Title : Pine Wood
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandom/Pair : ScReW/ManabuXKazuki, ManabuXByou
Chapter : Oneshoot
Genre : angst
A/N : fic pertama dengan pairing suami ketiga eike, dan ini khusus buat kado specialnya dia yang jatoh kemaren (23 Juni 2012)!!! Kenapa kemaren? Karena pas saya mo ngepost, ga taunya pulsa modem mendadak entong. Dan dengan terpaksa saya ngepostnya sehari setelahnya L…
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandom/Pair : ScReW/ManabuXKazuki, ManabuXByou
Chapter : Oneshoot
Genre : angst
A/N : fic pertama dengan pairing suami ketiga eike, dan ini khusus buat kado specialnya dia yang jatoh kemaren (23 Juni 2012)!!! Kenapa kemaren? Karena pas saya mo ngepost, ga taunya pulsa modem mendadak entong. Dan dengan terpaksa saya ngepostnya sehari setelahnya L…
Pine Wood
@Home, 10-12-20xx
“Kazuki…”
sudah ke sekian kalinya Manabu terus memanggil Kazuki
“hm??” masih berkutat dengan keyboard
laptopnya, Kazuki tak memedulikan Manabu
“Kazu—“
“Kazu—“
Dengan terpaksa dan malas, Kazuki
akhirnya bicara menghadap Manabu. “apa?”
“bisa temani aku ke hutan pinus?” pinta
Manabu sememelas mungkin. Ia takut dengan ekspresi Kazuki yang tiba-tiba itu
padanya
“hah.. Kau tak lihat aku sedang sibuk,
Manabu?”
“kau tak bisa, ya?”
“kau tak bisa, ya?”
Kembali Kazuki merubah posisinya semula,
“iya. Aku tak bisa menemanimu. Lain kali saja. Aku masih harus mengerjakan
pekerjaanku”
“….”
Tanpa sepatah kata pun Manabu akhirnya pergi meninggalkan Kazuki. Ia berpikir dengan ia pergi, Kazuki tak merasa terganggu akan kehadirannya.
Tanpa sepatah kata pun Manabu akhirnya pergi meninggalkan Kazuki. Ia berpikir dengan ia pergi, Kazuki tak merasa terganggu akan kehadirannya.
xxxx
Manabu mengayuh roda kursi rodanya dengan kedua tangan kecilnya. Terbersit di benaknya apakah Kazuki tak sayang padanya lagi semenjak kecelakaan yang menimpanya sebulan lalu? Ia seperti merasa asing bagi Kazuki akhir-akhir ini, padahal Kazuki sendiri adalah pacarnya. Ironi..
Jarak menuju hutan pinus tak terlalu jauh, namun bagi Manabu itu merupakan jarak yang jauh karena ia menaiki kursi roda. Manabu terus saja menarik dan mendorong roda kursi yang ia naiki agar bisa sampai ke sana dengan selamat. Ia masih saja melamunkan tentang sikap Kazuki yang ia rasa bukan Kazuki yang ia kenal. Kazuki adalah sosok orang yang sangat Manabu sayangi dan cintai. Kazuki jugalah yang selalu memberikan perhatian utuh pada Manabu,, tapi tidak untuk sekarang. 180゜terlihat jelas di perubahan sikap Kazuki padanya. Namun begitu, Manabu tetap mencintainya, dan ia yakin Kazuki bisa berubah dalam waktu dekat ini.
Dalam kayuhannya ia masih saja memikirkan Kazuki. Hingga saat di mana ia melewati jalan berbatu yang di pinggirannya sudah terdapat jurang menganga. Salah sedikit saja, ia bisa jatuh ke jurang dalam itu. Seperti ada yang menyangkut di rodanya, ia tak mampu menggerakkan ke arah depan maupun belakang. Keringat dingin mulai bercucuran dari wajah mulus Manabu, dan sialnya kedua tangannya mendadak kram. Ia merasa terpojok, karena ia sekarang berada di pinggir jurang dan tinggal sedikit lagi ia akan jatuh.
GREK
suara pecahan batu mulai berjatuhan, menghilangkan beberapa penyangga untuk ditapaki kursi roda Manabu
suara pecahan batu mulai berjatuhan, menghilangkan beberapa penyangga untuk ditapaki kursi roda Manabu
‘Kazuki…’ lirihnya dalam hati
Manabu merasakan tubuhnya tertarik dari atas. ‘mungkin aku sudah mati, dan rohku sudah di angkat’ batinnya masih dengan mata terpejam.
Pikirannya salah, saat ini ia belum
merasakan kematian. Ada seseorang yang menariknya sehingga ia bisa selamat dari
maut itu.
“ah, untunglah aku tepat waktu” ucap
orang itu, membuyarkan pikiran ‘kematian’ Manabu
Tubuh Manabu didekap orang itu erat. Menghilangkan jarak antara mereka. Hingga mata mereka saling bertemu pandang satu sama lain. Nyaris kacamata yang dipakai Manabu terlepas karenanya. Tapi dengan sigap orang itu langsung membenarkan posisi kacamata Manabu dan kembali ‘meletakkan’ Manabu di kursi rodanya.
“apa aku sudah mati?” Manabu bertanya sendiri
“hei! Kau bicara apa? Kau masih hidup!” seru orang itu sedikit
berteriak
“aa?” ia tak percaya dengan apa yang barusan ia alami. Padahal setahu dia, di tempat sepi ini jarang ada orang yang melintas di sini. Ini seperti mimpi baginya.
“hei, kenapa malah melamun?”
“a? tidak. Aku hanya.. shock”
Orang itu tersenyum, dan kemudian
menjulurkan tangannya pada Manabu
“Byou desu. Kamu siapa?”
“Byou desu. Kamu siapa?”
Merasa masih kaget, agak lama Manabu pun
menjawabnya “etto… Manabu desu”
“hmm.. aku jarang melihatmu di sini.
Kamu baru, ya?” tanya orang
bernama Byou itu
“tidak, kok. Aku sering sekali ke sini. Tapi itu waktu aku masih sehat. Semenjak aku begini, aku jadi jarang” tuturnya dengan mata yang mulai sayu
“tidak, kok. Aku sering sekali ke sini. Tapi itu waktu aku masih sehat. Semenjak aku begini, aku jadi jarang” tuturnya dengan mata yang mulai sayu
“oh, kamu tinggal di mana? Aku di ujung
sana” ucap Byou sambil menunjuk sebuah rumah di luar hutan yang tak terlalu
jelas terlihat oleh Manabu karena tertutup kabut
“rumahku di dekat pasar daerah sini”
“hm, begitu. Ngomong-ngomong kau ke sini mau ngapain?” tanya Byou mengalihkan perhatian
“aku hanya ingin melepas rinduku. Karena hanya di sinilah aku merasa tenang. Apalagi kalau jam-jam segini, waktu matahari mau terbit. ^^”
“hm, begitu. Ngomong-ngomong kau ke sini mau ngapain?” tanya Byou mengalihkan perhatian
“aku hanya ingin melepas rinduku. Karena hanya di sinilah aku merasa tenang. Apalagi kalau jam-jam segini, waktu matahari mau terbit. ^^”
“kok sama sih? Aku juga paliiiinng suka
kalau ke hutan pinus waktu matahari mau terbit. Terlebih lagi kalau ada kabut
yang masuk ke celah-celah hutan”
“haha, iya. Benar-benar menenangkan”
“kau mau kuantar ke tempat favoritku di
sini?” tawar Byou ramah
“iya. Aku mau”
“iya. Aku mau”
Byou mendorong pegangan kursi roda
Manabu ke arah yang benar. Ia menuntunnya perlahan agar Manabu tak merasakan
sakit apapun. Tak berapa lama sampailah mereka tiba di tempat yang Byou ingin
tunjukkan pada Manabu.
“sudah sampai”
“mana, Byou? Ini kan hanya semak biasa?”
“ini hanya luarnya saja. Dalamnya akan
kuperlihatkan” dan Byou membuka semak belukar serta benalu yang menjulur ke
arah samping agar mereka bisa memasuki ‘ruangan’ yang berada di dalamnya
“Whoa? Tempatnya bagus sekali….” Kagum
Manabu. Ia melihat sebuah taman ‘ajaib’ yang tersembunyi di dalam hutan pinus
ini. Tanaman bunga yang mulai merekah tersebar di mana-mana, pohon-pohon buah
juga sudah mulai menampakkan buahnya minta dipetik. Sedikit hal yang membuat
Manabu menghilangkan rasa jenuhnya dengan Kazuki.
“bagaimana? Kau suka?” celetuk Byou
“iya. Aku suka sekali.. ^^”
“kau tau? Ini adalah kerajaanku” ucapnya sedikit pamer
“kerajaan?”
“iya. Karena hanya aku yang mengetahui
tempat ini, dan aku sendiri yang menyebut diriku dengan sebutan Raja”
“kau raja? Hihihi…^^” Manabu tertawa kecil
“hei! Kenapa malah tertawa >0<”
“ah, maaf. Aku hanya bingung saja, kalau kau raja, mana rakyatmu?”
Byou menjentikkan jarinya ke udara, “merekalah rakyatku” dan dengan segera seluruh hewan-hewan hutan dari yang terkecil sampai yang besar ke luar semua menuju ke arah Byou. Dan dengan perintah Byou lagi, ia menyuruh seekor burung merpati untuk mengambil sebuah ‘mahkota’ yang terbuat dari ikatan bunga dan daun, kemudian ia letakkan di puncak kepala Manabu. Membuat Manabu tampak manis.
“kau raja? Hihihi…^^” Manabu tertawa kecil
“hei! Kenapa malah tertawa >0<”
“ah, maaf. Aku hanya bingung saja, kalau kau raja, mana rakyatmu?”
Byou menjentikkan jarinya ke udara, “merekalah rakyatku” dan dengan segera seluruh hewan-hewan hutan dari yang terkecil sampai yang besar ke luar semua menuju ke arah Byou. Dan dengan perintah Byou lagi, ia menyuruh seekor burung merpati untuk mengambil sebuah ‘mahkota’ yang terbuat dari ikatan bunga dan daun, kemudian ia letakkan di puncak kepala Manabu. Membuat Manabu tampak manis.
Dan sekali lagi, Manabu dibuatnya
terpesona
“terimakasih”
“mulai saat ini, kau akan menjadi Ratu
di kerajaan ini”
“nanda yo?” ia tampak tak percaya dengan
apa yang barusan ia dengar
“kau mau kan? Kita akan selalu menjaga
hutan ini, dan lama-kelamaan kau akan terbiasa di sini” lanjut Byou
Butuh waktu untuk Manabu menjawabnya.. “baiklah. Terimakasih, raja.. ^^”
Butuh waktu untuk Manabu menjawabnya.. “baiklah. Terimakasih, raja.. ^^”
@Kazuki’s side
“ah.. akhirnya selesai juga pekerjaan
sialan ini!” Kazuki meregangkan tangan dan kepalanya setelah hampir tak tidur karena berurusan
dengan laptop miliknya
“Manabu.. Manabu..” tanpa bangkit dari
kursi, ia memanggil-manggil Manabu
“Manabu, kau di mana?”. Ia pun bangkit dan
sesaat kemudian baru menyadari kalau Manabu tak ada di rumah
“jam segini dia belum pulang? Apa jangan-jangan
dia marah gara-gara aku bentak tadi. Astaga!” ia kemudian berlari keluar, pergi
menuju hutan pinus menyusul Manabu. Takut kalau terjadi sesuatu yang buruk
padanya. Perasaan cemas Kazuki akhirnya timbul juga.
Dengan mengambil jaket yang tergeletak
di sofa, ia pergi menaiki sepedanya. Karena jarak antara rumahnya dengan hutan
pinus memang tak terlalu jauh.
Sekuat mungkin ia kayuh sepedanya agar bisa sampai di hutan.
Sekuat mungkin ia kayuh sepedanya agar bisa sampai di hutan.
“Manabu, tunggu aku”
Back to Manabu and Byou @Pine Palace
“bolehkah aku melihat ke belakang sana?” tanya Manabu
penasaran
“JANGAN!!! Ah, maksudku, jangan ke sana”
Byou menolaknya keras-keras. Ekspresinya langsung berubah, seakan ada sesuatu
yang tak boleh Manabu ketahui di sana
“kenapa?”
“kenapa?”
“terlalu berbahaya untukmu, nona manis
^^”
“hm, begitu ya”
“hm, begitu ya”
Byou mengambil setangkai bunga mawar
ungu yang lalu ia selipkan di antara telinga Manabu. Meletakkan rambut panjang
Manabu ke belakang telinga dan ia perlahan melepas kacamata yang sedari tadi
dipakai Manabu.
Wajah Byou memerah karena melihat
perbedaan Manabu dari yang tadi dengan yang sekarang. Manabu jauh nampak lebih
manis dan cantik.
“kau manis sekali, Manabu” ucap Byou
tepat di depan wajah Manabu
“terimakasih” Manabu langsung merona pipinya
“terimakasih” Manabu langsung merona pipinya
xxxx
“Manabu, kau di mana?” Kazuki meneriakkan
suaranya ke seluruh hutan, sehingga suaranya menggema kembali.
Tak ada jawaban
“Manabu, maafkan aku”
Kembali ia berjalan tanpa memakai
sepeda. Ia melihat jejak roda-roda yang mirip dengan jejak kursi roda, ‘pasti
ini Manabu!’ yakinnya dalam hati
Dengan berlari, ia mengikuti jejak itu
dan sampailah ia di sebuah semak belukar di mana jejak itu hilang
‘apa mungkin Manabu masuk ke sini?’
batin Kazuki tak yakin
“tapi tak ada salahnya kalau aku coba
masuk” dan ia pun membabat semak belukar yang menghalanginya dengan tangan
kosong. Hingga tampaklah cahaya yang menyilaukan matanya dari arah dalam semak
itu. Kazuki tetap memasukinya dan terus aja berjalan ke depan, berharap ia
menemukan Manabu.
“Manabu? Apa itu kau?” tanya Kazuki yang
begitu melihat sesosok, bahkan dua sosok orang berada dihadapannya
“Kazuki..” Manbu menoleh ke sumber suara
“Manabu, kenapa kau ada di sini?”
Manabu tak menjawabnya, ia mengacuhkan
Kazuki. Ia benar-benar merasa sakit atas kejadian tadi pagi
“Manabu, dia siapa?” kali ini Byou yang
bertanya
“…” Manabu tak menjawab, ia tak mau melihat Kazuki
“…” Manabu tak menjawab, ia tak mau melihat Kazuki
“Manabu, maafkan aku soal tadi. Aku tak
bermaks—“
“kau hanya peduli dengan pekerjaanmu.
Semenjak aku cacat kau jadi tak mau peduli lagi denganku, iya kan?” perasaan
yang sedari tadi Manabu tahan, akhirnya ia luapkan juga. Napasnya menjadi
tersengal-sengal
“kau bicara apa, Manabu? Aku masih
sayang padamu”
“lebih baik kau pergi atau aku yang pergi” tawar Manabu dengan ekspresi dingin
“lebih baik kau pergi atau aku yang pergi” tawar Manabu dengan ekspresi dingin
“Manabu…”
“kamu gak mencintaiku lagi karena aku cacat kan, Kazuki!!”
“kamu gak mencintaiku lagi karena aku cacat kan, Kazuki!!”
Kazuki dengan cepat menghampiri Manabu
dan duduk sejajar dengannya. Manabu dapat merasakan tubuhnya kini dipeluk erat.
“aku mencintaimu Manabu, sangat~~”
“hiks..kau jahat, Kazuki…hiks”
“aku tau, maaf saja tak cukup. Tapi aku ingin kau tau, aku benar-benar masih mencintaimu. Kau percaya ‘kan?”
“aku tau, maaf saja tak cukup. Tapi aku ingin kau tau, aku benar-benar masih mencintaimu. Kau percaya ‘kan?”
Byou yang sedari tadi melihat
pemandangan melankoli yang menyakitkannya itu hanya bisa tersenyum pahit.
Hatinya benar-benar sakit melihat orang yang baru pertama kali ia kenal dan
sayangi tengah berpelukan di depan matanya sendiri.
‘Manabu, andai kau tau aku juga
mencintaimu’ lirih Byou dalam hati
“aku janji Manabu, aku tak akan
mengacuhkanmu lagi. Karena aku tau, hanya kau yang mengertiku. Sekali lagi
maafkan aku” pinta Kazuki, tangannya menggenggam kedua tangan Manabu erat
Manabu masih terisak karenanya, Kazuki
yang tak bisa melihat itu dengan cepat menghentikannya dengan sebuah ciuman
hangat. Kazuki tau Manabu sedikit kaget dengan gerakannya yang tiba-tiba, tapi
Kazuki malah makin memperdalam ciumannya. Merasakan air mata Manabu yang terus
menganak sungai hingga jatuh membasahi kedua bibir mereka.
Di sisi lain, hati Byou mungkin sekarang
ini sudah remuk hancur lebur melihat pemandangan ‘gila’ ini. Ia sulit berkata
apa-apa, walaupun mulutnya sedikit menganga tapi tenggorokannya seolah buntu
untuk bicara. Dan tanpa berpamitan, ia pergi dari situ seolah menghindari
mereka. Tau kalau Byou pergi, Manabu yang melihatnya langsung mencegahnya
“Byou…”
Ia menoleh
“terimakasih sudah menghiburku”
“iya. Sama-sama, aku senang membantumu” ucapnya sambil tersenyum kecut
“setiap hari aku akan ke sini menemuimu”
“iya. Sama-sama, aku senang membantumu” ucapnya sambil tersenyum kecut
“setiap hari aku akan ke sini menemuimu”
“ya, aku harap juga begitu. Sampai
jumpa”
“sampai jumpa,”
Byou pun pergi, menghilang secara
bersamaan di antara kabut yang memasuki celah-celah hutan
“Manabu, sebaiknya kita juga pulang”
“iya”
“besok aku akan menemanimu ke sini lagi.
Aku janji”
“terimakasih”
“terimakasih”
xxxx
Esok harinya Kazuki menemani Manabu ke tempat kemarin
“Byou, apa kau ada di sini?” panggil Manabu dari luar ‘kerajaan’ Byou
tak ada jawaban yang menyahut
“Byou…”
Manabu kembali menyusuri ‘kerajaan’
mereka dan tibalah ia di bagian belakang ‘kerajaan’. Ia dan Kazuki kaget ketika
melihat sebuah gundukan tanah mirip makam yang ujungnya ditancapkan sebuah
palang salib berukuran besar. Manabu mendekat, melihat sebuah tulisan yang
tertulis di palang salib itu.
Shock mereka berdua rasakan, hembusan
angin yang tak lazim menerpa mereka. Langit mendung tiba-tiba, dan beberapa
helai bulu burung gagak berjatuhan
dari atas. Manabu menangis, dan Kazuki dengan sigapnya langsung memeluknya.
“Kazuki…”
“aku tau perasaanmu, Manabu.”
“aku tau perasaanmu, Manabu.”
Sebuah ukiran gothic yang tertera di palang salib itu membuat Manabu makin terisak..
R.I.P
BYOU KOJIMA
05-12-20xx
BYOU KOJIMA
05-12-20xx
“Byou, aku akan selalu merindukanmu…”
OWARIMASU
N.b : Pembunuhan karakter lagi, ampun~~~
Waa~ jarang ada nih FF ManabuxKazuki. Itu Byou meninggalnya kenapa? Tiba-tiba udah jadi gundukan (>_<) #plak
ReplyDeleteNice fict ^^
ahahaha,, dia metongnya terserah imajinasi reader aja.. mo kelindes mobil kek, mo keselek jengkol kek, apa aja halal. :D
Deletesankyuu dah mampir :)