Title: Good Side
of Me
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/4
Genre: Drama, Romance, Supernatural, School activity
Pair: KazukiXManabu, ByoXRui
Rating: PG
Language: Bahasa Indonesia
A/N: Fic Sekrup lagi... BANZAI!!! Setelah sekian lama, akhirnya..
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/4
Genre: Drama, Romance, Supernatural, School activity
Pair: KazukiXManabu, ByoXRui
Rating: PG
Language: Bahasa Indonesia
A/N: Fic Sekrup lagi... BANZAI!!! Setelah sekian lama, akhirnya..
Good Side of Me
the GazettE – Dripping Insanity
the GazettE – Dripping Insanity
Sudah
dua tahun aku bersekolah di sini, dan sudah dua tahun pula tak ada yang berani
menjadi temanku. Selalu sendiri dan dianggap sebagai seorang penyihir dan
pembawa bencana. Sangat sulit bagiku di saat tahun pertama, namun aku baru
menyadari bahwa selalu sendiri itu tidaklah seburuk yang kubayangkan dulu. Tak
ada yang berani memarahiku jika aku melakukan kesalahan, bahkan mereka selalu
memberiku jalan jika jalan di depanku penuh sesak oleh orang-orang. Ya, aku tau
itu bukanlah sebuah keuntungan. Malah sebaliknya. Tapi aku tak bisa berbuat
apapun untuk membujuk mereka agar mau berteman denganku. Aku hanyalah orang
yang sudah mereka cap sebagai peramal keburukan. Bukankah itu aneh? Mengingat
orang tuaku yang punya profesi sebagai peramal di kuil tua. Aku juga memiliki
darah yang sama dengan mereka. Mereka mewarisiku dengan kemampuan indra keenam
yang jarang dimiliki orang-orang seusiaku. Dan apakah aku harus bersyukur
dengan itu?
Pagi
seperti biasa. Semua ‘teman’ di kelasku berubah diam ketika aku masuk kelas.
Dan selanjutnya mereka selalu berbisik-bisik saat aku sudah duduk di kursiku.
Kursi di pojok belakang yang sengaja dibuat berjarak lebih jauh dari
kursi-kursi lainnya.
Pelajaran
sejarah, cukup membosankan hari ini. Berada di kelas sama saja seperti berada
di sebuah planet asing yang orang-orang di sana melihatku dengan tatapan aneh. Menulis
catatan yang sama sekali aku tak menyukainya. Aku lebih baik pulang dan bermain
video game.
Tiga
jam pertama telah usai. Waktunya istirahat dan aku benar-benar ingin keluar.
Berjalan-jalan melewati ruangaan kelas yang lain. Aku berjalan keluar dan
menaiki anak tangga yang menuju ruang kelas 3. Ada keinginan kecil untuk
melihat masa depan dari orang-orang ini.
Diam
sejenak.
Membuka
mata dan mulai melihat-lihat siapa tahu ada yang punya masa depan baik di sini.
Satu kelas, suram semua. Kelas yang lain, hanya beberapa. Dan oh tidak, apa
ini? Auranya sangat gelap. Dari mana ini berasal?
Semakin
lama semakin mendekat.
Brukk.
Seseorang
menabrakku dari depan. Auranya sangat jelas. Mungkinkah dia si pemilik aura
gelap ini?
“hey,
perhatikan jalanmu” ucap orang itu setengah membentak. Kulihat orang itu,
berseragam olahraga, tinggi dan punya sepasang mata yang indah. Dan apa yang
kutemukan? Auranya memang berasal dari dia.
“ah,
maaf” aku membungkukkan badan dan kembali melihat dia.
Dia
yang masih membenarkan lengan seragam olahraganya, balas menatapku. “kenapa kau
melihatku? Ada yang salah?” tanyanya mulai marah.
“tt..tidak.
maaf..” aku pun pergi kembali ke kelas dan berusaha menghilang dari hadapannya.
***
Kembali
ke kelas, aku masih memikirkan orang itu. Baru kali ini aku menemukan orang
beraura seperti itu. Pastilah dia orang jahat. Semoga aku tak bertemu dengannya
lagi.
“Manabu-san,,”
Sialan,
aku melamun. “ah,, iya sensei?”. “lanjutkan haiku
yang dibaca Matsumoto tadi”
“bb..baik”
***
Esok
harinya, aku masuk sekolah tidak dengan jalan yang biasa kulewati setiap hari.
Aku memilih jalan ‘tikus’ karena hari ini aku sedikit terlambat. Memanfaatkan
jalan kecil sepanjang jalan ke sekolah, aku berjalan secepat mungkin agar pintu
gerbang sekolah belum ditutup.
Yokatta,,
aku berhasil. Dan oh ya, hari ini kelasku akan ada jam olahraga. Aku sangat
menyukai pelajaran ini, karena di sini aku bebas melakukan hal apapun.
Menendang bola, melempar lembing, dan berlari. Menyenangkan.
Hari
ini aku bertugas untuk mengambil dan mengembalikan peralatan olahraga di
gudang. Dan sekali lagi, tidak ada yang mau menjadi partnerku. Walaupun begitu,
aku senang melakukannya. Merasa seperti ada yang masih membutuhkan bantuanku.
Sepak
bola. Jenis olahraga yang paling kujagokan. Aku bahkan pernah membuat gol di
saat aku dan teman sekelasku bertanding dengan kelas tiga tahun lalu. Dan
hebatnya tidak ada selebrasi berarti untukku saat itu.
***
Cukup
melelahkan setelah berlari ke sana-kemari menggiring bola. Dan saatnya aku
untuk mengembalikan bola ini ke gudang. Gelap, seperti tadi aku memasukinya.
Tidak ada ventilasi, peneranganpun hanya lampu neon itu.
Aku
menutup pintunya dan memasukkan bolanya ke dalam lemari, dan saatnya kembali ke
kelas.
Aneh.
Tidak bisa dibuka.
Pintunya
terkunci.
Astaga.
Kenapa bisa begini?! Orang-orang sangat jarang melewati gudang ini, dan aku? Tak
bisa keluar.
Kugedor-gedor
pintu tua itu sekeras mungkin. Berharap ada seseorang lewat dan membukakan
pintu ini.
“apa
ada orang di luar?!! Tolong buka pintunya!!! Aku terkunci!!!” kalimat yang
terus kuulangi sampai aku kelelahan. Tak ada ventilasi, aku tak bisa bernapas
lebih lama lagi.
Aku
ingat pesan seseorang, ‘jika kau berada
di suatu tempat yang tertutup, maka kau jangan bertingkah yang berlebihan.
Cukup diam agar kau tak kehabisan napas’. Baiklah, aku diam.
Bergerak
lemas ke arah pojok dan memeluk kakiku. Menenggelamkan kepala di antaranya.
Kepalaku terasa pusing dan sepertinya pasokan oksigen di ruangan ini sudah hampir
habis.
Pandanganku
buram dan semuanya tak terlihat lagi.
To be Continue
No comments:
Post a Comment