Title
: Nakigahara Kingdom
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ReitaXRuki, ToraXRuki, ToraXSaga.
Chapter : 3/5
Genre : Fantasy, little biiiiitttt Comedy
Contact Person : Eri Matsumoto Gazerock (fb), @eriq_ogata (twitter)
A/N : Fanfic pertama gw yang bergenrekan fantasy. Yah,lagi-lagi fanfic yang idenya muncul tiba-tiba. Dan err,, judulnya asal kasih aja itu. Jadi rada kagak nyambung. Enjoy...^^
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ReitaXRuki, ToraXRuki, ToraXSaga.
Chapter : 3/5
Genre : Fantasy, little biiiiitttt Comedy
Contact Person : Eri Matsumoto Gazerock (fb), @eriq_ogata (twitter)
A/N : Fanfic pertama gw yang bergenrekan fantasy. Yah,lagi-lagi fanfic yang idenya muncul tiba-tiba. Dan err,, judulnya asal kasih aja itu. Jadi rada kagak nyambung. Enjoy...^^
Nakigahara
Kingdom
Ruki
beserta dayang kerajaan sudah berada di dapur. Atribut khas dapur pun sudah
mereka pakai. Jangan tanya bagaimana model celemek kerajaan. Mewah dan terbuat
dari 100% sutra. Walau Ruki hanya menonton para dayang membuat cake untuk
pangeran, tapi ia sering disuruh sang kepala dapur untuk turun tangan langsung
membuatnya. Ruki benar-benar ingin pulang saat itu juga.
“tuan
Ruki, anda harus mengaduknya seperti ini. Bukan seperti itu!” suruh sang kepala
dapur sambil mencontohkannya di depan Ruki
“ii..iya..”
Ruki baru tau kalau bekerja di dapur itu melelahkan. Apalagi di suruh-suruh seperti itu.
“tuan
Ruki, cakenya sudah selesai. Sebagai perkenalan, sebaiknya anda saja yang
memberikan ini pada pangeran di kamarnya”
“KUSO!! Kenapa harus aku?!! Tidak mau!!” Ruki menolak keras
“ayolah, tuan. Ini untuk calon suami anda juga”
“HAAAA?!!!”
Ruki
makin tak habis pikir. Seenaknya saja mencap orang sebagai calon istrinya.
‘Memang siapa yang mau, orang bodoh seperti dia tak cocok jadi pangeran’ pikir
Ruki
“yasudahlah.
Kalian memaksaku terus! Huh! Sini, berikan cakenya!” dengan berat hati Ruki
mengambil dengan kasar cake yang ada di meja dan pergi meninggalkan dapur.
“tuan Ruki galak juga ya”
“hihi,, iya”
Para
dayang berbisik-bisik setelah Ruki pergi
“hei!!”
seru Ruki yang tiba-tiba muncul kembali
“aa..ada
apa tuan?” semua dayang yang di situ jadi gelagapan. Mereka takuta kalau
pembicaraan barusan terdengar Ruki
“err,, kamarnya di mana ya? Hehe..”
GABRUKK
“sebelah
kiri, lurus kamar ketiga dari ujung” ucap seorang dayang yang masih terlihat
muda
“arigatou”
...
-Tokyo-
“RUKIIIII,,,,
KAU DI MANA??!!!” Reita berteriak teriak sendiri di taman, yang pada sore itu
hanya ada anak-anak kecil yang masih bermain.
Di
antara anak-anak itu mereka berbisik
Anak 1: “hei, kakak itu kenapa?”
Anak 2 : “gag tau. Lagi stres kali”
Anak 3 : “stres ditinggali pacar keknya”
Anak 1 : “wah, mungkin juga. Makanya dia kaya’ orang gila gitu”
Anak 2&3 : “ya. Betul betul”
Anak 1: “hei, kakak itu kenapa?”
Anak 2 : “gag tau. Lagi stres kali”
Anak 3 : “stres ditinggali pacar keknya”
Anak 1 : “wah, mungkin juga. Makanya dia kaya’ orang gila gitu”
Anak 2&3 : “ya. Betul betul”
Dari
kejauhan, Reita mendengar semua pembicaraan ketiga anak itu. Dan....
DUAGH
DUAGH DUAGH
Reita
melempari ketiga anak itu dengan kaleng soda bekas yang ada di tong sampah
“WOIII!!
GAK TAU ORANG LAGI SEDIH, YA!!!” Reita misuh misuh sendiri, dan sang anak kabur
tanpa jejak
“hiks..hikss.hiks.. Ruki-chan~~ kau di mana? Sms enggak, telpon apalagi... hueee”
Dari
tadi Reita sudah cari-cari Ruki, mulai dari temen deketnya, keluarga terdekat,
sampe tukang jajan langganannya. Mereka semua mengatakan kata yang sama. Tidak.
Reita
sudah frustasi. Dia berniat untuk menghubungi polisi dan segera ke kantor
polisi sekarang.
Tapi
ia tak tau kalau usahanya hanya sia-sia. Yang bisa membuat Ruki pulang adalah
Ruki sendiri. Ruki harus mencari tombol itu agar ia bisa pulang ke Tokyo dengan
selamat.
...
Menyebalkan
sekali. Kenapa harus aku yang memberikannya. Mereka kan punya tangan?!!
Kucari
kamar yang dimaksud dayang tadi. Kamar ketiga dari ujung.
hmm,, satu, dua, tiga. Yak, pasti ini kamarnya.
hmm,, satu, dua, tiga. Yak, pasti ini kamarnya.
Pintunya
tertutup, dan kucoba memutar anak pintunya.
eitt,, tunggu dulu. Suara siapa itu?
Bukan
bermaksud menguping pembicaraan orang lain, tapi ada keinginanku untuk
mendengarnya. Langsung kutempelkan kupingku di daun pintu. Mendengarnya secara
detil. Dan astaga! Suara laki-laki lain? Seperti mendesah.. oh Tuhan, jangan
biarkan aku berprasangka jelek.
Aku
ingin memastikannya, dan kubuka pintu itu perlahan.
prasangka jelekku yang tadi benar terjadi. Ada orang lain lagi di kamarnya. Tapi,, kenapa harus berciuman seperti itu?!! Menjijikkan!
BRUKK
Cake
yang tadi kupegang karena tanganku gemetar. Mereka yang sedang ‘bermain’ itu
langsung menoleh ke arahku.
Sekilas
kulihat wajah pangeran bodoh itu memelas melihatku. Cih! Dasar hina!!!
Aku ingin pulang sekarang. Reita, seandainya kau di sini....
...
Tak
sadar aku pergi dari situ, dengan kecepatan tinggi kuusahakan untuk menerobos
kawalan di depan istana. Sialan, gara-gara baju bodoh ini, aku tak bisa berlari
kencang. Dan sepatu heels ini,, akkh!!
Aku
tersungkur ke tanah. Kakiku juga terkilir. Ya Tuhan, sakit sekali...
Sebisa
mungkin aku harus pergi dari situ. Apapun kondisinya, walau kakiku patah sekalipun.
Hingga
aku sudah berada di hutan. Hutan tempat di mana aku bisa sampai di dunia aneh
ini.
“tombol!!
Tombolnya di mana?! Aku mau pulang!!” dihadapanku hanya semak belukar. Kutebas
semak yang menghalangiku, berharap tombol ajaib itu kutemukan. Dan tak peduli
kedua tanganku sudah berdarah karena semak yang berduri itu.
“Reita,, maafkan aku.. aku ingin bertemu kau lagi. Hikss..hikss.hiks..”
Akhirnya
air mataku tumpah juga. Entah aku menangisi hal apa. Tapi sepertinya kejadian
tadi membuat perasaanku sakit. Tora, apa aku sudah mulai mencintaimu?
“Ruki”
“Reita...”
Ternyata
bukan. Dia bukan Reita. Tapi untuk apa dia ke sini?
“Ruki, gomennasai”
To Be Continue
No comments:
Post a Comment