Title : New Taste
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ShouXHiroto
Genre : Fluff
Listening to : Royz – New Age *malem2 dengerin nih lagu*
A/N : fanfic yang dikerjakan dan diselesaikan tengah malam.. *menatap horror fic ini*
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ShouXHiroto
Genre : Fluff
Listening to : Royz – New Age *malem2 dengerin nih lagu*
A/N : fanfic yang dikerjakan dan diselesaikan tengah malam.. *menatap horror fic ini*
New Taste
Malam hampir larut,
dentingan jam yang cukup terdengar di kamar sunyinya membuat ia menengok dan
memperhatikan seksama bahwa saat ini sudah pukul sebelas malam. Rasa kantuknya
tak dapat ia hindari, karena sejak pagi tadi ia tak tidur sedikitpun bahkan
tidur siang tak sempat ia lakukan. Sesekali ia menguap sambil menutup jendela
dan korden di samping tempat tidurnya. Ia rebahkan tubuh kecilnya di kasur
empuk itu, merasakan nyamannya tidur yang selama ini ia butuhkan.
“haaah~~~” matanya
perlahan terpejam dan—
TURT TURT TURT
Kelopak matanya terbuka sempurna. Tangannya meraih malas sebuah iphone di atas meja dan melihat layar yang cukup lebar itu. Sangat tak mau sebenarnya ia mengangkat telepon ‘gila’ itu di malam hari, namun ia urungkan karena melihat kontak nama yang tertera di sana dengan tulisan ‘Shou’
Ia mengambil napas dalam, dan berusaha mengumpulkan ‘nyawanya’ yang hampir hilang karena kantuknya sendiri. Sapaan singkat ia ucapkan pada seorang Shou di seberang telepon.
“moshi moshi. Apa aku mengganggumu
tidur?” tanya Shou hati-hati
“kelihatannya?”
“maaf. Aku ingin bicara padamu Hiroto, penting sekali. Kuharap kau tidak tertidur selama aku berbicara”
“kelihatannya?”
“maaf. Aku ingin bicara padamu Hiroto, penting sekali. Kuharap kau tidak tertidur selama aku berbicara”
Hiroto, ia menguap lagi
lalu menanggapi ucapan Shou “ada apa? Baik, aku dengarkan”
Shou mulai bicara, tidak
terlalu cepat seperti yang biasanya “aku minta bantuanmu. Ini sangat penting
dan aku janji ini yang terakhir” “aku ingin kau menjadi pacar bohonganku di
reuni SMAku”
Hiroto yang masih setengah
sadar itupun akhirnya sadar sepenuhnya. Ia kaget, sangat kaget dengan ucapan
yang malah terdengar sebagai igauan Shou padanya. “kau serius, Shou?” tanyanya
bingung
“ya begitulah. Reuninya dua hari lagi, dan mereka membuat peraturan kalau semua yang datang harus berpasangan semua” ucapnya juga terdengar cemas “tak terkecuali aku, Hiroto”
“tapi kenapa harus aku?
Memang tidak ada cewek lain?” dengusnya
“aku tidak mau mereka.
Ayolah, kau kan sahabatku Hiroto.. nanti aku dandanin deh!” ujarnya yang makin
mambuat Hiroto merinding mendadak
“lalu aku harus bagaimana?”
“besok aku ke rumahmu. Kita akan belanja pakaian”
“haahhhh~~~ kau ini, selalu merepotkanku” ucap Hiroto pasrah. Ia jadi teringat saat dua minggu kemarin, di mana ia dimintai bantuan Shou untuk menjadi ayah bohongan bagi adik Shou yang pada waktu itu di sekolahnya ada acara pembagian raport kenaikan kelas. Dan yang harus mengambil itu orang tuanya. Berhubung ayah maupun ibu Shou sedang di luar kota dan Shou sendiri ada pekerjaan yang tak bisa ditunda, maka akhirnya Hirotolah yang menggantikan ayah Shou di sekolah adiknya.
“nanti akan kubelikan apapun deh yang kau mau. Asalkan kau membantuku semalam saja”
Hiroto menghela napas “hah, terserah kau saja”
Shou pun berterimakasih
banyak pada Hiroto, sang sahabat. Hanya Hiroto yang bisa ia percaya dan orang
yang bisa ia mintai tolong. Tapi Hiroto tak mau hanya menjadi sekedar sahabat
bagi Shou. Ia ingin menjadi sesorang yang lebih di mata Shou. Seseorang yang
selalu bisa mengisi hari-hari Shou, dan juga hatinya.
((=♥•̃⌣•̃♥=))
Tepat seperti yang Shou janjikan.
Jam 8 ia sudah tiba di rumah Hiroto untuk menjemputnya, walaupun Hiroto sama
sekali belum persiapan sama sekali. Shou pun menunggunya hingga nyaris setengah
jam. Tak apa pikir Shou, yang penting baginya adalah rencana esok malam harus
berhasil tanpa harus ketahuan teman-teman SMAnya.
Suara langkah kaki dari arah anak tangga membuat Shou menoleh. Hiroto sudah siap jalan bersamanya dengan style yang cukup manis. Kaos abu-abu bertuliskan ‘NEVER DIES’ dan celana yang cukup ketat bercorak seperti harimau. Dengan boots kecil ia melangkahkan kakinya keluar di susul Shou di belakangnya. Mereka jadi terlihat seperti muda-mudi yang baru merengkuh manisnya masa-masa pacaran. Tanpa aba-aba, Shou menggandeng Hiroto masuk ke dalam mobilnya. Dan tancap gas hingga sampai pusat perbelanjaan di kota.
“kau tau kan aku punya sentuhan fashion yang baik, jadi .. aku yang akan memilihkanmu pakaian” ucap Shou agak menyombongkan diri. Sementara Hiroto duduk-duduk saja di sekitar baju-baju mall yang tergantung di sana
Sepuluh menit tak ada yang
bisa Hiroto lakukan, hanya melihat Shou yang sibuk sendiri memilih baju-baju
yang menurutnya sangat aneh bila ia pakai nanti. Tak kunjung Shou
menghampirinya, Hiroto membuka iphonenya lagi seraya menulis sebuah isi hati
dan ia simpan di suatu folder yang hanya ia saja yang tahu password untuk
membukanya.
Dua puluh menit berlalu,
Shou datang ke arah Hiroto dan menunjukkan baju dan celana berwarna berbeda
padanya. “dengan ini kau bisa memanipulasi mereka” ucap Shou penuh keyakinan
“maksudmu?”
“iya. Kalau kau memakai ini semua, teman-temanku pasti akan mengira kalau kau seorang cewek tomboy”
“iya. Kalau kau memakai ini semua, teman-temanku pasti akan mengira kalau kau seorang cewek tomboy”
Tak sadar Hiroto sudah
membuka mata dan mulutnya cukup besar. Lagi-lagi Shou mencoba membuat Hiroto
malu. Yang benar saja, Hiroto ingin sekali memang menjadi pacar Shou, tapi
dalam wujud aslinya yang sebagai laki-laki. Dan bukan sebagai cewek yang
kelaki-lakian.
“kau bercanda Shou?” tanya
Hiroto tidak yakin
“kumohon Hiroto. Semalammmm~~ saja. Apapun yang kau minta nanti aku belikan deh! Swear!” ujar Shou sambil membentuk jari lentiknya dengan simbol ‘peace’
“kumohon Hiroto. Semalammmm~~ saja. Apapun yang kau minta nanti aku belikan deh! Swear!” ujar Shou sambil membentuk jari lentiknya dengan simbol ‘peace’
Hiroto hanya bisa menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya. Shou melihat Hiroto seperti itu pun tak kuasa menahan senyumnya. Sahabatnya kini, rela didandani sebagai cewek hanya karena sebuah ‘keegoisannya’ dalam menghadapi teman-teman lamanya. Shou berharap Hiroto tidak akan marah selepas ini.
((=♥•̃⌣•̃♥=))
“besok sore kau datang ke
rumahku, ya~” suruh Shou yang pandangannya masih menatap lurus ke depan dalam
menyetir mobil
Tak ada jawaban dari
Hiroto, Shou berkata lagi “aku akan me-make over dirimu. Supaya terlihat lebih,
errr.. manis” kata terakhirnya agak pelan ia ucapkan
“iya” sesingkat itulah
Hiroto menjawab. Dirinya kini memang bersama Shou, tapi pikirannya jauh pergi
ke mana-mana. Ia terus membayangkan dirinya nanti bersama Shou di tengah
kerumunan teman-temannya yang sama sekali Hiroto tak mengenalnya.
Hiroto harap-harap cemas
pada nasibnya. Kaosnya yang tadi rapi, kini sudah terlihat lekukan di sana sini
akibat ulahnya meremas-remas kaos itu.
((=♥•̃⌣•̃♥=))
Sampai di rumahpun ia masih memikirkanya. Makan tak enak, tidurpun juga susah. Ia jadi seperti orang yang terkena insomnia akut. Jam satu dini hari, ia buka kembali iphonenya. Menuliskan sebuah paragraf baru untuk kemudian ia simpan lagi di folder terpassword yang sama seperti tadi siang.
Di dalam folder itu ia
sudah menuliskan berratus-ratus curahan isi hatinya. Kegiatan itu ia mulai pada
saat awal ia mengenal Shou musim semi tiga tahun lalu. Shou yang baru saja
pindah dari Fukuyama sekarang sudah menjadi tetangga bagi Hiroto. Tiap hari
mereka sering bertemu, ditambah lagi Shou satu universitas dengan Hiroto
walaupun beda kejuruan. Tapi itu yang membuat mereka hampir tiap waktu pulang
bersama. Masa-masa indah bagi Hiroto yang baru mengerti kalau Shou tidak
memiliki pacar sama sekali.
Dari awalpun Hiroto sudah menyukai lelaki tinggi itu. Mulai cara bicaranya, tingkah lakunya, dan cara ia menyampaikan perasaannya walau hanya sekecil apapun itu. Shou sudah membuat hari-hari Hiroto menyenangkan. Dan besok mungkin adalah hari yang paling akan berkesan bagi Hiroto. Sebenarnya ia tidak mau menjadi pacar bohongan seperti itu, ia ingin kenyataannya. Hiroto ingin bisa menjadi pacar sungguhan bagi Shou, dan bukan sebagai alat untuk membohongi kawan-kawan Shou di sana.
Sekali lagi ia sulit
memejamkan mata. Dan satu-satunya alternatif adalah menyalakan AC dengan
kekuatan minimum sehingga ia masih bisa merasakan sejuk walau ia menutup
seluruh tubuhnya dengan berlapis-lapis selimut tebal sekalipun. Ia bisa
merasakan perasaannya menenang, dan ia coba menutup kedua matanya untuk
menikmati tidur nyenyaknya yang tertunda beberapa jam.
Ia tertidur, nyenyak.
Seperti sedang bersama Shou di alam mimpi.
((=♥•̃⌣•̃♥=))
“pakailah ini di kamarku,
sementara aku berganti pakaian di kamar lain” ucap Shou memberikan satu set
pakaian yang kemarin mereka beli seraya ia pergi juga membawa pakaian untuk
dikenakannya
Hiroto menangguk, masuk ke
dalam kamar Shou dan menguncinya dari dalam.
Ia tak yakin apakah ia sanggup
memakai pakaian ‘aneh’ ini. Lihatlah, sebuah kaos berwarna hitam dengan list
merah yang kebesaran, ditambah celana ketat polos berwarna abu-abu. Shou juga
tak lupa melengkapinya dengan sebuah syal sewarna dengan celananya. Kau tau itu
untuk apa? Jelas, syal itu untuk menutupi jakun Hiroto agar tak ketahuan.
Hiroto terus menatap nanar apa yang sudah ia kenakan saat ini. Di sebelahnya
terdapat cermin seukuran dirinya dan ia coba berdiri tepat di depan cermin itu.
Melihat betapa anehnya ia memakai semua pakaian itu. Ia menjerit dalam hati.
Selama ia masih memerhatikan dirinya sendiri di pantulan cermin, ia mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar Shou. Seperti yang Hiroto duga, Shou lah yang mengetuk pintu tadi.
Shou melihat Hiroto dari
ujung kaki ke ujung kepala tanpa berkedip. Pilihannya benar-benar pas.
Dimatanya, Hiroto terlihat sangat manis dan imut. Seperti anak perempuan, dan
itu membuat Shou tersenyum sangat lebar.
“kenapa? Tidak cocok, ya?”
tanya Hiroto malu
“kau sangat cocok, Hiroto. Aku menyukainya”
“kau sangat cocok, Hiroto. Aku menyukainya”
Spontan Hiroto mengalihkan
pandangannya, ia tersipu jika mendengar itu dari Shou.
“sekarang aku akan merapikan rambutmu” Shou berjalan mendorong Hiroto masuk ke kamarnya lagi sampai Hiroto duduk di kursi depan meja rias Shou. Jangan heran kenapa kau menemukan sebuah meja rias di kamar seorang laki-laki seperti Shou. Shou adalah seorang yang sangat memperhatikan penampilan, walaupun yang kau temukan di meja rias itu hanyalah parfum, sisir dan lipbalm saja.
Dengan cekatannya, Shou
menyematkan beberapa jepit polos di rambut pirang Hiroto. Menyisir rambut depan
Hiroto sehingga membentuk sebuah poni pendek yang manis. Shou seperti
hairstylist yang handal. Tak lupa Shou menyuruh Hiroto agar memakai lipbalm
bening kepunyaannya. Dan itu ditolak mentah-mentah oleh Hiroto. Ia sama sekali
tak mengerti soal itu, dan yang Hiroto tau, benda seperti itu hanya dipakai
untuk kaum perempuan saja.
“kau harus pakai, Hiro.
Biar terlihat fresh” paksa Shou lagi
“pokoknya tidak mau!!” tolak Hiroto lagi. Untuk hal yang satu ini, Hiroto tak mau menuruti perintah Shou.
“pokoknya tidak mau!!” tolak Hiroto lagi. Untuk hal yang satu ini, Hiroto tak mau menuruti perintah Shou.
Shou berkacak pinggang dan
menggelengkan kepalanya “kau ini—“
“baiklah, kau tak perlu memakainya. Tapi kau harus terus membasahi bibirmu, ya” lanjutnya
“baiklah, kau tak perlu memakainya. Tapi kau harus terus membasahi bibirmu, ya” lanjutnya
Hiroto memanyunkan
bibirnya sebal. Ia merasa seperti dipermainkan saja.
“pakai boots ini dan kita
siap berangkat” Shou menyerahkan boots berwarna merah yang ia taruh di samping
kaki Hiroto.
Setelah memakai dengan
sempurna, Hiroto mengikuti Shou di belakang menuju ke halaman depan di mana
mobil Shou terparkir. Selama perjalanan, Hiroto tak bisa berhenti memegangi
dadanya. Ia sangat berdebar-debar akan reaksi teman-teman Shou jika ia
melihatnya nanti. ‘OH MY GOD’ teriaknya dalam hati
((=♥•̃⌣•̃♥=))
Shou lebih dulu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Hiroto. Persis seperti di film-film romantis kebanyakan. Digandenganya tangan Hiroto sampai ia masuk ke sebuah ruangan besar dengan berbagai lampu terang di sana-sini. Di pikiran Hiroto hanyalah semua teman-teman Shou ini sangat berkelas. Laki-lakinya memakai pakaian rapi seperti Shou-semacam tuxedo-, dan yang perempuannya rata-rata memakai gaun. Seperti datang ke acara pernikaha saja.
Tiba-tiba Shou menghentikan langkahnya, dan refleks langkah Hiroto juga terhenti tepat di belakangnya. Shou sedang berbincang dengan seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dan seorang perempuan di sampingnya. Wajah laki-laki itu seperti ikemen di manga-manga shoujo, dan perempuan itu seperti shoujonya.
Sampai laki-laki itu
melihat Hiroto dan bertanya pada Shou.
“dia pacarmu, Shou?”
“dia pacarmu, Shou?”
“tentu saja! Dia seperti
anak perempuan yang manis kan?” ucap Shou bangga, dan lelaki itu melihat Hiroto
dengan tatapan menjijikkan
Hiroto yang merasa tak
suka dengan tatapan laki-laki itu memilih menghindar. Ia pun meminta ijin pada
Shou untuk sekedar mengambil minuman di meja yang sudah disediakan. Sementara
Shou dan dua orang di sana masih bercengkerama.
Sebuah soda dengan daun mint di dalamnya Hiroto ambil sebagai penyegar untuknya. Ia lalu duduk di kursi yang tertata seperti meja makan dan meminum sodanya. Hiroto masih bisa memperhatikan Shou walau jaraknya agak jauh. Dan dua orang itupun pergi, tak lama seorang perempuan bergaun krim menghampiri Shou, jelas ini membuat Hiroto penasaran.
Dilihatnya dengan seksama
apa yang mereka lakukan, sampai akhirnya Hiroto melihat perempuan itu memeluk
Shou lama. Seperti pacar yang sudah lama tak bertemu dan sekarang sedang
meluapkan kerinduan masing-masing.
Hiroto sebal karenanya.
Diteguknya semua soda yang ada di gelas tinggi itu sampai habis, hanya
menyisakan daun mintnya saja. Dadanya terasa panas dan kalau ia tak tahan ia
bisa saja menangis di situ sekeras-kerasnya. Tapi tidak, Hiroto pergi menjauh
ke meja yang paling ujung-dekat panggung yang disediakan untuk pertunjukan
malam itu-.
Ia duduk sendirian, meratapi nasibnya tiga hari belakangan ini. Pandangannya kosong namun melihat ke satu titik. Hingga sebuah tangan menyentuh punggungnya dan membuat ia menoleh ke belakang.
Seorang laki-laki jangkung
mengenakan jas formal sedang menatap Hiroto. Bibirnya yang tipis itu
mengucapkan sesuatu. “boleh aku duduk di sini?”
Hiroto sempat terpana
melihat laki-laki itu. Senyum tipis, mata sipit, hidung mancung, dan rambut
hitam itu seperti lelaki sempurna yang sangat ia inginkan. Dengan canggung,
Hiroto mempersilakan lelaki itu duduk di sampingnya.
“kau bukan alumni SMA Heisei, kan?.. Soalnya aku tak pernah melihatmu dulu” ucap lelaki itu menerka-nerka
“ya. Aku hanya menemani
seseorang alumni di sini”
“siapa?”
“Shou Kazamasa. Apa kau kenal?” hiroto balik bertanya
“siapa?”
“Shou Kazamasa. Apa kau kenal?” hiroto balik bertanya
Lelaki itu tersenyum dan
mengangguk semangat “oh, Shou~~ dia itu teman sekelasku dulu” jelasnya “oiya,
namamu siapa. Aku Tora”
“namaku Hiro—“
Belum sempat Hiroto menyelesaikan namanya, muncullah Shou dengan ekspresi dingin
Belum sempat Hiroto menyelesaikan namanya, muncullah Shou dengan ekspresi dingin
“namanya Hiroko, Tora” ujar Shou cepat
Dalam hati Hiroto protes
‘yang benar saja! Seenaknya mengganti nama orang!’ Shou pun duduk tepat di
samping Hiroto dan agak menjauhkan Hiroto dari Tora “apa aku mengganggu obrolan
kalian?”
“tidak sama sekali kok.
Well, Hiroko ini pacarmu Shou?” tanya Tora sambil menatap iri pada Hiroto
“sudah jelas, kan? Dia ini
pacarku satu-satunya. Tidak seperti kau yang pacarnya bisa lebih dari empat”
ucap Shou sambil merangkul pundak Hiroto mesra, dan bisa kau lihat yang
dirangkul hanya tersenyum menahan malunya
Tora terkekeh geli
mendengarnya “lalu Haruna? Apa kau sudah putus dengannya?”
“Haruna? Tadi aku bertemu
dengannya dan coba tebak, dia bilang padaku kalau ia masih menyukaiku” ucap
Shou santai “tapi aku dan dia hanya sebatas teman semenjak wisuda kelulusan.
Seperti yang kau lihat, aku memutuskannya”
Tora menatap Hiroto
lekat-lekat, lalu beralih ke Shou “aku yakin dia ini akan membuatmu lebih baik,
Shou”
“Hiroko, kau perempuan
yang manis. Tapi aku sudah keduluan Shou, jadi aku tak berkesempatan mendapatkanmu.
Huh~~” raut wajah Tora berubah kecewa. Ia segera bangkit dari kursinya dan
pergi dengan alasan menemui Saga-pacar Tora- di depan.
Sekarang Shou dan Hiroto
tengah berdua. Mereka masih dalam posisi seperti tadi. Shou merangkul Hiroto,
namun menyadari itu Shou buru-buru melepasnya. “maaf..”
Hampir dua jam mereka di
sana. Teman-teman Shou yang melihat Hiroto-Hiroko- sangat tertarik dengan anak
itu. Tampilannya seperti anak perempuan yang berkelakuan boyish. Hiroto juga
senang dengan atmosfer barunya di sana. Teman-teman Shou sangat baik padanya,
dan beberapa laki-laki yang ada di sana tak jarang untuk menggoda Hiroto. Tapi
Shou dengan proteknya mampu menjauhkan Hiroto dari orang-orang macam mereka.
Hiroto sangat senang diperlakukan seperti itu. Ia jadi yakin sendiri kalau Shou
juga menyukainya.
((=♥•̃⌣•̃♥=))
Mereka telah menyelesaikan
rencana Shou dengan berhasil total. Keduanya sangat lega dan saling melempar
senyum. Perjalanan di dalam mobil Shou pun terasa nyaman. Sesekali mereka
tertawa bersama.
Mobil perlahan berhenti di
sebuah parkiran dekat taman kota. Ini bukan tujuan akhir Hiroto malam itu, tapi
ini juga bagian dari rencana Shou yang tidak diketahu Hiroto. Shou mengajak
Hiroto ke sebuah ayunan yang bergantung sepi di dekat temaramnya lampu taman yang
bundar.
“apa kau senang menemaniku
malam ini, Hiroto?” celetuk Shou
“sepertinya iya”
“sepertinya iya”
“lihatlah langit di sana
itu, cerah sekali ya?”
Hiroto mengangguk “kenapa kita tiba-tiba ke sini?”
“karena aku ingin” ucapan Shou sukses membuat Hiroto menoleh padanya “ingin apa?”
Hiroto mengangguk “kenapa kita tiba-tiba ke sini?”
“karena aku ingin” ucapan Shou sukses membuat Hiroto menoleh padanya “ingin apa?”
“aku senang sekali kau mau
menjadi pacar bohonganku” sahutnya
“lantas?”
“lantas?”
“apa kau mau menjadi
pacarku, Hiroto?”
Semburat merah jelas
terlihat di wajah Hiroto ditambah pantulan lampu taman dan sinar bulan purnama
yang menghiasi wajah imutnya
Hiroto menunduk dan
berkata pelan “ketika kau menjadikanku pacar bohongan, sebenarnya aku tak mau
karena itu hanya sekedar bohongan. Aku ingin yang sungguhan..”
“dan sekarang aku sudah mengabulkannya”
Wajah Hiroto makin
bersemu, lebih merah dari wajah Shou yang juga memerah. Shou pun tertawa dan
membuat Hiroto juga tertawa. Semuanya mengalir begitu saja, hingga Shou membawa
jemari tangannya meraih jemari Hiroto untuk dikaitkan bersama.
Dalam kehangatan bulan dan
dinginnya malam, sepasang makhluk itupun saling terrengkuh dalam satu pelukan.
Satu hal yang sangat diimpikan Hiroto,
Dan juga bagi seorang
Shou.
Owari
N.b : Maafkan aku, Mpon~~
No comments:
Post a Comment