Title : Sign of
Puppet
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Genre : Fantasy, Fairytale, SHOUnnen-Ai
Fandom: JROCK Alice Nine, the GazettE
Warning: Discontinued fanfic lagi teman-teman~
A/N : maap bagi minna-san kalo pas buka page akhir-akhir ini isinya fanfic discontinued semua. Niatnya sih mau lanjut, tapi apa daya ShouPon belum ngasih wangsit. So, dengan berat hati gue publish juga ini fic.
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Genre : Fantasy, Fairytale, SHOUnnen-Ai
Fandom: JROCK Alice Nine, the GazettE
Warning: Discontinued fanfic lagi teman-teman~
A/N : maap bagi minna-san kalo pas buka page akhir-akhir ini isinya fanfic discontinued semua. Niatnya sih mau lanjut, tapi apa daya ShouPon belum ngasih wangsit. So, dengan berat hati gue publish juga ini fic.
Sign of Puppet
Akademi Kagaya selalu terlihat sibuk
seperti hari-hari biasa. Terutama saat istirahat belajar tiba, seluruh
siswa-yang kesemuanya laki-laki ini- menggunakan waktu tersebut untuk
kepentingannya masing-masing. Terkadang juga ada sebagian siswa yang justru
meluangkan waktu istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan.
Bersama salah seorang temannya, Hiroto
betah berlama-lama di surga buku Akademi Kagaya itu. Membolak-balik lembar demi
lembar buku yang tak ada habisnya. Ini merupakan pemandangan langka karena tak
biasanya mereka berdua mau ke perpustakaan. Karena ucapan Nao lah, Saga
terpaksa menemani Hiroto mencari informasi tentang keberadaan mamalia langka
yang katanya muncul di bukit Utara. Tak hentinya juga Saga menyuruh Hiroto agar
menyerah saja, toh Saga tau itu hanya akal-akalan Nao agar bisa mengerjai
Hiroto.
Tapi anak itu tak pantang menyerah, ia
terus mencari sampai ia mendapatkan bukti akurat tentang hewan itu.
“Hiroto, sudahlah.. hewan itu sudah
lama punah, apa kau belum mengerti?” keluh Saga yang berada di seberang meja
tempat Hiroto berada. Tumpukan bukulah yang memisahkan mereka.
Tak ada jawaban, Hiroto malah
mempertajam matanya untuk melihat setiap sudut yang buku itu punya. “aku yakin mammoth
itu pasti ada di sana,” ujarnya tanpa memandang Saga yang sekarang meletakkan
dagunya di atas meja.
“Nao hanya mengerjaimu. Kau sendiri kan
sudah tahu, dia sangat jahil”
Sesaat Hiroto berhenti membaca,
pandangannya mulai sayu melihat buku yang sedari tadi ia baca. Ia menunduk, tak
sanggup melihat Saga. Ia berpikir apa yang Saga bilang tadi memang benar.
Hiroto merasa dirinya sudah menjadi orang yang paling bodoh. Tak lama Saga
melihat anak itu sudah sesenggukan sambil mengelap matanya.
“Hiroto, maafkan aku. Ucapanku salah,
ya?”
“tidak. Saga tak salah apapun, akunya yang terlalu bodoh.. hik”
“sudah sudah. Ayo kita kembali ke kelas, sebelum Kai sensei memarahi kita karena terlambat” ucap Saga sembari mengusap pelan wajah Hiroto dari air mata.
“un..”
“tidak. Saga tak salah apapun, akunya yang terlalu bodoh.. hik”
“sudah sudah. Ayo kita kembali ke kelas, sebelum Kai sensei memarahi kita karena terlambat” ucap Saga sembari mengusap pelan wajah Hiroto dari air mata.
“un..”
**
Kalau Saga tak mengingatkan Hiroto
untuk kembali ke kelas segera, pasti mereka sudah mendapat hukuman. Karena
masuknya mereka ke kelas nyaris bertepatan dengan datangnya Kai sensei.
Cepat-cepat mereka kembali masuk dan duduk di kursi masing-masing.
Kai sensei masuk dan berdiri di depan
kelas seperti biasa. Namun ada seorang lagi yang mengikutinya dari belakang.
Laki-laki tinggi dengan mata bulat bersinar, rambut coklat susu dan mempunyai
senyum yang manis. Kelas mendadak ribut dan akhirnya dapat ditenangkan kembali
oleh Kai sensei.
“mulai hari ini kalian mendapakan teman
baru. Jadi, bertemanlah dengan baik” ucap Kai sensei lantang.
‘siswa
baru?’
batin Hiroto
“perkenalkan dirimu, nak” suruhnya
sambil meynerahkan kapur tulis pada anak baru itu. Ia pun menulis namanya
dengan bahasa latin, dan tentu saja Hiroto dan yang lain merasa agak kesulitan
melafalkannya.
‘FRIEDRICH MIKAELOV XOU’
“Furiderii Mikaerobu Shou” ucap Hiroto
refleks.
“psst... Pon, menurutmu dia tampan?” bisik Saga yang sebelumnya menyikut lengan Hiroto. Yang ditanya hanya menyipitkan matanya dan memandang Saga aneh “jangan-jangan kau menyukainya?”. Saga menyengir, dan terlihat kalau Saga memang menyukai anak baru itu.
“psst... Pon, menurutmu dia tampan?” bisik Saga yang sebelumnya menyikut lengan Hiroto. Yang ditanya hanya menyipitkan matanya dan memandang Saga aneh “jangan-jangan kau menyukainya?”. Saga menyengir, dan terlihat kalau Saga memang menyukai anak baru itu.
“ano, apa kau siswa pertukaran Perancis
itu?” tanya seorang siswa berpostur kecil-Ruki- dari pojok belakang. Shou-siswa
baru itu- tersenyum kecil dan mengangguk. Melihat sikapnya siapapun tahu kalau
Shou orang yang irit bicara, dan tak akan menghabiskan tenaganya percuma hanya
untuk berbicara yang tak penting.
“perkenalannya cukup. Kalau ingin
bertanya lagi, nanti saat luar jam pelajaran” tegur Kai sensei. “Shou-san, kau
bisa duduk di sana”
Hiroto terus memperhatikan Shou yang
berjalan ke kursi belakang. Sampai ia sendiri kaget tiba-tiba Shou melirik ke
arahnya, seperti tau kalau ia sedang diperhatikan. Hiroto semakin penasaran
siapa Shou itu sebenarnya. Karena sejenak tadi Shou mengeluarkan aura aneh saat
ia melirik Hiroto. Dan entah dari mana angin berhembus cukup keras di
tengkuknya.
**
“Shou-kun, apa kau tak istirahat?”
seperti biasa Saga selalu mencuri perhatian terhadap setiap siswa baru yang
menurutnya terasa menarik. Tak menggubris, Shou melanjutkan aktifitas
membacanya.
“hey, Shou-kun.. kau tidak ingin
istirahat?”. Agak risih juga, Shou menutup bukunya dan tersenyum terpaksa “aku
tidak lapar. Bisa kau membiarkanku membaca dengan tenang di sini?” ucapnya
kalem.
“ah..ya. Tentu saja, aku akan pergi.
Selamat membaca” dan Saga pun pergi dengan berat hati.
‘manusia
memang menggangu’
BRAKKK
Suara meja digebrak terdengar sangat
keras, dan orang pembuat keributan itu ialah Hiroto. Ia berjalan ke arah Shou
dengan amarah yang meluap-luap.
“Siapa yang kau maksud mengganggu, orang
asing?!”. Hiroto sudah bersiap-siap ingin menghajar Shou. Ia marah, Saga
sahabatnya sendiri disebut pengganggu oleh orang yang baru masuk di kehidupan
sekolahnya.
“hebat sekali kau bisa membaca
pikiranku. Jangan-jangan kau...?”
“Kau seenaknya saja menyebut Saga
pengganggu. Padahal dia hanya ingin mengajakmu istirahat di luar. Apa itu
mengganggu?!”
“kau pernah dengar kalau mengganggu orang yang sedang membaca itu menyebabkan konsentrasi menjadi hilang?”
“kau pernah dengar kalau mengganggu orang yang sedang membaca itu menyebabkan konsentrasi menjadi hilang?”
Diam tak mampu menjawab. Matanya
semakin memicing menatap mata bulat Shou.
“kau masih anak-anak, tak seharusnya
berbicara tak sopan di depan orang yang lebih tua” ucap Shou yang kembali
membuka bukunya.
“aku tau aku masih anak-anak, tapi kau juga tak seharunya mengusir Saga seperti itu!”
“oh, ternyata kau memang anak-anak? Berapa umurmu, boy?”
“arrrghhhh!!! Kau menyebalkan, dasar anak baru kurang ajar! Akan kuadukan kau pada Uruha sensei!”
“aku tau aku masih anak-anak, tapi kau juga tak seharunya mengusir Saga seperti itu!”
“oh, ternyata kau memang anak-anak? Berapa umurmu, boy?”
“arrrghhhh!!! Kau menyebalkan, dasar anak baru kurang ajar! Akan kuadukan kau pada Uruha sensei!”
Shou terlihat senang bisa mempermainkan
bocah itu-Hiroto-. Ia merasa seperti mendapatkan mainan baru dan mungkin dengan
begitu ia akan agak betah berada di kelas ini.
**
Sesuai yang diancamkan Hiroto tadi, ia
benar-benar mengadukan kejadian tadi pada Uruha sensei. Tak ada hubungan khusus
di antara keduanya, hanya Hiroto merupakan anak didik kesayangan Uruha karena
merupakan siswa termuda yang mampu loncat kelas karena kecerdasaanya. Dan
seharusnya Hiroto masih setara di kelas 1 SMA, jadi tak heran kalau sifatnya
masih kekanakan di antara teman-temannya yang sudah akan memasuki perguruan
tinggi.
Di ruang guru Hiroto menghampiri Uruha
sensei dan mulai menceritakannya dengan amarah yang ditahannya. Setelah selesai
mengungkapkan apa yang terjadi tadi, Uruha sensei pun mengelus puncak kepala
Hiroto dan mulai menasihati anak itu.
“aku bangga padamu, Ogata. Itu tandanya
kau sangat menyayangi sahabatmu” puji Uruha sensei “..tapi kekerasan juga tak
boleh kau lakukan, meskipun tujuannya membela Sakamoto”
Dengan mata sayu, Hiroto meminta
solusi lebih baik lagi “jadi aku harus
bagaimana menghadapi anak baru itu, sensei?”
“cukup menjadi temannya dan bersikaplah baik”
“ha?! Aku tidak mau! Hukum dia sensei!”
“aku juga tak akan terlibat dalam masalah ini. Kau selesaikan sendiri, yah.. itu salah satu latihan menuju kedewasaanmu, Ogata” saran Uruha sensei.
“tt..tapi..”
“sudah, kembali ke kelas sana. Aku tak mau dengar kalian berkelahi lagi, mengerti” potongnya yang tak mampu dilawan lagi oleh Hiroto.
“cukup menjadi temannya dan bersikaplah baik”
“ha?! Aku tidak mau! Hukum dia sensei!”
“aku juga tak akan terlibat dalam masalah ini. Kau selesaikan sendiri, yah.. itu salah satu latihan menuju kedewasaanmu, Ogata” saran Uruha sensei.
“tt..tapi..”
“sudah, kembali ke kelas sana. Aku tak mau dengar kalian berkelahi lagi, mengerti” potongnya yang tak mampu dilawan lagi oleh Hiroto.
Ia berjalan malas ke kelasnya, apalagi
ia pasti akan bertemu orang Perancis itu.
Namun yang menjadi kekhawatirannya
mendadak tak ada di tempatnya. Shou pergi dan tempat duduknya menjadi kosong.
Hiroto penasaran dan akhirnya mendekati meja Shou dan menemukan buku yang tadi
dibaca Shou.
“SUSU KEDELAI DAN MANFAATNYA”
‘jadi
dia suka soymilk rupanya.. hahaha..’ Hiroto sudah mempunyai rencana agar
bisa membalas perbuatan Shou tadi. Tanpa sadar ia jadi tertawa sendiri.
“sedang apa kau dengan buku milikku?”
tanya sebuah suara tiba-tiba. Suara Shou.
Dengan cepat Hiroto membaca situasi dan
bertingkah sewajarnya “..aku hanya kaget sedikit. Orang dewasa sepertimu doyan
sekali pada susu kedelai.. hahaha...” ejek Hiroto
Shou tersenyum kecil dan balas berkata
“kau terkejut? Orang dewasa rutin minum soymilk, tidak sepertimu yang masih
mengonsumsi ASI”
“kau...” Hiroto bersiap memukul Shou
namun sebuah tangan mencegahnya. Saga menggenggam kuat pergelangan Hiroto
“jangan Pon..”. Melihat tatapan Saga yang memohon itu, ia mengurungkan niatnya
memukul Shou.
“kali ini kau kubiarkan hidup” ancam
Hiroto serius. Saga pun mengantar Hiroto untuk duduk di tempatnya semula.
‘dasar orang asing
sialan! Aku tak pernah merasa semalu ini sebelumnya. Lihat saja besok!!’
***
stuck on 31/12/2012
stuck on 31/12/2012