Title: Kimi to Boku -You and I-
Author: Eri Tonooka
Chapter: 1/2
Pairings: ShouXHiroto, ShouXHiroki, ToraXSaga (slight)
Genre: Romance, Slice of Life, Fluff
A/N: Kalau ada sedikit kemiripan plot di ff ini dengan anime Kimi to Boku, maklumilah saja karena saya memang terinspirasi dari anime itu *nyengir kuda*. Oiya, POV disini ada dua karakter, semoga ga bingungin /plak
Author: Eri Tonooka
Chapter: 1/2
Pairings: ShouXHiroto, ShouXHiroki, ToraXSaga (slight)
Genre: Romance, Slice of Life, Fluff
A/N: Kalau ada sedikit kemiripan plot di ff ini dengan anime Kimi to Boku, maklumilah saja karena saya memang terinspirasi dari anime itu *nyengir kuda*. Oiya, POV disini ada dua karakter, semoga ga bingungin /plak
Kimi to Boku -You and I-
LUCHe. -Kokoro no Koe-
chapter 1
LUCHe. -Kokoro no Koe-
chapter 1
“Hirokiiiiii
!!!!!! percepat mandimu, nanti aku telat !” akh,, suara nii-chan memang sangat
keras saat seperti ini. Tapi bukan aku namanya kalau tak membuat sedikit saja
kejahilan pada nii-chan. Sepuluh menit lagi aku akan keluar nii-chan,
siapkanlah amunisi untuk memarahiku nanti.. hahahaha..
“sebentar
lagi nii-chan, aku baru saja masuk lho” ucapku sambil terkikik pelan. Aku tak
bisa membayangkan ekspresi marah besar nii-chan seperti apa. Karena sulit
sekali membuatnya marah besar apapun masalahnya. Mungkin saja kepalanya akan
tumbuh dua tanduk dengan wajah yang sudah merah dan telinga mengeluarkan asap.
“baiklah
kalau kau tidak mau keluar, nii-chan tidak akan membelikanmu kue manju lagi”
Gawat,
nii-chan mulai mengancamku! Pintu kamar mandipun segera kubuka, dan melihat
sosok nii-chan berdiri di sana masih dengan rambut kusutnya serta handuk yang
tergantung dilehernya.
“ah
iya, nii-chan maaf membuatmu menunggu lama.hehehe,, silakan pakai kamar
mandinya..”
Nii-chan
sudah sangat hapal kebiasaanku. Yah, walaupun kami saudara kembar dengan ia
yang lebih dulu terlahir tiga menit dariku, bukan berarti kami memiliki semua
persamaan. Berbeda denganku yang lebih atraktif, nii-chan cenderung pendiam dan
kalem. Dari selera makanan pun juga, aku sangat menyukai makanan manis seperti kue manju favoritku, sedangkan nii-chan
lebih suka makanan asin seperti keripik dan salah satunya adalah keripik kentang
yang dijual di konbini perempatan jalan sana. Dia terlihat seperti orang tua
bila dibandingkan denganku yang lebih modis dan keren ini.
Kami
terlahir di keluarga bermarga Ogata dengan nii-chan bernama Hiroto dan aku adiknya
bernama Hiroki. Hal mudah yang dapat membedakan kami adalah terletak di warna
rambut kami. Aku sengaja mengecatnya dari SMP agar teman-temanku ataupun
teman-teman nii-chan tidak kesulitan mengenali. Dari lahir, kami memiliki warna
rambut hitam, tapi aku merubahnya menjadi cokelat dan membiarkannya panjang seperti
ini, dan karena itulah Okaa-san memarahiku hampir seminggu lamanya. Aku dan
nii-chan memang tidak satu kelas semenjak masuk SMA ini, tapi itu bukan berarti
kami tidak berangkat dan pulang bersama. Jika nii-chan pulang lebih dulu, ia
akan menungguku, begitu pun sebaliknya.
Ishigaru
Gakuen merupakan sekolah kami, dan sekarang aku berada di kelas 2.4 dan
nii-chan di kelas 2.1. Jujur saja, sebenarnya aku sudah akan ditempatkan di
kelas yang sama dengan nii-chan, tapi karena aku yang terlalu nakal dan lebih
sering bermain game, maka jadilah aku berada di kelas ini. Dan tentu saja aku
tak menyesalinya karena aku memiliki teman baik di sini. Dia cowok tinggi kurus
yang wajahnya seperti perempuan, dan terlihat cukup manis jika kau bertemu
dengannya.
Akh,
kenapa aku harus menjelaskan Saga padamu? Lihatlah saja nanti saat tiba di
sekolah.
Aku
sudah selesai memakai seragam ini dan akan bergegas ke meja makan, sedangkan
nii-chan baru saja keluar kamar mandi. Kasihan sekali kakak kembarku ini,
selalu saja bisa kukerjai.
“Ohayou
!” sapaku pada Okaa-san yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
“Ohayou
Hiroki. Mana kakakmu?” tanya Okaasan sedikit menoleh ke arahku.
“masih bersiap-siap. Sebentar lagi juga turun” jawabku santai sambil menggigit roti tawar dengan selai coklat di tengahnya.
“masih bersiap-siap. Sebentar lagi juga turun” jawabku santai sambil menggigit roti tawar dengan selai coklat di tengahnya.
“memangnya
karena siapa aku telat mandi, Hiroki?” yak, nii-chan ternyata sudah berada di
belakangku. “..gomen ne nii-chan. Janji deh gak akan gitu lagi” bujukku.
“iya
kumaafkan. Oh ya, Otou-san sudah berangkat kerja?” tanya nii-chan sembari duduk
dan mulai menyantap roti panggang sarapannya.
“setengah
jam yang lalu ayahmu sudah berangkat. Hari ini dia mendapat jabatan cukup
tinggi di kantor, jadi ia tak ingin membuat kesan buruk terhadap bosnya” tutur
Okaa-san.
“oh begitu..” aku hanya mengangguk sambil menghabiskan roti panggang ini. “nii-chan, hari ini aku ada jam tambahan sampai sore. Nii-chan pulang duluan saja”. Kulihat nii-chan tak merespon ucapanku, ia lebih fokus pada makannanya. Menyebalkan. “nii-chan, kau dengar tidak?”
“aku
dengar Hiroki. Tapi ingat, setelah selesai langsung pulang” nii-chan seperti
orang tua saja, dan Okaa-san hanya tertawa kecil melihatnya.
“aku
mengerti. Okaa-san, aku sudah selesai. Nii-chan ayo berangkat!” aku pun
bergegas dari kursi dan keluar, sementara nii-chan mengikutiku dari belakang.
“kami
berangkat Okaa-san !!”
***
Aku
dan nii-chan akhirnya tiba di sekolah tanpa terlambat seperti yang nii-chan
cemaskan. Kami pun berpisah di koridor kelas menuju kelas masing-masing.
“Hiroki
! Ohayou~” aku kenal suara ini. Suara yang selalu menyapaku saat aku memasuki
kelas.
“yo!”
jawabku sekenanya dengan sedikit mengangkat tangan ke arahnya.
“hei
hei hei.. kenapa tidak semangat? Ada masalah?” cowok tinggi bernama Saga yang
sekaligus menjabat sebagai teman baikku ini seperti polisi saja.
Menginterogasiku dengan berbagai macam pertanyaan.
“tidak.
aku hanya malas menghabiskan waktuku dengan jam tambahan nanti” Saga
memanyunkan bibirnya dan mengangguk kecil. Sepertinya dia paham apa yang
kurasakan sekarang. “..padahal aku akan menamatkan game Dragon Quest versi
terbaru sepulang nanti. Akh.. menyebalkan!” umpatku sambil melempar tas ke atas
meja.
“daripada
memikirkan itu, aku punya sesuatu untukmu” Saga kemudian pergi ke arah mejanya
dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “ini, makanlah. Semalam adikku membuat
ini untuk pacarnya, tapi karena terlalu banyak ia memberikannya padaku” Saga
menyerahkan padaku sebuah kotak yang berisi bola-bola coklat yang kelihatannya
enak.
“coklat?
Ah, benar! Hari ini valentine!” aku langsung teringat kalau hari ini tanggal 14
Februari. Tapi sayang, aku belum punya pacar sama sekali sejak dua tahun
terakhir. Untuk Saga, tentu saja dia punya. Seorang laki-laki lah yang berhasil
memikat hati Saga, bukan seorang perempuan. Memang kedengarannya aneh, sangat aneh tapi tidak masalah karena
Saga selalu aman-aman saja berpacaran dengan laki-laki itu.
“cepatlah
cari pacar Hiroki, masa mudamu di SMA sangatlah berharga. Perempuan dan
laki-laki tidak masalah..”
“apa kau bilang? Seenaknya saja tidak mempermasalahkan gender? Aku masih normal
tau!” omelku di depannya, dan Saga cuma cengengesan tidak jelas.
“cari
pacar tidak segampang yang kau kira Saga-kun. Sama sepertimu yang memilih-milih
pacar sebelum akhirnya kau jatuh cinta pada Tora-san” ungkapku sedikit pasrah
dengan keadaan. Aku masih sakit saat pacarku yang sebelumnya memutuskanku
tiba-tiba. Masalahnya hanya sepele, dia bilang aku lebih mencintai game
daripada dia. Ish, dianya saja yang tak tau dunia lelaki.
“hmm..entah
mengapa aku rasa, sebentar lagi kau akan jatuh cinta dengan seseorang. Aku juga
tak bisa memastikan sih.” ucap Saga yang terdengar seperti peramal jaman dulu
yang ketepatannya seratus persen akurat. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri saat ia
berbicara begitu.
Suara
riuh di kelas pun mendadak berhenti saat kulihat sensei berkepala botak itu memasuki
kelas. Pelajaran membosankan pun dimulai, Hiroki !
***
Huftt...
pelajaran hari ini cukup melelahkan. Kasihan Hiroki, pasti ia sangat kebosanan
dengan pelajaran tambahannya. Aku harap ia tidak kabur lewat pintu rahasia di belakang
gudang.
Drrrt...drrrtt...drrt...
Ponselku
bergetar, seseorang menelponku. Tahu saja aku baru selesai sekolah. Kulihat
nama kontak yang tertera di layar.
Shou.
“moshi moshi~” sapaku.
“moshi moshi, Hiroto”
“doushite Shou-kun?”
“kamu sudah pulang sekolah?”
“iya, baru saja”
“hmm, kalau gak keberatan setelah ini kita ketemuan di kafe biasa. Bagaimana?”
“etto. Aku minta izin Okaa-san dulu”
“ah oke! Aku tunggu di sana. bye”
“moshi moshi, Hiroto”
“doushite Shou-kun?”
“kamu sudah pulang sekolah?”
“iya, baru saja”
“hmm, kalau gak keberatan setelah ini kita ketemuan di kafe biasa. Bagaimana?”
“etto. Aku minta izin Okaa-san dulu”
“ah oke! Aku tunggu di sana. bye”
Sepertinya
aku akan pulang terlambat hari ini. Bahkan mungkin saja Hiroki akan pulang
lebih dulu. Kutelepon Okaa-san di rumah dan akhirnya izin pun kudapatkan.
Segera ku pergi ke kafe yang Shou maksud.
Shou,
cowok tinggi yang selalu menebar senyum itu adalah teman ku saat aku duduk di Sekolah
Dasar. Kami bertemu secara tidak sengaja saat aku sedang sendirian di konbini.
Aku yang saat itu akan membeli keripik kentang favoritku tiba-tiba mendengar
samar suara tangisan anak kecil dari balik rak penjualan kaleng minuman. Karena
penasaran, aku pun pergi menengoknya, dan ternyata ada seorang anak kecil
seusiaku sedang meringkuk dengan badan yang gemetaran. Walaupun agak takut, aku
tetap menghampirinya.
Aku
memanggilnya pelan dan anak itu mendongakkan kepalanya melihatku. Anak yang
malang pikirku. Aku kembali mengajaknya berbicara dan ternyata penyebab ia
menangis sendirian di sana adalah ia tertinggal Ibunya dan tersesat hingga
sampai ke sini.
Kami
melaporkannya ke pos polisi dan membuahkan hasil dengan menunggu sekitar dua
jam. Shou terlihat senang sekali dan kami pun berkenalan. Aku baru tau juga
ternyata Shou bukan anak yang tinggal di sekitar sini. Ia ke Tokyo untuk
liburan musim panas dan hari ini ia dan keluarganya akan pulang ke Kanagawa. Setelah
itu kami tak pernah bertemu hingga pada akhirnya kami bertemu lagi di tahun
pertama SMA. Walaupun kami berbeda sekolah, tapi kami masih saling berhubungan
lewat telepon seperti tadi dan sesekali kami pergi bersama. Shou hanya tau
kalau aku mempunyai adik, tapi ia tak tau kalau adikku itu saudara kembarku.
Sebuah
kafe bernuansa vintage dengan alunan
musik klasik inilah tempat favorit yang sering aku dan Shou gunakan sebagai
tempat menghabiskan waktu senggang. Kulihat ke dalam dan kutemukan sesosok
laki-laki berkacamata coklat tengah duduk di sana. Shou sedang asyik menikmati
minumannya.
“maaf
membuatmu menunggu lama” aku langsung duduk di seberang kursi yang Shou duduki
dan meletakkan tasku di bawah.
“gak apa-apa kok. Kamu sudah makan?”
Aku mengangguk. “mau pesan kopi?” tawarnya.
“smoothie saja. Aku sedang tidak ingin tidur larut malam, kantung mataku akan menebal lagi” yah, aku sudah mulai membiasakan untuk tidak minum kopi lagi.
“hahaha,, walaupun matamu begitu kau tetap lucu” ucapnya dengan kekehan khasnya seperti biasa.
Aku mengangguk. “mau pesan kopi?” tawarnya.
“smoothie saja. Aku sedang tidak ingin tidur larut malam, kantung mataku akan menebal lagi” yah, aku sudah mulai membiasakan untuk tidak minum kopi lagi.
“hahaha,, walaupun matamu begitu kau tetap lucu” ucapnya dengan kekehan khasnya seperti biasa.
Strawberry smoothie pun dipesan, hanya menunggu saja
minuman itu akan datang.
“sekarang Shou-kun mau bicara apa?”
“hmm, aku rasa ini akan sulit kau jawab. Tapi aku harus memberitahumu hal ini” dari apa yang dibicarakan, ia sangat serius. Semoga bukan masalah yang rumit.
“hmm, aku rasa ini akan sulit kau jawab. Tapi aku harus memberitahumu hal ini” dari apa yang dibicarakan, ia sangat serius. Semoga bukan masalah yang rumit.
“untuk
itu, terimalah ini”
Shou
merogoh sesuatu dari kantung jaketnya.
Mengeluarkan sebuah kotak kecil berlapis kertas emas yang tak pernah kulihat
sebelumnya. Shou menyodorkannya ke arahku.
“bukalah
ini di rumah, dan kamu bisa menjawabnya besok.” Ucapnya.
“kenapa
harus besok?” tanyaku karena memang aku sungguh penasaran dengan ini.
“karena ini pertanyaan yang sulit. Besok kita akan bertemu lagi di sini.”
“karena ini pertanyaan yang sulit. Besok kita akan bertemu lagi di sini.”
Bertepatan
dengan itu, segelas strawberry smoothie pesananku sudah datang. Entah mengapa perasaanku
jadi berdebar-debar seperti ini. Apa mungkin karena gelagat Shou yang berbeda
hari ini? ah entahlah..
***
Apa
yang sebenarnya ada di dalam kotak ini? Melihat ekspresi Shou tadi siang, aku
tak bisa menebaknya. Aku sangat lelah
hari ini, seharusnya aku bisa pulang ke rumah pukul tiga tadi. Sampai di rumah
aku akan tidur...
“tadaiima..”
Sepi,
tidak ada orang. Okaa-san mungkin sudah tidur, Otou-san akan pulang larut.
Hiroki? Kemana anak itu?
Kunaiki
tangga menuju kamar dan membuka pintunya yang tak terkunci seperti biasa.
Kulihat hiroki berbaring santai di futonnya di atas sambil bermain ponsel. Ah,
anak ini sulit sekali untuk belajar.
“Hiroki?”
“hmm..
okaeri nii-chan. Dari mana saja?” tanyanya tanpa melihat ke arahku.
“dari
bertemu teman. Kamu tidak kabur ‘kan saat pelajaran tambahan?” aku melenggang
ke arah lemari pakaian dan mengganti seragam ini dengan kaos beserta celana
santaiku.
“tidak
lah nii-chan. Oh ya, Saga memberiku coklat. Nii-chan mau?”. Coklat? Di hari
valentine ini Saga memberinya coklat? Lucu sekali dia. “itu ada di atas meja,
makanlah. Aku sudah kenyang” tambahnya.
Tergeletak
di atas meja belajar sebuah kotak yang biasa ditemui di toko-toko makanan
dengan isi beberapa potong coklat yang tersisa. Aku pun mencicipinya.
“enak.
Saga membuatnya untukmu?”
“tentu
saja bukan! Adiknya yang membuat ini, karena terlalu banyak jadi diberikan
padaku” jelasnya. Kupikir Saga yang membuanya, tak bisa kubayangkan.
Merasa
gerah, aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan badan setelah seharian ini.
Menyegarkan saat air dingin mengucur dari shower. Setelah selesai dan keluar
aku pun beranjak ke futon ku yang berada di lantai bawah tempat tidur tingkat
kami.
“aku mau tidur. Jangan lupa matikan lampunya”
Sejujurnya aku belum akan tidur. Aku menutupi diriku
sepenuhnya dengan selimut. Di dalam selimut, aku masih bisa melihat cahaya
samar-samar dari lampu kamar. Segera kubuka kotak pemberian Shou tadi. Ah, aku
sengaja tak memberi tau Hiroki soal ini.
Apa
yang kulihat di dalam kotak sama sekali tak terbesit di pikiranku. Sebuah
cincin perak dan secarik kertas berada di sisinya. Kertas itu sungguh membuatku
bingung, yang bertuliskan:
‘Happy
V-Day, aku mencintaimu Hiroto.
Pakailah ini jika kau mencintaiku’
Pakailah ini jika kau mencintaiku’
Perasaan
apa ini? Jantungku berdegup lebih kencang. Perasaan senang kah? Shou menyatakan
perasaannya padaku? Sangat romantis..
“nii-chan?
Kenapa belum tidur?”
Akh
Hiroki! Nyaris saja ketahuan, semoga ia tak melihat kotak ini. “tidak apa-apa
Hiroki. Oyasumi..”
Aku
harap besok semua akan baik-baik saja.
***
“oy
Saga-kun, jam kedua aku akan kabur. Game Black Ship versi terbaru sudah keluar
!” ucapku pada Saga yang tengah mengerjakan tugas di laptop.
“maaf
aku tak bisa menemanimu. Banyak hal yang harus kuselesaikan”
“terserah kau saja. Tapi tenang, setelah selesai aku akan kembali kok” janjiku.
Yah, sebenarnya jika permainannya lebih menantang, aku tak akan kembali.
“dewasalah
sedikit Hiroki. Sebentar lagi kita kelas tiga. Kau tak mau nilaimu jelek, kan?”
Saga kembali menyeramahiku. Bagaikan melihat refleksi nii-chan di tubuh Saga.
“urusan nilai gampang. Kan aku punya nii-chan. Ia akan senang hati mengajariku” balasku dengan menjulurkan lidah padanya.
“urusan nilai gampang. Kan aku punya nii-chan. Ia akan senang hati mengajariku” balasku dengan menjulurkan lidah padanya.
“baiklah
kau menang. Aku sangat sibuk sekarang, jangan mengganggu”
“dasar
tuan sok sibuk.. wweee” aku pun pergi keluar kelas sekedar melihat situasi
pintu rahasia yang akan kugunakan untuk kabur nanti.
Gudang
belakang yang jarang sekali tersentuh manusia, mungkin yang melewati pintu ini
hanya anjing dan kucing yang berkeliaran. Palang pintu yang sedikit terbuka itu
pun kubuka sepenuhnya. Agar proses kaburku berjalan dengan cepat. Dan
sepertinya kabur sekarang tidak masalah. Ah, benar juga! Kalau sekarang pasti
waktuku untuk bermain juga akan bertambah! Hahahaha...
Segera
aku kembali ke kelas dan mengambil tas. “yo, aku pergi Saga-kun!” berlari
secepat mungkin agar tidak ketahuan.
“oy
Hiroki!!!”
Aku
berhasil kabur hari ini,, yeah!!!!
Hanya
perlu berjalan dua ratus meter ke seberang jalan dan sampailah di game center.
Sembari menunggu lampu merah untuk pengendara, tak ada salahnya membaca komik
Dragon Ball ini. Yah, kau memang gamer dan pecinta manga Hiroki !
Tapi
tunggu dulu, apa ini? Selembar kertas kecil terselip di antara lembaran komik?
Milik siapa?.
Saat hendak kubaca, tiba-tiba angin berhembus cukup kencang dan menerbangkan kertas itu ke tengah jalan. Aku pun berusaha mengambilnya dan berlari ke seberang jalan.
Saat hendak kubaca, tiba-tiba angin berhembus cukup kencang dan menerbangkan kertas itu ke tengah jalan. Aku pun berusaha mengambilnya dan berlari ke seberang jalan.
Dan
aku baru menyadari lampu lalu lintas masih berwarna hijau. Tubuhku tak bisa
bergerak, aku tinggal menunggu mobil itu menghantamku.
Hidupmu
tamat sekarang Hiroki..!
Maafkan
aku Okaa-san, Otou-san, nii-chan...dan juga Saga-kun, maafkan atas semua
kesalahanku selama ini...
To
Be Continue..
***
***