped
DIV – Taste of Life
Pada awalnya Hiroto Ogata hanyalah pelajar SMA biasa dengan
kegiatan yang itu-itu saja. Seperti berangkat pagi, mengerjakan tugas dan menikmati bentonya
saat jam makan
siang.Tapi kehidupannya
mulai berubah saat ia bertemu dengan manusia berwajah malaikat berhati setan
bernama Shou. Hidupnya benar-benar berubah total.
Semua berawal di
hari Kamis pagi itu, Hiroto sudah akan
bersiap pergi ke sekolah dengan sepeda. Tiba-tiba sebuah mobil melintas di
sampingnya dan menabraknya. Hiroto terjatuh dengan
keras ke arah pembatas jalan. Seketika mobil hitam berkelas itu berhenti.
Tak hentinya Hiroto mengaduh kesakitan dan mengumpati si pengendara
mobil. Akibatnya lengan dan lutut Hiroto menjadi
berdarah karena langsung bersentuhan dengan aspal. Di lain tempat, pintu mobil
mewah itu terbuka dan menampilkan sosok lelaki tinggi dengan kacamata mahal
yang melindungi kedua matanya.
Laki-laki itu
kemudian menghampiri Hiroto dan merendahkan
tubuhnya agar bisa sejajar dengan Hiroto
yang terjatuh.
“hey kamu gak apa apa?” sungguh sebuah pertanyaan
dengan nada tak berdosa.
Sukses Hiroto melotot tak terima. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu?? Padahal terlihat jelas ada darah
segar di lengan
dan lututnya.
“kamu gak lihat
tangan
kakiku ini??!” Hiroto menunjukkan lengan kirinya dekat-dekat.
“oh maafkan aku. Tapi mobilku jadi lecet karena sepeda bututmu itu”
“oh maafkan aku. Tapi mobilku jadi lecet karena sepeda bututmu itu”
‘YANG BENAR SAJA??!!!!’ Teriak Hiroto
dalam hati. Laki-laki itu lebih mementingkan mobilnya daripada korban bernama Hiroto yang mungkin bisa saja nyawanya melayang karena
dia.
“dasar gak bertanggung
jawab! Akan kulaporkan polisi karena kau menabrakku!” Hiroto benar-benar marah. Meski dengan tertatih-tatih, ia segera mengambil ponsel
di tasnya yang jatuh tak jauh darinya.
“halo kepolisian,
di sini ada kecelaka—”
“oke oke.. aku akan tanggung jawab!” dengan kuat lelaki itu membungkam mulut Hiroto yang sedari tadi bicara tanpa henti.
“oke oke.. aku akan tanggung jawab!” dengan kuat lelaki itu membungkam mulut Hiroto yang sedari tadi bicara tanpa henti.
“Itu
hanya luka kecil diobati
sedikit juga beres” sambungnya tanpa rasa
penyesalan. Makin membuat Hiroto jengah dan
menyumpahi laki-laki sombong ini.
“kamu bisa jalan
gak?” tanyanya tanpa
mengurangi kadar kesombongannya.
“masih tanya?
Halo kepolisia—”
Hiroto berpura-pura menelepon ke kantor polisi, dan si pria sombong itu kembali
menurut. “tsk. Sekarang kau kuantar ke rumah sakit. Tapi jangan telepon polisi”
Hiroto tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil
membuat orang ini takut. Dengan begini mungkin saja keinginannya akan dipenuhi.
Jika menolak, telepon polisi saja.
Saat pria itu
akan membopong Hiroto, tangannya pun
dipukul pelan.“hey hey! Gak perlu ke rumah
sakit. Belikan aku perban dan antarkan aku ke sekolah!”
“tsk. Dasar
bocah! Menurut saja, lagipula kau tak bisa masuk ke mobilku dengan kakimu itu,
kan?” ucapnya datar.
Hiroto pun merelakan tangan besar pria itu
mengangkat tubuhnya masuk ke mobil. Di kursi depan bersebelahan dengan si
pengemudi. Pria itu sudah bersiap menyalakan mesin dan langsung mendapat protes
keras dari Hiroto.
“memangnya sepedaku
bukan barang bukti?!”
Si pria sombong
menghembuskan nafasnya kesal. Baru kali ini ia dipermainkan anak kecil miskin
tak berkelas seperti Hiroto. Dan sepeda butut Hiroto segera dipindahkannya ke dalam bagasi
mobil.
“jangan lamban!
Sebentar lagi kelas pertamaku akan mulai!”
“dasar cerewet!”.
***
Suara riuh
histeris dari para gadis di sekolah Hiroto
pun pecah saat seorang lelaki tampan dengan gayanya yang
keren masuk ke gedung sekolah Hiroto.
Hiroto
kini sudah seperti mumi, lengan kanan diperban, kakinya banyak tambalan
plester, ditambah cara jalannnya yang seperti robot. Karena sebelumnya ia diantar
pergi ke klinik terdekat untuk mengobati luka-lukanya. Pagi yang mengenaskan
bagi hiroto.
‘dasar penipu!’
umpat Hiroto dalam hati. Ia melihat laki-laki yang
baru saja menabraknya dua puluh menit yang lalu itu tengah menebar senyuman maut
kepada gadis-gadis di sana. Bertolak belakang dengan sifatnya yang sudah Hiroto rasakan tadi. Hiroto
semakin kesal saat gadis-gadis itu menubruk dirinya hanya untuk bisa berdekatan
dengan pria tampan di sebelahnya. ‘memangnya aku ini apa?! Seenaknya saja main
tubruk!’
'Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini?'
batin Hiroto frustasi.
Mereka pun sudah
sampai di kelas Hiroto dengan raut wajah keduanya yang saling
berbanding terbalik.
“aku sudah
mengantarmu tepat waktu. Jadi semuanya selesai”
Hiroto tersenyum licik “belum semuanya. Karena
bukti kecelakaan ini masih belum sembuh. Kau juga harus bertanggung jawab
sampai ini benar-benar pulih!” ancam Hiroto
sambil menunjuk-nunjuk lengannya yang terbalut perban.
“kau...” ucap lelaki itu geram. Ia merutuki dirinya sendiri karena lalai
mengendarai mobil. Kecerobohannya justru berakhir seperti ini.
“mana kartu
namamu?” Hiroto menengadahkan tangan kanannya dengan
ketiga jari yang ia julurkan. “untuk apa?”
“berikan saja atau aku akan menelepon polisi lagi”. Sekali lagi laki-laki itu menurut dan menyerahkan kartu nama dari balik dompet tebalnya.
“berikan saja atau aku akan menelepon polisi lagi”. Sekali lagi laki-laki itu menurut dan menyerahkan kartu nama dari balik dompet tebalnya.
Hiroto menyimak depan belakang kartu nama
orang itu
dengan seksama.
“Shou Ohara, General Manager Fashion Agent—” ucap Hiroto
tanpa sadar. Dan ia tersadar sepenuhnya saat ia mengingat kembali nama Fashion
Agent.
“APPAAAA?!!!”
teriaknya spontan. Membuat semua yang ada di kelas tak terkecuali Shou menjadi kaget.
“kenapa kau
berteriak?”
“kk..kau.. GM Fashion Agent yang terkenal itu?” Hiroto tak percaya bukan main. Pria sombong yang berdiri di depannya ini adalah General Manager Fashion Agent?? Oh, majalah fashion itu bahkan sering diributkan oleh adik perempuan Hiroto karena menampilkan baju-baju yang bagus kesukaannya. Adiknya selalu cerewet ingin dibelikan baju-baju yang ada di sana. Dan sekarang, kesempatan emas bagi Hiroto agar bisa membuat Shou lebih mau menurut lagi padanya.
“kk..kau.. GM Fashion Agent yang terkenal itu?” Hiroto tak percaya bukan main. Pria sombong yang berdiri di depannya ini adalah General Manager Fashion Agent?? Oh, majalah fashion itu bahkan sering diributkan oleh adik perempuan Hiroto karena menampilkan baju-baju yang bagus kesukaannya. Adiknya selalu cerewet ingin dibelikan baju-baju yang ada di sana. Dan sekarang, kesempatan emas bagi Hiroto agar bisa membuat Shou lebih mau menurut lagi padanya.
Shou hanya memutar matanya malas. Ia sudah
sering mendapat respon serupa saat orang-orang tahu dialah sang General Manager
majalah fashion itu. “memangnya kenapa? Jangan norak”
“ck, dasar
sombong! Kau, Shou
Ohara, mulai sekarang
hidupmu ada di tanganku. Jadi berbaik hatilah dan jangan terlalu sombong. Namaku Hiroto Ogata.”
Kening Shou berkerut hendak protes, “apa maksudmu?”
“yah,, selama luka ini belum sembuh, kau masih bertanggung jawab atas ini.”
ucapnya tenang. Hiroto bisa beruntung sekali ditabrak oleh
orang kaya seperti Shou. Walaupun
rasanya ditabrak mobil itu sakit sekali.
“terserah kau. Kalau kau butuh sesuatu, cukup telepon nomorku”
Seulas raut kebahagiaan tergambar jelas di wajah Hiroto “baik.. sampai jumpa lain waktu, Shou-san”
Seulas raut kebahagiaan tergambar jelas di wajah Hiroto “baik.. sampai jumpa lain waktu, Shou-san”
Tanpa banyak
bicara Shou pergi dan akan melanjutkan tugasnya di
perusahaan yang tertunda, namun Hiroto
kembali mencegahnya “aa tunggu dulu..”
“apa lagi?” Shou menoleh dengan wajah geramnya
“jangan lupa sepedaku diperbaiki, yah. Terima kasih tuan manager..” ucap Hiroto dengan sebuah kekehan kecil di akhir kalimat.
“apa lagi?” Shou menoleh dengan wajah geramnya
“jangan lupa sepedaku diperbaiki, yah. Terima kasih tuan manager..” ucap Hiroto dengan sebuah kekehan kecil di akhir kalimat.
Hiroto puas sekali bisa mengerjai Shou -sang tuan besar manager perusahaan majalah fashion internasional-. Dengan begini keinginan
adiknya untuk bisa mendapat baju-baju bermerk dari Fashion Agent sudah di depan mata. Terlebih lagi ia bisa memberi
pelajaran kepada Shou agar tidak bersikap sombong lagi.
Nyatanya, Shou tidak sebodoh itu. Ia sudah menduga kalau anak
bernama Hiroto itu akan ‘memeras’ hartanya. Untuk Shou, hal seperti itu tak masalah. Dan sebaliknya, ia
akan mudah bermain-main dengan bocah SMA itu.
***
Seminggu sudah
sejak insiden penabrakan yang dilakukan Shou
terhadap Hiroto. Dengan kemauan sendiri, Shou setiap harinya mengantar dan menjemput Hiroto ke sekolah. Padahal Hiroto
hanya menyuruhnya untuk menjemputnya di persimpangan sekolah. Hiroto
tak merasakan ada hal yang aneh pada Shou,
dan ia juga tak mau ambil pusing. Selama Shou
masih ada bersamanya, maka ia bisa meminta sesuatu darinya.
“hai!” dengan senyum khas malaikatnya, Shou melambaikan tangannya saat melihat sosok anak SMA
berrambut pirang dari jauh. Siapa lagi kalau bukan Hiroto.
Hiroto menghampiri Shou dengan heran “kau ini orang besar di perusahaan
kenapa tingkahmu norak, sih?”
“kenapa, aku hanya ingin menyapa kok. Oh ya, aku ingin mengajakmu makan siang di
restoran Perancis. Pasti kau suka” ajak Shou
sekali lagi dengan senyumannya yang menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya.
“tidak. Aku
tidak lapar..” tolak Hiroto halus.
Sejujurnya Hiroto memang tidak lapar sama sekali karena
ia sudah makan siang dengan bekal bentonya.
Tapi Shou tidak menyerah. Ia ingin ‘mainannya’
menuruti kemauannya. “ayolah, aku jamin makanannya cocok denganmu.”
Hiroto menaikkan sebelah alisnya-merasa direndahkan- “apa maksudmu? Kau mau bilang kalau aku ini kampungan dan gak cocok makan makanan mahal? Iya, begitu?”
Shou menyadari perkataannya yang ternyata salah dan segera meralatnya “bukan bukan.. maksudku, makanannya pasti cocok dengan lidah orang Jepang..”
“terserahlah. Tapi setelah itu aku mau pulang”
Hiroto menaikkan sebelah alisnya-merasa direndahkan- “apa maksudmu? Kau mau bilang kalau aku ini kampungan dan gak cocok makan makanan mahal? Iya, begitu?”
Shou menyadari perkataannya yang ternyata salah dan segera meralatnya “bukan bukan.. maksudku, makanannya pasti cocok dengan lidah orang Jepang..”
“terserahlah. Tapi setelah itu aku mau pulang”
Shou mendapatkan mainannya lagi. Tanpa
adanya kecurigaan dari Hiroto.
“Pon chan..”
“uhuk..uhukk!”
Karena terlalu kaget, Hiroto sampai terbatuk
mendengarnya. Ia pantas curiga dengan perkataan Shou
barusan. “kenapa
kau memanggilku seperti itu?!”
Shou
tersenyum “aku sering dengar teman-temanmu memanggilmu begitu. Lagipula itu
manis, cocok untukmu”
“kau menghinaku,
ya?” ucap Hiroto acuh.
“tidak. Aku
jarang sekali melihat orang dengan ekspresi wajah sepertimu”. Hiroto justru cemberut karenanya. Shou si lelaki tampan berhati setan itu barusan
memujinya? Tidak bisa dipercaya, paling-paling dia berbohong-pikirnya.
“sudahlah, Shou-san. Aku tau sifatmu sejak
dari insiden kemarin. Jangan membohongiku karena aku masih anak kecil.”
“No, I just said
the reality…”
“… dan sebenarnya aku ingin kamu jadi asistenku, bisa kan?”
“… dan sebenarnya aku ingin kamu jadi asistenku, bisa kan?”
“HEEEE??!!!!”
“kau ini tukang berteriak rupanya”
“ah! Aku –cuma kaget. Kenapa tiba-tiba—? … Hey, aku masih
sekolah” tanya Hiroto
terbata-bata.
“kau butuh uang
kan?” sekejap pertanyaan Shou membuat Hiroto menghentikan aktifitasnya. Berpikir curiga bahwa Shou sudah mulai tahu tujuan Hiroto sebenarnya.
“aku tak akan
memberikan pekerjaan berat untukmu. Cukup menjadi asistenku, dan kau akan
mendapat uang yang cukup. Ini pekerjaan gampang” ucap Shou meyakinkan.
Hiroto terus berpikir apa maksud Shou menawarinya pekerjaan. Di satu sisi ia merasa ragu
jika ia nantinya akan ditipu atau semacamnya, tapi di satu sisi ia memang butuh
uang untuk keperluannya meneruskan pendidikan ke Universitas. Hiroto sangat bingung di antara dua pilihan itu, menolak atau menerima??
“kapanpun kau
bisa, aku akan menerimamu” Shou tersenyum manis
seperti biasa, entah rencana apa yang akan ia lakukan di balik senyuman itu.
“akan kupikirkan
nanti”
Senyuman kecil terukir di bibir Shou
setelahnya. Ia hanya perlu menunggu, dan ia sangat yakin kalau Hiroto akan mengambil pekerjaan itu.
***
Notes:
iya udah segitu doang. Selanjutnya silakan berimajinasi sendiri www~
No comments:
Post a Comment