Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : KazukiXManabu, ByouXRui, JinXManabu (?)
Chapter : OneShoot
Genre : Fluff
A/N : SUMVEHH, GUE CINTA BANGET SAMA DIA *nunjuk Abon*. Dan oiya, ternyata setelah gw buka folder epep ternyata masih ada satu fic gift buat kang mas Abon. Yaitu fic ini, oh pikunnya gw kenapa cuman ngepost yang Pine Wood doang ß ketularan pikunnya Kai. Maafkan istrimu ini ya, kang mas Abon... *peyuk2 Abon*
SUKEBE!!!!!!
Setelah pulang dari
kantor, ia sangat kelelahan karena membawa banyak sekali kado-kado hadiah dari
fans, mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tanggal 23 Juni setiap
tahun semenjak dia bergabung di ScReW, ia langsung mendapatkan banjir hadiah
dari fans setianya. Ia sangat senang, dan oleh karena itu kado-kado itu-tak
terkecuali- ia bawa pulang semua.
Kini ia sudah di
apatonya, menaruh semua kado itu di lantai kosong. Dilihatnya satu per satu dan
ia banyak menemukan hadiah makanan di sana. Hanya beberapa yang memberinya
kartu ucapan, bunga, dan boneka. Manabu sudah sering mendapatkan boneka, dan
sampai-sampai ia membeli lemari kecil khusus untuk boneka-boneka tersebut.
Makanan yang diberikan
itupun ia lihat, paling banyak adalah makanan seperti kue ataupun tart dengan
whipped cream. Ia berpikir memang tak akan terjadi apapun kalau kue seperti ini
tidak dimakan dalam beberapa hari, tapi kalau ia tak sengaja lupa memakannya
kan jadi terbuang sia-sia. Untuk itu, Manabu sengaja menghubungi kawan-kawan
satu bandnya untuk datang ke apatonya sore ini. Ia bermaksud untuk membagi-bagi
kue ini pada mereka.
Ia pun menelepon Jin,
“moshi moshi~ Mana” sapa Jin di seberang telepon
“moshi moshi, etto.. Jinchan bisa ke apatoku sekarang kan? Aku mau ajak Jinchan sama yang lain makan kue di sini” ucap Manabu halus
“oke oke,, asikk kue lagi~~” serunya girang “iya, jyaa Jinchan” Manabu langsung memutus teleponnya.
“moshi moshi, etto.. Jinchan bisa ke apatoku sekarang kan? Aku mau ajak Jinchan sama yang lain makan kue di sini” ucap Manabu halus
“oke oke,, asikk kue lagi~~” serunya girang “iya, jyaa Jinchan” Manabu langsung memutus teleponnya.
Lanjut ia menelepon
Rui, “moshi moshi, Ruichan.. lagi sibuk gak?”
“gak kok, ada apa Mana telepon?” . “aku mau ajak Ruichan ke apatoku sekarang, kita makan kue lagi” ketika terhenti berucap, Manabu mendengar seperti ada orang lain bersama Rui sekarang. “Byou juga ikut kan?” tanya Rui
“hai’, semuanya aku undang”
“baiklah, kau tak usah menelepon Byou. Dia sekarang bersamaku” tukasnya
“oke, aku tunggu ya” dan ia mengakhirinya
“gak kok, ada apa Mana telepon?” . “aku mau ajak Ruichan ke apatoku sekarang, kita makan kue lagi” ketika terhenti berucap, Manabu mendengar seperti ada orang lain bersama Rui sekarang. “Byou juga ikut kan?” tanya Rui
“hai’, semuanya aku undang”
“baiklah, kau tak usah menelepon Byou. Dia sekarang bersamaku” tukasnya
“oke, aku tunggu ya” dan ia mengakhirinya
Jin sudah, Rui sudah,
Byou juga sudah. Tinggal..... Kazuki!
Sebenarnya ia agak ragu
mengubungi temannya itu. Oh salah, Kazuki tidak menganggap Manabu sebagai
teman. Kazuki sering menjahili dan menggoda Manabu, yang itu membuat Manabu
sangat sebal padanya. Tapi karena pada dasarnya Manabu itu orangnya tidak
tegaan, jadi ia ‘terpaksa’ menelepon Kazuki.
Panggilannya
tersambung, tapi tak seperti temannya yang lain yang langsung mengangkat
panggilannya. Ia butuh beberapa lama untuk mendengar sahutan dari Kazuki.
“moshi moshi, Manachan.. maaf aku lama mengangkatnya”
Manabu sedikit mendengus “iya gak papa. Kazukun, ke apatoku sekarang ya” ucapnya to the point.
“kenapa? Kau kangen padaku, ya? Padahal kan baru tadi kita bertemu” goda Kazuki dengan senyum sukebe khasnya, namun sayang jika Manabu melihat tampang Kazuki saat ini pasti ia sudah mual-mual.
“jangan bercanda lagi, aku serius Kazukun”
“aku juga serius kok, hehehe...”
“uuh,, pokoknya Kazukun harus datang”
“hehehe,, baik Mana-chann <3”
Kembali ia
‘mengobrak-abrik’ isi kadonya dan wow, ia menemukan game. Tapi kenapa game
kesukaan Jin? Pikirnya. Ia simpan game itu dan membuat rencana kalau ia akan
memainkannya nanti dengan Jin. Pasti dia akan senang.
Semua kue-kue manis
itupun ia letakkan di meja dan mengaturnya. Ia jadi senyum-senyum sendiri
melihat tingkahnya yang saat ini lebih senang daripada yang tadi. Apa mungkin
karena Kazuki akan datang? Yap, mungkin saja kan.
“Hai, kami tidak telat
kan?” ucap Rui yang baru masuk dari luar karena pintunya terbuka.
Manabu melihat Rui tidak sendiri, ada Byou di sana sedang mencoba mematikan rokoknya.
“gak kok, kalian yang pertama ke sini. Duduklah, kuenya dimakan ya” suruh manabu dan diakhiri dengan senyuman manis miliknya.
Manabu melihat Rui tidak sendiri, ada Byou di sana sedang mencoba mematikan rokoknya.
“gak kok, kalian yang pertama ke sini. Duduklah, kuenya dimakan ya” suruh manabu dan diakhiri dengan senyuman manis miliknya.
Sedikit berselang, Jin
juga masuk tanpa permisi dan sudah duduk di sebelah Byou. “Manachan, ini kuenya
ya.. waaa,, keliatannya enak nih”
“hehehe, makan aja Jinchan” ucap Manabu yang sedang menyusun CD game yang ia mainkan kemarin malam. Dan ia mengambil CD game pemberian fansnya yang tadi ia taruh.
“hehehe, makan aja Jinchan” ucap Manabu yang sedang menyusun CD game yang ia mainkan kemarin malam. Dan ia mengambil CD game pemberian fansnya yang tadi ia taruh.
“Jinchan, mau main ini
gak?”
Jin yang masih mengunyah dan memegang sepiring kue coklat itu pun melotot seketika waktu melihat game favoritnya ada di tangan Manabu. Cepat-cepat ia taruh kuenya dan melesat ke arah Manabu.
“iya iya aku mau.. mau
banget!!”
Dan Manabu membuka CD
dan meletakkan kasetnya di pemutar kaset. Saat itu juga Jin berucap “kalau tak
ada taruhan gak seru deh!”
Manabu menoleh dengan tatapan aneh. “berani taruhan gak Manachan?” Jin mengedap-kedipkan matanya.
Manabu menoleh dengan tatapan aneh. “berani taruhan gak Manachan?” Jin mengedap-kedipkan matanya.
“taruhannya apa?”
dengan polosnya Manabu bertanya
“kalau kau menang, aku
akan menggendongmu sampai ujung apato ini” Manabu berpikir sebentar, apatonya
memang sangat luas dan kalau ia digendong nanti pastinya Jin akan kelelahan.
Dan itu artinya Manabu benar-benar bisa mengalahkan Jin dalam urusan main game.
“boleh, lalu kalau aku
kalah bagaimana?”
“gak susah kok. Kamu
cukup mencium pipiku 20 detik. Pipi kiri sepuluh, dan yang kanan juga sepuluh”
Spontan Manabu
mendelik, ia juga bisa mendengar suara kekehan dan tertawaan dari dua temannya
di sana. Rui hanya terkekeh kecil, sementara Byou sudah tertawa seperti orang
gila. Bukan Byou yang gila, tapi Jin, pikir Manabu. Kalau ia mengiyakan berarti
bibirnya sudah gak perjaka lagi dong, walaupun hanya sebatas pipi. Tapi, dua
puluh detik itu akan sangat lama jika kau serius menghitungnya.
“ak..aku,, ..” ucap
Manabu terbata-bata, dia bingung.
“hei Jin, kalau dia
tidak mau ya kenapa dipaksa” suara berat terdengar dari luar. Ternyata Kazuki,
dia sudah berkacak pinggang di depan pintu. Ia menghampiri mereka berdua dan
duduk di dekat Manabu. “jangan menodai anak sepolos ini dengan ke-sukebe-anmu,
Jin” ucapnya dengan suara hampir mendesah di telinga Manabu. Refleks Manabu
bergidik kegelian mendengarnya.
“ayolah Kazuki, kau
sebenarnya mau kan Manabu menciummu?” sekarang malah Jin yang menatap nakal
pada Kazuki. Ia kembali melanjutkan “Kazuki, sini sebentar”
Jin mengajak Kazuki
berdiskusi sebentar tanpa Manabu. Sementara Rui dan Byou di depannya juga
sedang berbisik-bisik.
“kurasa mereka akan
berbuat licik lagi pada Manabu” bisik Byou pelan
Rui pun tersenyum menahan tawa “iya, sepertinya begitu. Kasihan Mana”
Rui pun tersenyum menahan tawa “iya, sepertinya begitu. Kasihan Mana”
Kemudian Jin dan Kazuki kembali dari ‘diskusi rahasianya’. Jin duduk lagi di samping Manabu, “bagaimana? Mau kan, ayolah Manachan”
Manabu memasang wajah
serba salah, ia mendengus lagi “baiklah, aku terima”
‘YES!’ seru Jin dan
Kazuki dalam hati. Mereka tak bisa menutupi rasa senangnya begitu Manabu
menjawab ‘ya’. Entah hal licik apa yang mereka lakukan nanti.
“oke Manachan, permainannya tiga kali ya” senyum Jin sambil memgang joystick gamenya, dan Manabu mengangguk pasrah.
Byou dan Rui masih
mesra-mesraan di sofa sana, dan Kazuki hanya minum soda yang ada di kulkas
Manabu. Itupun tanpa seijin sang empunya kulkas.
Ini sudah game yang
kedua, permainan pertama Manabu yang menang tapi di game kedua jinlah
pemenangnya. Dan game ketiga ini penentuannya. Bisa jadi Manabu yang akan
digendong Jin sampai ujung apato, atau malah ia yang harus rela mencium kedua
pipi Jin selama 20 detik. Semua tergantung usaha.
“YES!!! Aku menang kan, Manachan!!! Karena aku sudah tau cara menyelesaikan game ini degan mudah, jadi sesuai taruhan ya.. hehehe...” Jin sudah bersiap dengan pipi kirinya, sesekali ia mengetuk-ngetuknya agar Manabu lekas menciumnya.
Manabu shock atas
kekalahannya. Harapannya akan digendong Jin pupuslah sudah.
“oiya, kalian bantu
hitung ya” seru Jin pada ketiga temannya yang lain.
Dan acungan jempol
mereka hadiahkan.
Manabu sudah mendekat ke pipi Jin, semakin dekat, hampir menyentuh, dan....
CUP
Ia sampai tak berani
melihat apa yang ia lakukan sendiri. Manabu mendengar teman-temannya sudah
menghitung sampai tujuh. ‘Tiga detik lagi Manabu, kau pasti bisa!!’ jeritnya
dalam hati.
“yak selesai!!!” seru
Kazuki yang dengan cepat Manabu langsung melepaskan bibirnya dari pipi Jin. Jin
melihat Manabu seperti orang yang habis berlari ribuan kilometer tanpa air.
Napasnya tersengal-sengal.
“jangan lega dulu, pipi
kanan menunggu, lho”
Lagi-lagi Manabu tak
bisa membantah, tapi begitu ia hendak melakukannya tiba-tiba Jin memotongnya
“untuk yang ini kau harus tutup mata terus. Jangan dibuka!!” ucapnya keras,
Manabu sampai takut dibuatnya “Mengerti,
Manachan?” lanjutnya lagi dengan penekanan yang lebih halus.
Manabu sudah menutup mata sesuai perintah Jin, ia merasakan wajahnya seperti terhempas angin dan bibirnya ia ulum sendiri, mengeluarkannya dalam keadaan basah.
“cepat cium” suruh Jin
Tak selama yang pertama
tadi, Manabu menciumnya tanpa ragu-ragu. Bahkan ia sama sekali tak mendengar
suara teman-temannya berhitung. Ia jadi bingung, padahal Manabu juga menghitung
sendiri dalam hati dan ini bahkan sudah detik kelima belas. Ini curang!!!
Dirasa sudah melewati
batas, ia sudahi ciuman di pipi Jin tersebut. Ia membuka mata dan melihat agak
kabur seseorang di depannya memakai piercing di bibir kanannya. Setau Manabu,
piercing di bibir Jin ada di kiri, bukan di kanan. Tapi.....
Spontan Manabu menutup
mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia sangat kaget melihat orang di
depannya bukanlah Jin, tapi.. Kazuki.
Ia melihat ke
sekeliling dan menemukan Jin berada di samping Rui dan Byou sambil melambaikan
tangannya seolah-olah sedang ber’hai’ ria.
“kalian bersekongkol?!”
bentak Manabu marah, ia terus menggosok-gosokkan bibirya dengan tangan,
berusaha menghilangkan bekas ciuman gila pada Kazuki tadi.
“Manachan, ciumanmu
hangat loh. Yah, padahal aku ingin ciuman di bibir sih” Manabu menatap nanar
Kazuki dan hampir menangis.
“Ruichan juga..”
“maaf Mana, Byou memaksaku..”
“jahat”
“maaf Mana, Byou memaksaku..”
“jahat”
Manabu pergi secepatnya dari sana. Ia pergi ke lantai bawah apatonya dan duduk di selasar tangga penghubung. Wajahnya ia benamkan sambil menangis, ia peluk kakinya seperti orang menggigil.
Sementara di apato
Manabu, mereka serempak diam seribu bahasa. Mereka saling berpadangan. Mencari
siapa sebenarnya yang bersalah atas marahnya Manabu. Mereka ini memang sangat
suka mengerjai Manabu, kecuali Rui. Ia tak tau kalau ia sendiri juga ikut
terlibat karena Byou memaksanya diam.
Sampai Kazuki bangkit
“aku akan menemuinya”
“cepatlah, Manabu pasti
sedang menangis sekarang” Rui sangat khawatir pada temannya itu, terlihat dari
suaranya yang agak serak.
Kazuki celingak-celinguk ke sana kemari, hingga ia mendengar suara sesenggukkan dan ia pun mencarinya. Matanya menangkap sosok Manabu di tangga paling bawah, Kazuki tak bisa mendengar tangisan pilu dari seorang Manabu.
Ia mendekatinya, dan
duduk sejajar dengan Manabu. Meletakkan tangan kanannya di bahu mungil Manabu,
mendekapnya erat. “maaf ya”’
Manabu tak menjawab, ia
malah menjauhkan diri dari Kazuki. “Kazukun jahat...”
“Manachan, kami hanya
bercanda. Kau kan sudah biasa kami jahili, masa’ Manachan menangis hanya karena
ini” hibur Kazuki “nanti gak cantik lagi loh”
“aku benci Kazukun!!!
Huh!” Manabu membuang muka tak melihat Kazuki. Sebenarnya ia sudah tak terlalu
marah, tapi ia masih sebal. Ia maju mundurkan bibirnya dan Kazuki yang melihat
itu tersenyum geli.
Menurutnya Manabu sangat imut seperti itu, rasanya ingin
meraih bibir merekah itu dan melahapnya.
“ayolah Manachan,
jangan cemberut begitu. Jadi jelek tuh mukanya” Kazuki mencoba mencuri pandang
ke Manabu dan sedikit mencolek pinggangnya agar Manabu menoleh padanya.
“iih,, Kazukun geli
tau!” Manabu menggerak gerakkan badannya kegelian. Kazuki tampaknya sudah
berhasil membuat Manabu tak marah lagi.
“tuh kan, kalau ketawa
cantik deh. Hihihi...”
Manabu langsung
memukul-mukul lengan Kazuki walaupun Kazuki sendiri tak menganggapnya sebagai
pukulan. Malah lebih seperti sebuah sentuhan, karena tangan Manabu sangat
kurus.
Tepat setelahnya,
Kazuki mengunci kedua tangan Manabu dengan tangan kanannya. Sementara tangan
yang lain ia tempelkan di belakang kepala Manabu dan membawanya mendekat ke
wajahnya. Manabu melebarkan matanya, begitu tau sesuatu yang basah dari bibir
Kazuki dan dinginnya piercing itu sudah menyentuh bibirnya. Kazuki tak ingin
merusak suasana hati Manabu lagi, oleh karenanya ia langsung menghentikannya.
Hanya ciuman sekilas, not deepen but have an electric in there.
“aku menyukaimu,
Manachan...”
Manabu
terbengong-bengong, mulutnya sedikit terbuka dan melihat Kazuki seperti
halusinasi.
“hontou?”
“hontou?”
Kazuki menaikkan bibir
berpiercingnya itu sedikit “yap, aku suka padamu waktu awal kau bergabung
dengan kami”
“awas saja kalau
Kazukun menjahiliku lagi. Aku akan benci Kazukun selamanya!”
“oke oke. Senyum dulu
dong” godanya lagi ditambah ia menyolek dagu Manabu
“iih tuh kan! Gak bisa
dipercaya”
***
“RUICHANNNNN!!!!!!!!!”
Pagi-pagi seisi apato
Manabu sudah dikejutkan dengan teriakan tak henti-hentinya dari Manabu. Dia
berlari dari kamar mandi ke kamarnya dan membangunkan Rui secara paksa. Ia
langsung menubruk Rui dan menangis sekencang-kencangnya.
“ada apa Manachan?”
“hiks..hiks.. Kazukun
jahat.. hiks..hiks..”
Rui mencoba mengedipkan
matanya dan mulai sadar “jahat kenapa? Dia menjahilimu lagi?”
Ia menggeleng
“dd...diia, ngintip aku mandi!!”
Rui menahan tawanya, ia
tak habis pikir. Se-sukebe itukah Kazuki sampai-sampai tega mengintip Manabu
yang sedang mandi!?
“hikss.hiks.. Ruichan,
marahin dia..”
Pelan Rui mengusap kepala lembut anak itu “iya, nanti aku marahin”
“gak mau!! Pokoknya sekarang!! Aku malu, Ruichan....hiks..hiiks..”
Pelan Rui mengusap kepala lembut anak itu “iya, nanti aku marahin”
“gak mau!! Pokoknya sekarang!! Aku malu, Ruichan....hiks..hiiks..”
Tak lama orang yang diperbincangkan
pun datang tanpa rasa berdosa.
“hoi Rui? Sudah bangun?
Eh,, Manachan~~ kenapa kau lari tadi?”
Manabu sudah
bersembunyi di balik punggung Rui. Mengintip Kazuki sedikit takut-takut kalau
Kazuki bisa berbuat lebih berbahaya dari yang tadi.
‘Ruichan, marahin dia
sekarang..’ Manabu berbisik ke telinga Rui.
Rui mulai menginterogasi
Kazuki dengan menatapnya tajam “Kazuki, kamu apakan Manabu tadi?”
“tidak ada.. aku hanya
melihat sesuatu yang menarik”
“BOHONG!!!”
Kazuki mendelik pada
Manabu yang gemetaran di belakaang sana “bohong apanya Manachan? Aku baru saja
melihat sesuatu yang menarik tadi. Aku benar kan?”
“yang kau sebut menarik
itu mengintip orang mandi?!! Dasar SUKEBE!!!!!”
“wah aku ketahuan ya..”
Manabu makin tak sabar
saja ingin mencakar-cakar wajah Kazuki, namun mengetahui situasi makin panas,
Rui pun menenangkannya.
“Kazuki, cepat minta
maaf” suruh Rui
“oke oke..” Kazuki
menghampiri Manabu yang masih di belakang Rui. Ia mendudukkan dirinya dekat
sekali dengan Manabu.
“maaf ya Manachan.. aku
tidak sengaja kok..” Manabu serius sekali memperhatikan wajah Kazuki,
sampai-sampai ia tak sadar kalau tangan Kazuki sudah menjelajah ke area tubuh
Manabu.
Barulah ia sadar bahwa
ada sesuatu yang menggerayangi bokongnya. Pelan ia menoleh dan terlihat jelas
tangan Kazuki sudah berhasil mendapatkan salah satu ‘aset berharga’ miliknya.
Dan Kazuki mendapat sebuah Slap yang cukup keras dari seorang Manabu.
Dan Kazuki mendapat sebuah Slap yang cukup keras dari seorang Manabu.
“ DASAR
SUKEBEEEEEE!!!!!!!”
Owari
No comments:
Post a Comment