Title : The
Anniversary
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 1/1-OneShoot-
Pair : KiliXKen
A/N : Fic yang dibuat saat classmeet kelas 3 kemaren.. project lama yang nyaris ditelantarkan.
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 1/1-OneShoot-
Pair : KiliXKen
A/N : Fic yang dibuat saat classmeet kelas 3 kemaren.. project lama yang nyaris ditelantarkan.
The Anniversary
auncia - KeyCase
auncia - KeyCase
Ken tengah
sibuk-sibuknya mencorat-coret atau lebih tepatnya melingkari satu tanggal di
semua kalender yang Kili punya. Ya, sekarang dia berada di apartemen Kili hanya
sekedar melepas rindu pada kekasihnya itu. Tak ada satu pun kalender yang terlewat
dari tangan Ken. Kili yang sedang mengetik tulisan di laptonya itu pun sesekali
melirik sekilas dan tersenyum melihat tingkah anak manis di depannya itu. Kili
senang sekali, di hari libur ia tak kesepian saat mengerjakan tugas-tugas semua
mata kuliahnya. Karena ada Ken yang sudah berbaik hati menyempatkan diri
menemani Kili dan juga membuatkan secangkir coklat panas untuk Kili agar ia
merasa nyaman.
“Kili kun,
minggu depan ada acara tidak?” tanya Ken setelah selesai menutup spidol
berwarna merah di tangannya.
Masih mengetik Kili berujar sekenanya “tidak ada. Memang kau mau mengajakku ke mana?”
Masih mengetik Kili berujar sekenanya “tidak ada. Memang kau mau mengajakku ke mana?”
Ken sedikit
berpikir “emm, tidak kemana-kemana. Aku hanya ingin bermalam di sini, denganmu”
terlihat semburat kemerahan muncul di pipi Ken.
“oh, kenapa tidak
nanti malam saja. Tak perlu menunggu minggu depan”
“ahh, itu karena aku maunya minggu depan” jawabnya asal ‘masa kau tak ingat Kili? Minggu depan itu tanggal berapa?’ batin Ken
“ahh, itu karena aku maunya minggu depan” jawabnya asal ‘masa kau tak ingat Kili? Minggu depan itu tanggal berapa?’ batin Ken
“okay, terserah
kamu saja” Kili menatap Ken dan kembali tersenyum.
Ken’s POV
Sepertinya Kili lupa minggu depan adalah hari
spesial kami. Tapi mana mungkin? Kami sudah bersama hampir 30 bulan. Well,
mungkin memang angka yang kurang lama, tapi masa’ dua tahun lebih ia sama
sekali tak menyinggung-nyinggung soal anniversary itu padaku. Apa mungkin dia
sudah bosan padaku dan ia sengaja melupakannya. Kili tidak sejahat itu dan Kili
juga belum pikun.
Haeh... lucu juga kalau aku yang heboh sendiri
menyiapkan ini semua. Dan apa aku harus memberitahunya secara langsung kalau
minggu depan tanggal 30 itu adalah hari jadi kami? Seharusnya dia ingat, kan?
Yah, sekedar bertanya padaku nanti tanggal 30 kau mau minta apa dariku? Hhh..
padahal aku sudah mencorat-coret kalendernya di depan matanya sendiri. masa’
dia tak lihat? Argghh... Kili.. kalau dia benar-benar lupa awas saja!
Ken end POV
2 days to
anniversary’s day
Ken sudah
menyiapkan semuanya, termasuk kuenya. Ia tak membuat sendiri karena pastilah
hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Jadi ia memutuskan untuk meminta ibunya
untuk membuatkan kue. Namun untuk lebih memperlihatkan kerja Ken, ia sengaja
yang menghiasnya. Dengan maksud supaya ia bisa pamer di depan Kili dan sebagai bentuk pembuktian kalau Ken sangat
perhatian pada Kili.
Setelah pulang
sekolah, Ken sengaja pergi ke kampus Kili untuk mengajaknya pulang seperti
biasa. Namun sudah setengah jam, Kili tak kunjung muncul dan membuat kakinya
lelah terus berdiri. Teman-teman Kili yang berlalu lalang di depan Ken sudah
hapal kalau anak berseragam SMA itu pasti sedang menunggu Kili. Dan salah
satunya pun mengajak Ken bicara.
“ano,
summimasen..”
“eh?” Ken
terkejut begitu seorang pria manis setinggi dirinya datang menyapanya. Dan ia
tak sendiri, ada seorang pria lain di belakangnya. Dengan jari-jemari yang saling
terkait.
“maaf
mengagetkanmu. Kau pasti sedang menunggu Kili”
“ah.. hai’.
Bagaimana kau tahu?”
“aku sudah
sering melihatmu di sini, dan ujung-ujungnya Kili yang selalu bersamamu”
“oh. Begitu” Ken jadi terlihat kikuk.
“oh. Begitu” Ken jadi terlihat kikuk.
“hmm, hari ini Kili
ada mata kuliah tambahan. Jadi dia mungkin pulangnya sedikit terlambat. Kau
tidak apa-apa, kan?” ujar pria manis itu.
Terlihat raut
wajah Ken yang kecewa dan segera memilih berterimakasih pada orang itu lalu
hendak pulang.
“ah, matte!”
panggil pria itu lagi.
“doushite?”
“Kili juga
bilang kalau malam ini dia tidak pulang, jadi dia memintaku untuk memberitahumu
kalau kau tak perlu berkunjung ke apatonya. Oiya, aku Peco. Salam kenal”
ucapnya masih ‘menempel’ pada orang yang di sebelahnya.
“terima kasih Peco-san.
Umm, Ken desu”
“kami pulang
dulu. Jyaa, kohai Ken”
***
1 day to
anniversary’s day
‘besok adalah hari H nya. Aku berharap dia tidak
melupakannya’ pikir Ken
“Oii, Ken-chan.
Kenapa kau ini? terlihat tak bersemangat dari kemarin. Apa kau diputusi
pacarmu, haa?” ucap seorang teman Ken-Ikuma- yang terkenal dengan ucapannya
yang ceplas-ceplos. Dan ucapannya itu mengundang suara gelak tawa dari
teman-temannya yang lain.
“aku lelah,
Ikuma. Jangan menggangguku sekarang” Ken menjawabnya dengan nada malas.
“oke, oke. Pasti
ini masalah Kili senpai yang bisa membuatmu begini. Ya, kan?”
“Ikuma!”
“baiklah.. aku
pergi sekarang”
‘Kili, dari kemarin kau tak menghubungiku sama sekali.
Sudah cukup.. aku lelah..’
Anniversary’s
day
Jam delapan
malam Ken pergi ke apartemen Kili sambil menenteng kue hari jadi mereka. Sampai
di depan pintu ia mengetuknya beberapa kali. Merasa tak ada sahutan, Ken
mencoba memutar kenop pintu dan bisa terbuka. Kili tak menguncinya ‘mungkin dia tidur’ pikirnya.
Namun Ken agak
kaget melihat seluruh ruangan di apartemen Kili dalam keadaan lampu padam. Ia
pun menyalakan semua lampu dan menemukan harta benda Kili-alat tulis- banyak
berserakan di lantai dan meja ruang tamu. Mau tak mau Ken yang membereskannya
dan mulai mempersiapkan pesta kecil di apartemen Kili. Sementara Kili tidak ada
di apartemennya kini.
Sementara Ken
berada di apartemen Kili menunggu kedatangan sang pemilik apartemen, sekarang Kili
tengah bersama teman-temannya di bar. Awalnya Kili menolak karena harus pulang
segera, mengingat Ken yang akan menginap di apartemennya. Namun kedua teman Kili
memaksanya untuk sedikit lagi bersenang-senang di sana. Kili yang tidak suka
minum-minuman beralkohol, akhirnya dengan terpaksa meminumnya-atas suruhan
temannya itu-. Walau hanya beberapa teguk, Kili sudah nyaris kehilangan
kesadarannya. Perutnya terasa panas dan kepalanya mendadak pusing. Ia sudah
seperti teman-temannya yang mabuk.
Setelah tau Kili
mabuk, kedua temannya malah terus mencekokinya dengan minuman yang lebih banyak
kadar alkoholnya. Kili yang tak tahu apapun harus menelan semua cairan itu yang
artinya ia sudah siap untuk memuntahkan isi perutnya.
“hik.. Suzu...ne..hik..
sudah..” ucap Kili sambil memijit kepalanya berulang-ulang.
“baik.. kelihatannya kau juga sudah mabuk Kili. Tapi, kita akan di sini sampai pagi. Benar, kan Peco?”
“ya.. itu benar..” jawab orang bernama Peco itu setengah mabuk.
“baik.. kelihatannya kau juga sudah mabuk Kili. Tapi, kita akan di sini sampai pagi. Benar, kan Peco?”
“ya.. itu benar..” jawab orang bernama Peco itu setengah mabuk.
Tanpa perlawanan
Kili akhirnya tetap berada di bar itu dengan kedua temannya. Percuma ia
berusaha pulang, toh berdiri pun ia kepayahan.
Di apartemen Kili,
Ken terus menunggu kedatangan Kili. Sampai jam setengah dua belas malam pun, Kili
tak kunjung datang. Ia menatap kue yang ada di depannya sambil menangis pelan.
Melihat hiasan yang bertuliskan ‘Happy 30th Anniversary’ di atas kue itu, Ken
menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya sambil terus menangis.
‘Kili, kau di mana...’
Ken nyaris
tertidur menunggu Kili datang, tapi ia berusaha tetap terjaga. Ia terus
menanti, walau ia sendiri tak yakin Kili akan datang malam ini.
Dan akhirnya Ken
sudah benar-benar lelah dan segera pulang. Namun sebelum itu, ia menyimpan
kuenya di kulkas belakang. Ia yakin kalau Kili pulang besok, pasti dia akan
ingat.
Ken pun pulang
dengan perasaan sangat kecewa. Ia sudah berrencana tidak akan kemana-mana
besok. Ia ingin di kamarnya sendiri tanpa ada seorang pun yang mengganggunya.
Mungkin itu cara
terbaik melupakan insiden hari ini.
A day after
anniversary’s day
Kili membuka
matanya dan masih merasakan sakit di kepalanya. Ia bangun dan melihat kedua
temannya masih tertidur di atas meja dengan beberapa botol sake berserakan di
antaranya. Kili sedikit ingat apa yang terjadi tadi malam dan ia benar-benar
menyesal telah ikut undangan teman-temannya ke bar ini. Ia pun bergegas pulang
tanpa membangunkan dua orang yang telah membuatnya mabuk itu.
Sampai di
apartemen, Kili tidak seperti biasa dikejutkan dengan alat-alat tulis yang
berserakan di ruang tamu. Semuanya sudah tersusun rapi di satu tempat, dan ia
sendiri tak yakin kalau ia yang membereskannya.
Ia menuju ke
kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya dari bau-bau alkohol dan rokok
yang ia benci itu. Setelah dirasa ia sudah kembali ke Kili yang sebenarnya,
perutnya kini tiba-tiba minta ingin diisi. Ia lapar, dan membuka kulkas untuk
melihat apa saja yang bisa dimakan. Namun melihat sebuah kue coklat tersimpan
di sana, ia merasa heran. Sejak kapan ada kue ulang tahun di kulkasnya.
“aku tidak ingat
pernah memasukkan ini di sini”
Ia pun mengambil
kue itu dan melihat hiasan yang tertulis di sana. ‘Happy 30th Anniversary’.
“ha? Apa mungkin
ini...? Sekarang bukannya tanggal 31? Itu berarti kemarin....”
“Kuso!! Kili
baka!!” Kili akhirnya ingat hari kemarin adalah hari jadi hubungannya dengan Ken
yang ke 30 bulan. Ia terus memaki dirinya sendiri yang sudah lupa akan hari
spesialnya itu. Terlebih lagi, Kili yakin kue itu sudah pasti Ken yang
membuatnya dan Kili malah tak ada tadi malam bersama Ken. Ia sangat menyesal.
Sementara itu Ken
masih saja berada di dalam selimut dengan keadaan mata yang sembab. Ia pun
sengaja tak sarapan, karena ia tak mau keluar dari kamarnya. Ia sudah terlanjur
marah pada Kili.
“Ken-chan, ada
temanmu berkunjung. Cepatlah keluar dan temui dia” panggil ibu Ken dari balik
luar.
“siapa Kaa-san?”
“yang jelas dia ingin bertemu denganmu, cepatlah
temui dia” dan suara langkah kaki ibunya pun perlahan menghilang. Ken malas
sekali bertemu siapa-siapa hari ini. Pikirnya, pasti Ikuma yang ingin meminjam
catatan untuk ulangan besok. ‘yah, pasti
dia’.
Ken pun turun
dari kamarnya dan menemui teman yang mengganggunya itu. Namun baru tiga langkah
menuruni tangga, ia langsung buru-buru kembali ke atas karena melihat orang yang
mencarinya itu bukanlah Ikuma, tapi Kili.
“Ken, tunggu!!” Kili
juga tak kalah cepat untuk menaiki tangga dan menggenggam pergelangan Ken.
“kumohon
dengarkan aku dulu. Kau tidak tau apa yang menimpaku tadi malam”
“aku memang tak
tau apapun tentangmu..” sindir Ken dengan tatapan marah
“oke, aku salah.
Tapi tolong dengarkan aku sebentar saja. Ayolah, Ken...”
Mendengar
permintaan Kili yang terdengar menyesal itu pun akhirnya Ken mau membuka
sedikit hatinya untuk mendengar semua penjelasan Kili.
“maafkan aku
soal hari jadi kita kemarin. Aku tak bermaksud melupakannya, tapi..”
“tapi apa? Aku
lelah menunggumu pulang sampai aku harus tetap terjaga menahan rasa kantukku
hanya untuk menunggumu”
“gomen... sejak
tadi malam teman-temanku mengajakku ke bar dan meminumkanku sake. Kau sendiri tau
aku tak bisa minum itu, kan?.. dan aku tak bisa berbuat apapun, pulang pun aku
tak mampu.” Ucap Kili meyakinkan anak itu.
Ken selalu kalah
jika harus bertemu pandang dengan Kili yang memasang wajah memelas.
“kau mau memaafkanku, Ken?”
“huh, tapi awas
kalau berbuat begitu lagi. Aku tak akan segan-segan meninju mata sipitmu itu!”
Kili tersenyum
mendengarnya. Ia sempat khawatir kalau Ken tak mau memaafkannya, atas apa yang
ia lakukan. Tapi semua sudah kembali, dan dengan kejadian ini Kili makin
menyayangi koibito kecilnya itu.
Owari
A/N: Kili dan
Ken, maafin gue karena gue selalu nista padamu. Walau sekarang kalian jarang
beduaan lagi *dijotos*. Yang terpenting adalah gue akan selalu bikin fic nista
untuk kalian.
No comments:
Post a Comment