Title : Remember
It
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 2/2~end~ (Special Manabu’s POV)
Pair : KazukiXManabu
Disclaimer : Hak cipta karakter milik Alloh SWT, Hak cipta Fanfic milik saya selamanya.
A/N : Yang bukan bagian dari fakta adalah murni dari otak BL gw. Chapter terakhir yang sangat terlampau lama mempostingnya (salahkanlah modem ku yang busuk itu).
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 2/2~end~ (Special Manabu’s POV)
Pair : KazukiXManabu
Disclaimer : Hak cipta karakter milik Alloh SWT, Hak cipta Fanfic milik saya selamanya.
A/N : Yang bukan bagian dari fakta adalah murni dari otak BL gw. Chapter terakhir yang sangat terlampau lama mempostingnya (salahkanlah modem ku yang busuk itu).
Remember It
Manabu’s POV
Manabu’s POV
Fanservicemu
pada Yuuto waktu itu membuatku drop. Kalau kita tidak sedang live saat itu,
pasti aku sudah pergi secepatnya. Aku tak bisa melihat pemandangan seperti itu.
Sampai fanservicemu dengannya banyak yang diabadikan. Sesak sekali dadaku.
Sehabis
live itupun aku memilih menyendiri, mengkompres puncak kepalaku dengan sekantung
potongan es kecil-kecil. Mencoba meredam rasa panas yang menjalar, walaupun itu
hanya mengurangi beberapa persen darinya. Aku mendengar suara tawamu yang
biasanya, disusul Jin dan juga Yuuto. Kau terlihat sangat senang setelah
melakukannya. Ya, aku juga turut senang. Dengan begitu banyak fans yang
menyukai kedekatan kalian.
Kupejamkan
mataku sesaat, coba menghilangkan detik-detik kalian berciuman tadi... tapi
tetap saja tidak bisa. Aku iri pada Yuuto, kenapa hanya ada Yuuto di pikiranmu.
Arghh...
“Mana, kau
tertidur?” itu suaramu. Astaga, kau mendekatiku.
Sedikit
membuka mata dan kujawab sekenanya “ah, tidak... Aku hanya, butuh istirahat
sebentar”. Kau tak langsung pergi, malah kau mengambil kursi lain dan
menyejajarkannya di sebelahku. Duduklah kau di situ sambil mengambil kantung es
di kepalaku.
“kau mau apa?”
Kau
tersenyum, manis sekali. “tidurlah, aku yang akan memeganginya”. Apa kau serius
mengatakannya?...Jika iya, pasti aku sedang bermimpi.
“cepatlah tidur,
akan kutunggu sampai kau bangun”
“i..iiya” kumulai memejamkan mata lagi dan tertidur. Sementara kau dengan senang hati mau memegangkan kantung es ini untukku.
“i..iiya” kumulai memejamkan mata lagi dan tertidur. Sementara kau dengan senang hati mau memegangkan kantung es ini untukku.
Saat
live berikutnya aku bahagia sekali. Kau dan aku saling memainkan gitar, kita
berdua maju menghadap kamera. Ya, kau yang memulai duluan. Menempelkan kepalamu
ke kepalaku, sama-sama tertawa membelakangi penonton. Banyak yang tidak tau
adegan itu, tapi aku sudah bisa melihatnya di dunia maya. Aku tak menyangka
bisa terlihat bahagia seperti itu, dan kau juga sama.
Kau
bilang padaku waktu pembuatan pv Duality, aku terlihat cantik dengan rambut
panjang bergelombang. Kau berhasil membuatku memerah waktu itu, dan untungnya
aku bisa menyembunyikan wajahku di balik punggung Jin.
Sempat
khawatir dengan tingkahku, kau kembali
duduk di sampingku. Lalu kau bertanya ini dan itu. Tentang kenapa aku seharian
murung dan tidak menyapamu padahal kau ada di depanku. Hh... kau mau tau
jawabannya, leader-sama?.... jawabannya kau. Kau selalu berulah, melakukan hal
yang menurutmu bagus tapi tidak untukku. Kau bisa saja mengumbar fanservice
dengan Yuuto, Byo, atau Jin sekalipun di setiap live, tapi kau tak tau
perasaanku... aku nyaris tak pernah melakukan fanservice denganmu. Oke, itu
bukan suatu hal yang harus dibanggakan, tapi sudah jarang kita berada di posisi
sangat dekat saat live. Dan aku lupa saat live kita yang mana, kau mendekat ke
arahku sambil terus tersenyum, dan aku yang merasa terlalu percaya diri,
membalas senyumanmu. Tapi apa selanjutnya? Kau berbelok, dan mendekati Yuuto. Kenapa
harus Yuuto, Kazuki? Dia temanku dan aku juga menyayanginya..
Saat
Yuuto pergi, aku sedih bercampur senang. Terserah kau mau menyebutku teman yang
jahat, tapi aku benar-benar merasakan keduanya. Aku sedih karena tak ada lagi
orang yang mengkritikku dan tak ada lagi candaannya bersama Jin. Tapi aku
senang karena dia tak ada, kau bisa dengan mudah melupakannya, dan aku tak
punya saingan lagi di ScReW.
Karena
kaulah aku ingin bergabung di band ini, karena kaulah aku meninggalkan
band-band sebelumnya yang pernah menampungku, dan karena kaulah aku akan terus
menjadi partner gitaris di ScReW. Aku menyukaimu, lebih dari sekedar rasa
cintamu pada Yuuto. Saat Yuuto sering bersamamu, sebenarnya aku ingin ikut juga
berbaur dengan kalian. Tapi kedekatan kalian berdua mengurungkan niatku. Kau
mudah tertawa bila dengannya, dan sebaliknya. Kau juga akan diam jika berada di
sampingku.
Kuberanikan
diri untuk mendekatimu di saat break yang lalu, aku memegang gitar dan duduk di
sampingmu. Hmm, serileks mungkin kucoba merebahkan kepalaku di pundakmu. Sambil
memangku gitar, kubilang kalau aku lelah setelah selesai pembuatan pv. Dan
kurasa kau mendengarnya sebagai lelah yang biasa, tapi itu tidak benar. Bukan
fisikku yang lelah, tapi hati dan perasaanku.
Juga
di saat pembuatan pv Brainstorm, banyak sekali hal-hal aneh yang kau ciptakan.
Bersama Jin dan Byo, kalian memang manusia paling aktif. Aku suka rambutmu,
pendek sama sepertiku. Kau bernyanyi dengan Byo juga Jin, suarama bagus sekali.
Kau bahkan lebih cocok menjadi vokalis ketimbang gitaris. Ah, tapi jika kau
menjadi vokalis, partner gitarku siapa lagi? Kau punya suara yang lebih kecil
dariku, dan tiap kali kau berkaraoke aku selalu mendengarkannya. Aku jadi
tertawa sendiri melihat tingkahmu yang lucu itu.
Apakah
sudah saatnya kau tau apa yang kurasakan selama ini?
Sejujurnya,
aku belum siap.
Seakan
tak pernah pudar dari wajahmu, tawa dan senyummu selalu membuatku senang. Sampai
memimpikannya ketika tidur, dan tertawa-tawa sendiri ketika aku sadar itu
hanyalah mimpi.
Kau sering bercanda yang malah lebih kuanggap sebagai pernyataan padaku. Terutama di saat SCREWTV edisi Natal dua tahun lalu. Saat aku membacakan pertanyaan yang kutujukan padamu, sudah dua kali kau menawariku untuk menjadi ‘girlfriend’mu. Oh Tuhan, alasan apa yang membuatmu untuk memilihku menjadi ‘pacarmu’? Mungkin aku terlalu senang sehingga hanya tertawa sedikit dan agak canggung begitu kau mulai berperan sebagai ‘pacarku’. Gerak-gerikmu bak aktor profesional yang dengan mudahnya menyampaikan perasaan cinta kepada pasangannya. Jujur aku luluh saat itu juga, berdo’a dalam hati semoga apa yang kau ucapkan tadi bukanlah basa-basi.
Kazuki,
setiap detik, setiap waktu yang sudah kulalui, aku tak pernah bisa melupakan
semua memori tentangmu di hidupku. Kau selalu membuat bekas ingatan yang sampai
kini tak akan pernah kulupakan. Semua tentangmu aku tahu, dan seandainya kau
juga tau semua tentangku.
Aku
ingin kau mengingatnya, menyimpannya sebagai kenangan manis di antara kita. Kau
hidupku, dan kau juga candu bagiku.
Sekedar
tahu perasaanku pun, aku sudah bahagia.
OWARI
maaf...
ReplyDeletekalo gak salah pas waktu d chap yg pertama...
ad satu chap lagi setelah chap ini ya???
ee??? O_O... gak ada chap lagi sebelum chapter kedua ini.. gomen,, aku emang gak nulis. fic ini cuma dua chapter aja.
Delete