Title : Right Beside You
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pairings : KazukiXManabu, ByouXManabu
Genre : School life, Drama, Romance, Angst
Warning: ini adalah fanfic discontinued yang sekiranya bisa untuk menuh2in blog (rese banget kan gue?)
A/N : sebenernya gue ga yakin juga mau publish ini, tapi karena pada dasarnya gue ga tahan liat fic numpuk di netbook, yasudahlah gue munculin aja di sini.
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pairings : KazukiXManabu, ByouXManabu
Genre : School life, Drama, Romance, Angst
Warning: ini adalah fanfic discontinued yang sekiranya bisa untuk menuh2in blog (rese banget kan gue?)
A/N : sebenernya gue ga yakin juga mau publish ini, tapi karena pada dasarnya gue ga tahan liat fic numpuk di netbook, yasudahlah gue munculin aja di sini.
Right Beside You
Flyleaf – I’m so Sick
Flyleaf – I’m so Sick
Di hari pertama tahun
ajaran baru Kazuri High School, lapangan sekolah elite khusus laki-laki itu
sudah penuh dengan siswa baru yang telah lulus ujian masuk sebelumnya. Tentu
saja suasana di sana sangatlah ramai, penuh dengan siswa ber-almamater yang
masih baru dan rapi. Ada yang senang masuk di kelas terbaik, dan ada yang biasa
saja namanya tertera di kelas terakhir. Salah satu contohnya, Kazuki. Siswa
dari Kanagawa ini sengaja memilih sekolah di Tokyo karena alasan ia ingin
meneruskan sekolah ke tempat yang lebih baik di banding tempat kelahirannya
itu. Dengan IQ yang lumayan, dia bisa masuk ke kelas A berbarengan dengan
teman-teman barunya yang juga cerdas.
Ia sungguh senang,
dengan begitu selangkah ia sudah bisa menapaki cita-citanya sebagai arsitek.
Karena impiannya adalah membangun sebuah rumah untuk orang tuanya dan untuk
dirinya kelak. Ia ingin seperti itu, dan ia bersungguh-sungguh akan belajar
keras agar impiannya dapat terwujud.
Sepuluh menit
sebelum pelajaran benar-benar dimulai, Kazuki yang melihat keluar kelas tak
sengaja menangkap sosok anak laki-laki berseragam sama dengannya yang mulai
masuk ke kelasnya. Tapi anehnya, anak itu masuk dengan ekspresi ketakutan dan
nyaris kembali keluar. Kazuki makin memperhatikan anak itu. Dengan susah payah,
ia masuk ke kelas sambil menundukkan kepalanya, dan sempat juga ia salah
menempati kursi. Kazuki menjadi penasaran karenanya.
Akhirnya anak
yang kelihatan lebih kecil dari Kazuki itu pun duduk di pojok kelas sambil
terus menggenggam kedua tangannya.
‘kenapa dia?’
pikir Kazuki
Jam istirahat,
semua siswa di Sekolah tak terkecuali kelas Kazuki berada pasti menuju ke
cafetaria untuk makan siang. Namun berbeda halnya dengan anak yang Kazuki
perhatikan tadi pagi. Kazuki sengaja mengintip dari luar jendela untuk melihat
apa yang dilakukan anak itu. Dan ternyata dia membawa kotak bekal dan mulai
memakan isinya. Masih saja dengan ekspresi takut, tapi terlihat agak berbeda
dari yang tadi. Wajahnya terlihat lebih tenang dan mampu mengontrol dirinya.
Kazuki
mengurungkan niatnya untuk ke cafetaria dan kembali ke kelas. Begitu mendengar
suara langkah kaki dari luar, anak pembawa bento itu segera menyimpan kotak
bekalnya ke dalam laci. Kazuki pun mendekati anak itu berusaha meyakinkan bahwa
tak ada yang perlu ditakuti olehnya.
Anak itu tak
berani melihat Kazuki yang sudah duduk di depannya.
“hai?” Kazuki
membuka percakapan. Bukannya menjawab, anak itu malah makin menunduk takut. “jangan
takut. Aku tak akan menyakitimu.. namamu siapa? Aku Kazuki” ucapnya ramah
sambil menjulurkan tangan ke arah anak itu.
Anak itu tak
merespon jabatan tangan Kazuki. Ia hanya berbicara pelan. “Manabu”
Manabu, anak
yang mampu menarik perhatian Kazuki karena sikapnya yang bisa dibilang ‘aneh’
itu. “kenapa tidak jadi makan? Kau malu, ya?” tanya Kazuki sambil terus melihat
wajah Manabu lekat-lekat. Ia menggeleng. “kalau begitu keluarkan.. aku ingin
tau kau bawa bekal apa”
Perlahan Manabu
mengambil bento yang tadi ia sembunyikan. Meletakkannya di atas meja dan
membukanya lagi. Kazuki sumringah melihat jejeran lauk yang banyak itu “wahh,,
kelihatannya enak..”
Manabu yang
bersiap memakan telur gulungnya pun berhenti sejenak dan mendongak melihat ke
arah Kazuki. Ia jadi tak enak begitu melihat Kazuki yang menatap makanannya
terus.
“ambil saja kalau kau mau,,” tawar Manabu sambil menggeser kotak bekalnya ke depan.
“terima kasih, ya.” Manabu menyerahkan sumpitnya kepada Kazuki, dan langsung mengggunakannya untuk mengambil potongan sosis matang berwarna merah menyala itu.
“ambil saja kalau kau mau,,” tawar Manabu sambil menggeser kotak bekalnya ke depan.
“terima kasih, ya.” Manabu menyerahkan sumpitnya kepada Kazuki, dan langsung mengggunakannya untuk mengambil potongan sosis matang berwarna merah menyala itu.
“enak sekali..”
puji Kazuki. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat menikmati.
Karena terlalu lama menikmati makanan
enak itu, Kazuki jadi lupa kalau Manabu sendiri belum makan apapun.
“ah, gomen.. ini” Kazuki mengembalikan sumpit itu lagi, dan Manabu menerimanya dengan agak canggung. Manabu mulai memakan bekalnya pelan-pelan, sambil berpikir Kazuki akan segera pergi dari situ.
“ah, gomen.. ini” Kazuki mengembalikan sumpit itu lagi, dan Manabu menerimanya dengan agak canggung. Manabu mulai memakan bekalnya pelan-pelan, sambil berpikir Kazuki akan segera pergi dari situ.
Tapi sampai Manabu
selesai dengan makannya, Kazuki tak kunjung pergi dan sedari tadi ia terus saja
memerhatikan Manabu yang sedang makan. Hingga Manabu benar-benar menghabiskan
bekal makannya.
**
Jam kedua
pelajaran hari ini baru saja masuk, semua teman Kazuki yang tadi pergi ke
cafetaria langsung masuk ke kelas dan beberapa di antaranya menghampiri Kazuki
dan mengajak Kazuki untuk kembali ke tempat duduknya semula.
Kazuki pun
menuju kursinya lagi namun sesekali ia terus mencuri pandang ke arah Manabu.
“hei, Kazuki,
kau tadi ngobrol dengan Manabu senpai?” tanya seorang anak laki-laki berparas
manis itu pada Kazuki.
“ha? Apa maksudmu dengan memanggilnya senpai?.. dan sebenarnya kau sudah kenal dengannya, Rui?” Kazuki balik bertanya. Rui-anak berparas manis- itu memutar bola matanya dan menghela napas berat, “wajar saja kau tak tau. Manabu senpai itu sebenarnya kakak tingkat kita, beda setahun”
“ha? Apa maksudmu dengan memanggilnya senpai?.. dan sebenarnya kau sudah kenal dengannya, Rui?” Kazuki balik bertanya. Rui-anak berparas manis- itu memutar bola matanya dan menghela napas berat, “wajar saja kau tak tau. Manabu senpai itu sebenarnya kakak tingkat kita, beda setahun”
Kazuki menganga
tak percaya, keningnya berkerut heran. Ia penasaran dan mendekatkan kursinya
lebih dekat lagi dengan kursi Rui. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Manabu.
“dia seharusnya
sudah duduk di kelas 2, tapi karena dia punya penyakit parah, jadi dia harus
tinggal kelas karena harus berobat selama setahun penuh” jelas Rui serius.
“penyakit? Apa?” Kazuki makin dibuatnya penasaran.
“jangan beritahu siapapun, ya. Ini rahasia” ucap Rui, dan Kazuki mengiyakannya.
“penyakit? Apa?” Kazuki makin dibuatnya penasaran.
“jangan beritahu siapapun, ya. Ini rahasia” ucap Rui, dan Kazuki mengiyakannya.
Rui langsung
berbisik ke telinga Kazuki dan berucap sangat pelan,
“Phobia keramaian...”
“hee??” Kazuki
tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Penyakit apa itu? Aneh.
Pikirnya.
“sudah kuduga pasti kau tak akan percaya, tapi itu memang kenyataan. Dia jadi begitu karena trauma, sewaktu SMP ia pernah punya pacar, dan pacarnya meninggal di wahana roller coaster” ekspresi Rui kini berubah menjadi takut dan ngeri. Membayangkan yang sama dengan apa yang pernah Manabu lihat.
“sudah kuduga pasti kau tak akan percaya, tapi itu memang kenyataan. Dia jadi begitu karena trauma, sewaktu SMP ia pernah punya pacar, dan pacarnya meninggal di wahana roller coaster” ekspresi Rui kini berubah menjadi takut dan ngeri. Membayangkan yang sama dengan apa yang pernah Manabu lihat.
“Manabu senpai
sangat mencintai Byou senpai. Bahkan aku juga sempat menyukai Byou senpai
karena wajahnya yang sangat tampan itu” .. “bayangkan saja, Byou senpai itu punya
darah Jerman dan terlebih ia kaya. Sosok yang sempurna untuk dijadikan pacar”
jelasnya lagi.
“Byou? Itu nama
pacarnya?”. Rui mengangguk. “jadi itu sebabnya, ia tak pergi ke cafetaria
tadi?”. Rui mengangguk lagi.
“apa penyakitnya
bisa disembuhkan?”. Sejenak Rui berpikir bahwa selama ini belum pernah ia
mendengar hal apapun tentang bagaimana cara menyembuhkan traumatis seperti yang
Manabu idap.
“aku tak tau.
Tapi, mungkin saja dengan membawanya ke tempat yang ramai dan sedikit latihan,
dia bisa sembuh”
Kazuki diam,
sedikit ia menyetujui rencana Rui itu. “sepertinya bagus..”
“ano, Manabu pulang bareng yuk. Aku bawa
sepeda” Kazuki menawarkan diri di depan Manabu yang masih menunggu keadaan
hingga sepi.
“rumahku jauh”
“tenang saja, aku akan mengantarmu sampai rumah.. sekalian aku bisa tau rumahmu”
“tidak perlu. Onii-san akan menjemputku sebentar lagi”
“tenang saja, aku akan mengantarmu sampai rumah.. sekalian aku bisa tau rumahmu”
“tidak perlu. Onii-san akan menjemputku sebentar lagi”
Harapan Kazuki
jadi hilang. Mukanya berubah kecewa. “tapi apa aku boleh berkunjung ke rumahmu
suatu saat nanti?”
“terserah kau
saja” Mendadak wajahnya kembali bersemangat “ayo pulang, ku antar sampai depan”
Manabu
mengangguk, keadaan juga dilihatnya sudah sepi jika dibandingkan dengan yang
tadi.
Kazuki berjalan
berbarengan dengan Manabu siang itu, menunggu kakak Manabu datang menjemput
karena alasan ia tak ingin membiarkan Manabu sendirian mengingat phobia nya
pada keramaian.
“itu dia” ucap Manabu
tiba-tiba dan menunjuk sebuah mobil berwarna hitam yang menuju ke arah mereka.
Mobil itu pun berhenti di depan Manabu dan Kazuki, dan kaca depan pengemudi itu terbuka dan memperlihatkan sesosok laki-laki yang tampan berwajah tirus.
Mobil itu pun berhenti di depan Manabu dan Kazuki, dan kaca depan pengemudi itu terbuka dan memperlihatkan sesosok laki-laki yang tampan berwajah tirus.
“ayo masuk,
Manachan..” suruh orang itu yang sebelumnya memberikan senyum pada Kazuki.
“Kazuki, aku
pulang dulu. Terimakasih untuk hari ini..” Manabu pun masuk ke kursi belakang
mobil dan mobil pun melaju meninggalkan Kazuki di sana.
‘pasti itu kakaknya...’
**
Sebelum Manabu
datang, Kazuki sduah berrencana untuk memulai berteman lebih akrab dengan Manabu.
Ia sudah membawa bekal bento agar Manabu tak sendirian memakan bekalya saat jam
istirahat. Dan ia juga akan menemani Manabu menunggu kakaknya menjemput Manabu
pulang.
“Kazuki!”
panggil Rui dari jauh. Kazuki hanya berdehem keras tanpa melihat ke arah Rui,
karena sekarang ini Kazuki sedang sibuk menyalin catatan yang tak sempat ia
catat kemarin.
“aku punya tiket
ke taman bermain, kau mau tidak?”
Spontan Kazuki
menghentinkan menulisnya, ia melihat ke arah Rui dengan
tatapan-tidak-salah-kah-kau-menawariku-ke-taman-bermain?-
“taman bermain?
Memangnya aku anak SMP?”
“kakakku memberikan
ini padaku, dan tentu saja aku tak mau. Dan kenapa aku menawarimu ini, itu karena
Manabu senpai juga” Telinga Kazuki sangat peka jika nama Manabu disebut. Dan
memang benar, dua hari terakhir ini ia selalu menyebut-nyebut nama Manabu saat
bersama Rui atau temannya yang lain.
“kenapa Manabu?”
tanya Kazuki. “masa kau lupa. Kau ingin menyembuhkan penyakit Manabu senpai,
kan?”. Kazuki mengangguk.
“ini, kuberikan
padamu, pas dua buah. Kau ajak Manabu senpai ke sana dan sembuhkanlah ia” pinta
Rui. “dan jangan lupa kau bawa dia ke wahana roller coaster, buat dia bisa
melupakan musibah kematian Byou senpai”
Kazuki akhirnya
ingat, ia harus melakukan itu. Tapi ia merasa dirinya seperti diberi tugas
berat dan harus melaksanakan hingga berhasil. Ia pun berani memenuhi suruhan Rui.
Ini demi kesembuhan Manabu juga, pikirnya.
**
Jam makan siang,
Kazuki mendekati ke kursi Manabu sambil menenteng kotak bekalnya. Ia duduk lagi
di depan Manabu dan menaruh bentonya di meja.
“kau bawa bekal
juga?” tanya Manabu sedikit heran.
“aku sedang ingin berhemat” Kazuki tersenyum “juga ingin menemanimu di sini. Pasti kau merasa sepi, kan?”
“aku sedang ingin berhemat” Kazuki tersenyum “juga ingin menemanimu di sini. Pasti kau merasa sepi, kan?”
Mendadak raut
muka Manabu menjadi dingin, begitu mendengar kalimat terakhir Kazuki barusan.
“aku tidak kesepian,,”. Kazuki menengok ke arah Manabu “Manabu..”
“aku tidak kesepian. Karena Byou masih ada di sini.. hik..” tiba-tiba saja Manabu mulai terisak pelan.
“aku tidak kesepian. Karena Byou masih ada di sini.. hik..” tiba-tiba saja Manabu mulai terisak pelan.
“Manabu, maafkan
aku...” secara tak sadar ia meraih tangan Manabu dan menggenggamnya, namun Manabu
menjadi takut dan melepas genggaman Kazuki.
“Manabu, Byou
itu pacarmu?”
Tak menjawab. Manabu
justru diam dan matanya terfokus pada satu titik namun kosong.
“kalau kau tak
mau cerita, tidak apa-apa. Ayo, makan bekalnya”
Pelan-pelan Manabu
melihat ke arah Kazuki yang sedang membuka kotak bekalnya. Entah kenapa ada
rasa hangat menjalar di tubuhnya saat ia melihat mata Kazuki. Manabu pun tak
tau itu apa.
***
stuck on 10/02/2013
stuck on 10/02/2013
No comments:
Post a Comment