Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : KazukiXManabu
Chapter : OneShoot
Disclaimer : (tumben2an nyangkutin Discalimer), OTP favorit ketiga gw ini (red: KazukiXManabu) masih tetep punya sang Maha Pencipta
Summary : Rasa iri hati yang luar biasa dari seorang Kazuki kepada Jin. Gara-gara Manabu, hidup Kazuki berubah total.
You’re Mine
“hei lihatlah anak cupu
yang di sana itu!” seru seorang berrambut cokelat tua itu pada temannya
“kemana-mana selalu membaca buku, dan kacamatanya itu membuat rusak pemandangan
saja”
“benar kan, Kazuki?”
ucapnya menyenggol lengan temannya yang bernama Kazuki itu.
“bukan urusanku, Byo” dengan angkuhnya ia tak menghiraukan ucapan Byo, ia malah pergi dari tempatnya menuju ke ruang kelasnya.
“bukan urusanku, Byo” dengan angkuhnya ia tak menghiraukan ucapan Byo, ia malah pergi dari tempatnya menuju ke ruang kelasnya.
Kazuki, mahasiswa
fakultas kedokteran itu memang terkenal sangat sombong dan sering berbuat
sekenanya pada orang-orang lemah di kampusnya. Tak terkecuali orang yang Byo
bicarakan tadi. Nasib orang itu selalu sial jika bertemu dengan Kazuki cs.
Entah itu dipukul atau dijambak rambutnya. Dan itupun tak ada alasan yang logis
kalau Kazuki memperlakukannya seperti itu. Misalnya seperti lewat di depan
Kazuki tanpa permisi dan membungkukkan badan, orang itu pasti mendapat hadiah
pukulan di pipinya. Kazuki memang berkuasa di kampusnya. Berdasarkan info,
Kazuki sudah menjebak rektornya untuk patuh di bawah kakinya. Waktu itu Kazuki
tak sengaja melihat sang rektor sedang bermesraan dengan mahasiswi tercantik di
kampusnya, dan tak mau menyia-nyiakannya, Kazuki mengambil foto dan video itu
diam-diam. Kazuki akan membocorkannya ke publik jika sang rektor tak mau patuh
padanya. Itulah kenapa ia menjadi pemimpin di kampus ini.
Tak biasanya Kazuki
tidak peduli dengan orang yang selalu ia ganggu. Seperti tadi, ia malah pergi
dan membiarkan Byo bertanya-tanya tentang sikapnya hari ini.
Byo bersama Rui, teman
satu kelompok Kazuki datang menghampiri Kazuki yang masih melamun di dalam
kelas.
“hoi, Kaz!! Kau sakit,
ya?” celetuk Byo. Kazuki hanya menatapnya sekilas, lalu kembali lagi
melanjutkan aksi melamunnya.
“heh, ditanya kok diem.
Kenapa kau hari ini? Gak enak badan, mendingan pulang aja deh” usul Rui, tapi
tetap juga tak membuat Kazuki bergeming.
Dua orang itu jadi
bingung “baiklah, kau berbeda hari ini. Dan kalau boleh tau apa yang
menyebabkan kau jadi begini, tuan besar Kazuki”
“pergilah Byo. Aku
sedang tidak ingin diganggu sekarang” nadanya ketus dan wajahnya terlihat marah
sekali
Byo dan Rui tak bisa
berkutik, Kazuki benar-benar tak ingin diganggu. Secepatnya mereka menuruti
perintah Kazuki dan kemudian tak terlihat lagi.
Kazuki menghela napas,
tak mengurangi lekukan cemberut di wajahnya. Ia sangat kesal pada anak cupu
itu. Oh, bukan. Lebih tepatnya teman si anak cupu, yang entah kenapa bisa
membuat hati Kazuki menjadi panas setelah ia melihat mereka secara tak sengaja.
~~~
Siang yang cukup terik,
anak buah Kazuki sudah mendahuluinya pulang ke rumah. Tinggal ia sendiri saja
yang masih kuatnya berjalan kaki di siang sepanas ini menuju rumahnya. Sesekali
ia mengelap keringat di dahinya.
Berjalan pelan ia
melewati deretan toko-toko besar dan restoran. Matanya pun akhirnya menangkap
sosok yang cukup ia kenali sedang berada di restoran Omiya-restoran yang khusus
menyediakan okonomiyaki-. Tubuh kurus yang putih, rambut coklat pendek, dan
kacamata yang tak asing. Benar, dia si cupu itu.
‘sedang apa dia di
sana?’ pikir Kazuki
Ia cukup penasaran
dengan apa yang dilakukan si cupu itu di sana. Lekat-lekat ia lihat, dan
ternyata dia tak sendiri. Dia bersama orang lain, laki-laki yang kelihatannya
lebih tua darinya. Mereka seperti sedang mengobrol ringan dan si cupu itu
memperlihatkan tawanya beberapa kali.
Kazuki nyaris melotot
melihat cara tertawa si cupu itu, karena selama ini ia bahkan tak pernah
melihat si cupu tersenyum, apalagi tertawa seperti ini. Makin lama Kazuki
mempertajam pendengarannya, ia tak lagi peduli dengan orang-orang yang lalu
lalang menatapnya aneh.
Kazuki juga baru tahu
akhirnya kalau laki-laki yang bersama si cupu itu adalah kawan lama yang baru
saja bertemu. ‘kawan lama?! Sejak kapan si cupu itu punya kawan lama bertato
banyak di lengannya?!’ serunya dalam hati.
‘atau jangan-jangan,
sebenarnya anak cupu itu seorang berandalan!’ Kazuki mulai meracau dengan
pikirannya sendiri.
“akhh!! Kenapa aku
harus mengurusi mereka sih?! Itu gak penting sama sekali!”
Dengan kesal Kazuki
berhenti memata-matai si cupu dan temannya. Di mana ia berjalan semula dengan
santai, kini ia malah berjalan dengan emosi. Nyaris berlari, ia sendiri tak tau
kenapa perasaannya jadi kacau melihat si anak cupu itu bersama orang lain.
~~~
“kau lagi. Sudah berapa
kali kubilang, kalau jalan lihat pake mata!” Kazuki sengaja menjegal kaki si
anak cupu itu sampai terjatuh. Bahkan kacamata yang dipakainya pun ikut
terlempar.
Si cupu pun bersimpuh
meminta maaf pada Kazuki, tapi seperti yang biasa Kazuki lakukan, ia tak
menghiraukannya. Ia justru mendekati ke arah di mana kacamata itu terjatuh. Ia
memungutnya dan melemparkan ke anak itu.
Belum sempat diambil,
Kazuki keburu menginjaknya sampai patah. Lensa-lensanya retak dan terlepas dari
bingkainya. Ia tersenyum puas, sedangkan sang pemilik kacamata itu shock dan
hampir menangis.
“Ini akibatnya kalau berani
melawan Kazuki”
Anak itu mengambil
pecahan kaca dan bingkainya ke dalam genggamannya. Ia terus menunduk tak berani
melihat Kazuki. Dalam hati ia bertanya-tanya, dosa apa yang ia perbuat sehingga
Kazuki berbuat seperti ini padanya.
“angkat wajahmu anak
manis.. aku ingin lihat wajahmu tanpa kacamata jelek itu” ucap Kazuki sambil
mengangkat dagu si cupu sampai ia bisa melihatnya.
Kazuki melihatnya,
cukup lama. Ia suka dengan wajah natural si cupu ini. Tapi satu hal yang
membuat Kazuku menyadari kelakukannya, wajah anak itu sudah basah karena air
mata. Walaupun tanpa sesenggukkan yang tak terdengar, tapi Kazuki bisa merasakan kalau anak itu
sangat menderita olehnya.
Ia sudahi
‘permainannya’ dan membiarkan anak itu masih membereskan sampah kacamatanya.
Perasaan Kazuki antara puas dan menyesal. Ia puas karena sudah bisa mengerjai
anak itu lagi dan berhasil melihat wajahnya tanpa memakai kacamata, tapi ia
juga menyesal telah membuat wajah manis itu dibasahi air mata.
Sepertinya Kazuki mulai
menyukai anak berpredikat cupu itu.
~~~
Setelah kejadian
‘mematahkan kacamata si cupu’, Kazuki jadi merasa tak enak hati. Ketika mata
kuliahnya selesai, ia berniat mengikuti si cupu itu pulang kuliah. Baru kali
ini Kazuki melakukan hal bodoh seperti membuntuti orang. Tak masalah jika yang
ia buntutui semacam mahasiswi baru yang cantik, tapi dia malah membuntuti
mahasiswa cupu yang selalu ia ganggu.
Sejauh ini ia tak
ketahuan karena anak cupu itu masih terus saja membaca buku sambil berjalan.
Jadi ia tak heran jika Kazuki terus mengikutinya sampai depan gerbang kampus.
Kazuki bersembunyi di
balik pos satpam. Begitu ia melihat anak itu hampir keluar gerbang, Kazuki
pelan-pelan keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi belum beberapa langkah,
ia kembali lagi ke posisi semula. Ia mendengar suara orang memanggil anak itu.
“Manachan!!!”
Kazuki melihat dengan
seksama, orang yang memanggil-manggil itu adalah orang yang ia lihat di
restoran bersama si cupu kemarin lusa. ‘ya, tidak salah lagi’
Terlihat si cupu itu
tengah mengucek-ngucek matanya dan melihat samar orang yang barusan
memanggilnya. “Jinchan!!”
Orang yang dipanggil
Jinchan itu mendekat. Melihat perbedaan dari si cupu itu, Jin merasa aneh.
“kacamatamu mana?”
Yang ditanya jadi
gelagapan sendiri “pecah. Aku tadi terjatuh karena gak liat jalan”
“hmm.. gak biasanya
kamu seceroboh ini Manachan. Dan jangan bilang kalau kacamata itu satu-satunya”
tersenyum kecil “ya begitulah..”
tersenyum kecil “ya begitulah..”
Sementara Kazuki masih
terus berkonsentrasi dengan perbincangan dua orang di sana itu. Ia marah dan
rasanya ia ingin meninju wajah orang bernama Jin itu.
‘seenaknya manggil Manabu pakai chan segala?!!’
‘seenaknya manggil Manabu pakai chan segala?!!’
“kamu pasti belum
makan, kan?” tebak Jin, Manabu-si cupu itu- mengangguk kecil.
“kita cari makan yuk.
Sekalian beli kacamata baru”
“na..nnani?! aku gak
punya uang”
“tenang aja, aku yang traktir”
“tenang aja, aku yang traktir”
Manabu pun pergi
bersama Jin, dan lagi-lagi Kazuki mengeluarkan aura api di sekujur tubuhnya. Ia
sendiri tak sadar kalau sudah memukul tembok pos satpam itu berulang kali. Rasa
iri hati yang luar biasa dari seorang Kazuki kepada Jin. Gara-gara Manabu,
hidup Kazuki berubah total.
~~~
Seluruh e-mail tak ada
yang dibalas Kazuki, telepon pun tak ia angkat. Di dalam kamarnya, Kazuki terus
mengingat sesaat di depan gerbang kampus tadi siang. Otaknya serasa di penuhi
nama Manabu, dan wajah manisnya tanpa memakai kacamata.
Ia pun tak bisa tidur,
padahal dua setengah jam lagi matahari akan muncul. Menghela napas untuk yang
kesekian kalinya, ia mencoba memejamkan mata, mengusir pikirannya tentang
Manabu.
Tapi itu tetap saja tak
bisa. Dan akhirnya semalaman pun tak ia pakai untuk tidur. Kazuki masuk ke
kampus dengan wajah kusut, badan kurang sehat, dan pucat. Bukan Kazuki sang
penguasa yang seperti biasanya.
“ohayou, Kaz..”
Kazuki menoleh tanpa
semangat kehidupan “o..ha..yo..u..”
“hhhhiiiii??!!!!” Byo
bergidik ngeri melihat bosnya seperti mayat hidup.
“kau tak apa-apa Kaz?” tanyanya hati-hati
“kau tak apa-apa Kaz?” tanyanya hati-hati
Kazuki tersenyum kecil
“kelihatannya bagaimana?”
Byo lari tunggang
langgang karena ia melihat Kazuki sedang menyeringai padanya, sementara Kazuki
bingung sendiri melihat temannya lari begitu ia tersenyum.
“huh, sialan. Gara-gara
si cupu itu aku jadi tak bisa tidur semalam”
Begitu ia hendak memasuki ruang kelas, ia mendengar sorak sorai beberapa orang di sekitarnya. Langsung saja ia menoleh, siapa tau ada hal menarik buatnya.
“Manachan, kawaii ne~~”
Mahasiswi di sana berteriak histeris
“hai’, Manachan manis
sekali~~~~ >///<”
“tt..terima..kk..kasih..”
Manabu, orang yang tengah dielu-elukan itu tersenyum malu. Ia pura-pura membaca
buku agar wajahnya yang sudah merah tak terlihat.
Manabu datang ke kampus
tanpa memakai kacamata untuk yang kedua kali setelah insiden kemarin. Ia mampu
melihat jelas tanpa bantuan kacamata tebalnya karena bantuan softlens merah
pemberian Jin waktu itu.
Ketika Manabu memasuki
ruang kelasnya-yang seruangan dengak Kazuki cs-, ia tak sengaja melewati Kazuki
tanpa permisi. Sedangkan Kazuki masih tak percaya dengan penampilan Manabu
sekarang. Jauh lebih manis dari kemarin, walaupun kemarin itu saja sudah membuat
Kazuki klepek-klepek.
“hei kau!!” seru Kazuki
memanggil Manabu
Manabu mengalihkan
pandangannya ke Kazuki, ia buru-buru berjongkok dan meminta maaf atas
kesalahannya karena ia tak permisi atau membungkukkan badan ketika melewati
Kazuki. Mahasiswa dan mahasiswi yang melihat itupun juga tak bisa berbuat
apa-apa, padahal di dalam hati, mereka sangat ingin menghabisi Kazuki saat itu
juga.
“gomen.. gomennasai,
Kazuki-sama”
Kazuki tersenyum puas,
ia senang dipanggil namanya dengan imbuhan –sama, apalagi Manabu yang
menyebutnya.
“sudah cukup. Berdiri
cepat!”
Manabu pun berdiri,
membenarkan posisi pakaiannya yang agak berantakan dan terus mendekap buku-buku
pelajarannya di dada.
“jangan menunduk! Lihat
mataku, anak kecil”
Ragu-ragu Manabu mendongakkan wajahnya, memasang wajah ketakutan agar Kazuki mau melepasnya. Tapi Kazuki makin senang, ia seperti mendapatkan mainan baru.
Ragu-ragu Manabu mendongakkan wajahnya, memasang wajah ketakutan agar Kazuki mau melepasnya. Tapi Kazuki makin senang, ia seperti mendapatkan mainan baru.
“nah, begitu kan lebih
baik. Hei,, matamu merah. Atau jangan-jangan ini yang membuatmu tak memakai
kacamata lagi?” Kazuki bersikap sedingin mungkin padahal ia sendiri juga tak
tega berkata seperti itu pada pujaan hatinya.
“ii.iya..”
“sekarang ikut aku!”
tanpa persetujuan dari Manabu, Kazuki sudah menyolong tangan Manabu agar bisa
pergi bersamanya.
‘ya ampun,, tangannya
halus banget...’
“kk..kita,, mm..mau
kk..kemana?”
“sudah ikut saja. Atau kau mau kupukul” spontan Manabu menutup mulutnya, berusaha tak bertanya yang macam-macam lagi. ‘aduh, Kazuki bodoh!!! Kenapa kau malah mengancamnya!! Dia jadi takut tuh!!’
“sudah ikut saja. Atau kau mau kupukul” spontan Manabu menutup mulutnya, berusaha tak bertanya yang macam-macam lagi. ‘aduh, Kazuki bodoh!!! Kenapa kau malah mengancamnya!! Dia jadi takut tuh!!’
Kazuki terus menarik
tangan kurus itu sampai ke dalam toilet kampus. Ia bersama Manabu masuk ke
salah satu toilet kosong dan menguncinya dari dalam. Jengah dengan buku-buku
yang terus dibawa Manabu, ia pun merampasnya dan menaruhnya di atas tutup
toilet duduk.
Manabu semakin takut,
karena sekarang Kazuki sudah mengunci tangannya ke atas. Sehingga terlihat
jelas Manabu seperti seorang yang siap ‘disantap’.
“hhah..kau sudah
membuatku gila, anak kecil hh... aku mau kau membayarnya hh..” Kazuki
tersengal-sengal, tangan kirinya masih mengunci tangan Manabu di atas sementara
tangan kanannya membelai halus kedua pipi Manabu.
“hh..aku mau kau hh..menjadi
hh.. pacarku..” Sadar atau tidak Manabu bisa mendengar itu dengan jelas. Kazuki
yang sering mengganggunya berbeda sekali saat mengungkapkan kalimat barusan.
Terdengar tulus dan jujur.
“kk...kkau bb.. bicara
app..apa?” Kazuki makin mendekatkan wajahnya ke Manabu dan sedikit lagi ia
hampir melaksanakan aksi finalnya.
Namun karena terlalu
lelah, Kazuki mengendurkan kunciannya dan jatuh tertidur di pelukan Manabu.
Bingung dan kaget Manabu berusaha menahan berat badan Kazuki agar berdiri
seimbang. Buku-buku miliknya ia genggam di tangan kiri, dan yang lain membopong
Kazuki keluar toilet.
Ia tak membawa Kazuki
ke ruang kelas, melainkan ke ruang kesehatan. Di sana, petugas ruang kesehatan
sedang menulis sesuatu di mejanya. Ia hentikan tulis menulisnya ketika Manabu
datang menghampirinya sedang kepayahan memapah Kazuki.
“Yuu-san, tolong rawat
dia” Ia menyerahkan Kazuki pada sang perawat. “kenapa dia bisa pingsan
Manabu?”. Tak punya alasan lebih lagi, akhirnya Manabu menjawab asal “Aku
menemuknnya pingsan di kelas. Maaf, saya harus kembali ke kelas”
“dasar anak muda..” Yuu
menggelengkan kepalanya heran. Menatap intens pada sosok yang terbaring ingsan
di depannya. Tak lama ia sudah meletakkannya di kasur. Ia tau kalau Kazuki
bukan pingsan karena hal yang mengkhawatirkan, tapi pingsan karena kelelahan
kurang tidur.
Yuu biarkan Kazuki
cukup tidur, sementara ia kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi.
~~~
Manabu sangat tenang
hari ini, karena di kelas tak ada Kazuki yang sering mengganggunya. Sampai jam
kuliah selesai, Manabu masih tak merasakan hawa-hawa pembunuh Kazuki. Dia
bersemangat pulang, sampai langkahnya di hentikan.
“kau mau ke mana?”
Tak bisa menghindar
lagi, Kazuki yang sedari tadi tak ada kini muncul lagi. Dengan wajah yang lebih
mendingan dari yang tadi, walau wajah penguasanya belum hilang.
“ak..aku..mau pulang”
Kazuki tak melepaskan
genggamannya “jangan pulang dulu. Aku mau bicara padamu”
“kumohon jangan pukul
aku..”
Hati Kazuki mencelos.
Jadi selama ini dia di mata Manabu adalah seorang tukang pukul yang selalu
memukul sesuai kehendak hatinya.
“aku tak akan melakukannya. Aku hanya ungin bilang terimakasih”
“terimakasih kau sudah
membawaku ke ruang kesehatan. Tanpa bantuanmu pasti aku sudah tertidur di
toilet” ungkapnya “dan.. soal perkataanku sebelum aku pingsan, kau
mendengarnya,kan?”
“ah..eh..etto... aku..”
“kau mau apa tidak?
Cukup katakan ya dan aku tak akan mengganggumu lagi”
Manabu berpikir
sebentar, kata-kata itu..’cukup katakan
ya dan aku tak akan mengganggumu lagi’ hei... berarti kalau Manabu jawab
tidak maka Kazuki akan terus mengganggunya sampai puas.
“ini..tidak adil”
“untukmu, tapi bagiku
semua terasa adil. Aku menyukaimu anak kecil”
Mata Kazuki berbinar memohon. Wajahnya juga memelas, dan Manabu tidak bisa menolaknya, ia sebenarnya juga menyukai Kazuki. Merasa tak enak dan ia pikir Kazuki pasti mengerjainya lagi, ia coba menolaknya sehalus mungkin.
“Kazuki-sama, maaf...”
Dahinya berkerut,
Kazuki kecewa dengan penolakan itu. Tapi ia tak gentar, bukan Kazuki namanya
kalau tak bisa mendapat apa yang ia inginkan.
“jadi kau menolakku?” tanya
Kazuki dengan nada meremehkan
Manabu membuang wajahnya, menatap ke sekeliling agar tak langsung berhadapan dengan mata Kazuki.
Manabu membuang wajahnya, menatap ke sekeliling agar tak langsung berhadapan dengan mata Kazuki.
“pikirkan sekali lagi”
Manabu menggeleng
pelan, serba salah jika ia mengambil dua keputusan itu.
Tanpa basa basi, kembali Kazuki melancarkan aksinya seperti yang di toilet tadi. Ia mendekatkan wajahnya ke Manabu dan tangannya memegangi kepala belakang Manabu agar tak dapat melepaskan diri.
Yak, Kazuki sudah
mendaratkan bibirnya di tempat yang benar. Saking kagetnya Manabu nyaris tak
bisa bernafas. Jantungnya berdetak lebih dari kecepatan normal. Kazuki
menyukainya, rasa manis dan hambar berbaur jadi satu.
Agak lama Kazuki memonopoli Manabu, akhirnya ‘acara’ itu ia sudahi. Mereka saling mengambil napas banyak-banyak takut kehabisan pasokan oksigen. Kazuki melihat jelas wajah Manbu yang semula putih kini berubah merah, semerah softlens yang dia pakai. Ia pikir dengan begini Manabu mau menerimanya.
“terbukti kan aku tidak
main-main”
“Kazuki-sama, serius?”
“untuk apa aku
meluangkan waktu di sini bersamamu jika hal ini tidak serius?” tegasnya lagi
“aku akan mengabulkan apapun yang kau inginkan jika kau mau jadi pacarku”
Manabu menelan ludahnya susah payah. Mungkin ini sudah jadi takdirnya harus terus bersama Kazuki. Toh dia juga sudah biasa...
Ia memberanikan diri
menatap kedua mata Kazuki, menarik napas pelan dan...
“ya, aku mau”
Owari
No comments:
Post a Comment