***
Di sekolah
tempat gue [biasanya] belajar, gue dapet julukan Rocker. Yeah, garang banget kan
kedengarannya. Temen-temen gue ngasih itu julukan bukan tanpa alasan, mereka
julukin itu ke gue karena gue emang suka dengerin lagu-lagu rock yang kerasnya
naujubileh. Meskipun gue seorang cewek, tapi kelakuan dan sifat gue ke
cowok-cowok’an. Kasar, pemalas, urak’an dan lain sebagainya. Gue jujur banget
yah.
Terlepas dari
itu semua, mereka ada yang gak tau kalo sebenernya di dalam diri gue ini masih
tersimpan hati berwarna pink. Oke, ini memang malu-maluin bagi gue yang seorang
rocker. Temen-temen gue belakangan ini sudah tau kebiasaan dan hobi gue. Yaitu,
suka warna magenta dan hobi ngoleksi pulpen imut. Beneran aneh, kan? Banyak
dari temen cewek gue yang sering bilang “rocker kok suka barang imut?”. Terus
temen gue yang cowok juga gak mau kalah, dia bilang gini ke gue “tampang
rocker, hati pink..”. Emangnya gak boleh ya, rocker macam gue suka hal-hal
begituan. Gue juga pengen kalii,, secara gue cewek. Walaupun gue sendiri meragukannya.
So, setiap kali
gue bawa barang-barang imut ke sekolah, mereka seneng banget ngomong “tampang
rocker ya, tapi hatinya merah muda”. Ini jelas penghinaan. Bagai dua sisi yang
saling berbeda, bagai warna hitam dan putih, dan bagai Arumi Bachsin dan
Omaswati. Bedaaaa jauhh. Di sisi lain gue suka musik-musik metal, tapi sisi
lain hati gue berteriak minta penjelasan bahwa gue juga suka sama hal-hal yang
imut. Seandainya ada lembaga perlindungan hak memilih bagi seorang rocker di
Indonesia, gue bakal ke sono buat minta hak supaya gue bisa terlepas dari
penghinaan seorang rocker berhati pink. Maaf, terlalu berlebihan.
Temen-temen gue
juga ngelarang gue buat nyetel lagu-lagu yang ada di hape dan laptop gue.
Karena mereka beralasan, lagu-lagu di hape dan laptop gue gak ada lagu
Indonesia dan lagu-lagu gue semuanya bergenre ROCK METAL. Apa salahnya suka
sama lagu keras begitu, yah paling-paling yang pertama kali baru denger gendang
telinganya bisa mengeluarkan nanah dan darah. Tapi itulah seninya. Temen-temen
gue malah suka lagunya SAGITA dan kawan-kawan, Armada, bahkan ada yang
suka lagu Melayu. OH NO! Gak ada seninya ma men. Ya jelas sih mereka suka
lagu-lagu begitu karena mereka cewek. Tapi gak hanya cewek yang suka lagu-lagu
menyek gitu. Adek kelas gue cowok yang MasyaAlloh, melambainya luar biasa.
Mulai dari style nya yang kayak cewek dengan baju dan celana super ketat,
bergaul dengan cewek-cewek sosialita, cara ngomongnya yang dibikin alus
[hoeeekkk], jalannya melenggak-lenggok bak pantat ayam yang ditusuk jarum
pentul, dan sukanya itu loh, musik-musik menyek nan mengharu biru. Apakah bumi
benar-benar ingin meluapkan isi perutnya dan apakah sangkakala sebentar lagi
akan ditiup?
Seneng juga sih
punya adek kelas yang bisa jadi bahan ketawa gue selama hidup di itu sekolah.
Gue malah berterima kasih pada dia dan teman-temannya yang juga melambai karena
udah mau jadi bahan lelucon gue bareng temen gue si Dika. Gue juga seneng
apalagi ada anak kelas satu yang sumpah, bikin gue gak bisa berhenti ketawa.
Temen gue si Dika tuh, ngeliatin gue sama anak kelas satu yang mirip banget
sama temen gue yang satunya. Waktu itu gue sama dia lagi pengajian rutin tiap
pagi di sekolah.
“Ri, ri,..” panggil Dika, temen gue.
“apaan?”
“liat noh, cewek anak kelas satu yang pendek-pendek item itu”
“mana?” gue nyari ke seluruh penjuru dan akhirnya nemu orang yang dimaksud.
“yang pendek semok itu kah?” tanya gue mastiin.
“ya!!” jawabnya semangat
“kenapa emangnya?”
“mirip Koli, kan?”
“apaan?”
“liat noh, cewek anak kelas satu yang pendek-pendek item itu”
“mana?” gue nyari ke seluruh penjuru dan akhirnya nemu orang yang dimaksud.
“yang pendek semok itu kah?” tanya gue mastiin.
“ya!!” jawabnya semangat
“kenapa emangnya?”
“mirip Koli, kan?”
JDUARRR
Ternyata dia
ngasih tau ke gue anak itu cuman mo ngasih liat kalo anak itu mirip Koli, temen
gue juga. Well, gue kasih tau ya. Koli itu nama samaran. Nama sebenarnya adalah [****]. Kenapa bisa dijuluki Koli?? Hohoho,,, karena rambutnya lah yang emang
mirip sayuran paling gak enak bernama BROKOLI. Rambutnya kriting-kriting
ngembang gitu dah, dan dia sering dengan pedenya berfoto manis di hape dengan
ukuran close up. Dan hasilnya tidak semanis yang dia kira. Lebih tepatnya, hasil
fotonya dia cukup untuk membuat gue takut karena mengira foto itu adalah foto
yang diambil Ustad Soleh Pati ketika berkomunikasi dengan makhluk uka-uka di
Gunung Lipan. Well, fotonya dia jauh lebih seram dibanding foto penampakan yang
biasaya muncul di tipi.
Dika ternyata
udah punya nama olok’an buat anak kelas satu yang mirip Koli itu. Yakni LITTLE
MONSTER SATU. Kenapa satu? Karena ternyata dia udah menemukan Little Monster
yang kedua. Buset dah, ni anak hobinya survey orang-orang tak berdosa. Dan yang
kedua ini jauh lebih seram dari sang BIG MONSTER a.k.a Koli. Sama-sama anak
kelas satu tapi perawakannya mirip cowok. Tangannya berbulu coy, besar dan
tampangnya mirip preman pasar pagi. Gue aja takut dan ngira kalo itu cowok yang
nyamar jadi cewek dengan cara berhijab. Dan untungnya dia pake jilbab.
Gue sama temen
gue si Dika itu emang keterlaluan, temen sendiri di katain, dan anak kelas satu
yang gak tau apa-apa jadi bahan olok’an sekelas. Dan mungkin waktu itu gue jadi
rada bingung saat Little Monster satu lewat depan gue sama temen gue. Gue
langsung kasih tau ke temen gue waktu itu, namanya Indri.
“Ndri, itu nah Little Monster” ucap
gue penuh semangat dan suara gue nyaris teriak.
“mana? Mana?” dia juga gak kalah antusianya dari gue.
“itu tuh” karena geregetan gue tunjuk dah itu Little Monster. Dan betapa kagetnya pada saat gue tunjuk itu anak, di saat yang sama Little Monster itu NOLEH ke gue!!
Antara malu dan takut dibilang senior yang jahat, gue milih pura-pura kembali ngobrol sama Indri. Dan begonya, Indri gak tau dan tetep celingak-celinguk cari itu Little Monster.
“mana? Mana?” dia juga gak kalah antusianya dari gue.
“itu tuh” karena geregetan gue tunjuk dah itu Little Monster. Dan betapa kagetnya pada saat gue tunjuk itu anak, di saat yang sama Little Monster itu NOLEH ke gue!!
Antara malu dan takut dibilang senior yang jahat, gue milih pura-pura kembali ngobrol sama Indri. Dan begonya, Indri gak tau dan tetep celingak-celinguk cari itu Little Monster.
***
No comments:
Post a Comment