Title:
Sweetheart’s Problem
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/1 –OneShoot-
Genre: Romance, BL of course
Pair: KiliXKen, KoukiXIbuki (figuran aja nih pair)
A/N: Setting yang dipake jamannya CODE [B], jadi ingatlah mereka saat-saat di jaman itu. Lagi-lagi ini penpic reguler (?) yang gue banget.
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/1 –OneShoot-
Genre: Romance, BL of course
Pair: KiliXKen, KoukiXIbuki (figuran aja nih pair)
A/N: Setting yang dipake jamannya CODE [B], jadi ingatlah mereka saat-saat di jaman itu. Lagi-lagi ini penpic reguler (?) yang gue banget.
Sweetheart’s Problem
MoNoLith – Mary
MoNoLith – Mary
Dua hari tanpa
bertegur sapa dengan orang yang kita cintai memang bukanlah sesuatu yang wajar.
Malah bisa dibilang menyakitkan. Terlebih lagi alasan penyebab ia tak menegur
kita itu sama sekali tak jelas. Hal ini juga yang terjadi pada Ken. Tiga hari
yang lalu ia cukup sukses menyatakan perasaan sukanya pada Kili, dan yang
diharapkannya pun jadi kenyataan. Kili menerimanya, walaupun ini dirahasiakan
dari ketiga temannya yang lain. Namun sehari setelah mereka resmi menjalin
hubungan, Kili mendadak tak berbicara pada Ken. Ken jadi bingung sendiri, ada
apa yang terjadi dengan Kili? Memangnya dia melakukan apa sehingga Kili jadi
begitu? Seakan-akan Ken sudah berbuat hal yang menyakitkan bagi Kili. Terlebih
lagi Kili selalu menatap Ken dengan tatapan marah. Ken juga tau jika Kili
marah, hal yang tak mungkin bisa saja terjadi.
Berkali-kali Ken
coba bertanya pada Kili, tapi tetap saja Kili bungkam. Ia bertanya pada Peco,
Ikuma, bahkan Suzune, mereka sama sekali tak tau menau. Padahal Kili selalu
bersikap wajar terhadap yang lain, tapi kenapa tidak untuk Ken yang notabene
adalah pacarnya sendiri?
Ken kembali
pulang ke rumah, di sambut Ibuki sang kakak yang asik menonton TV. Melihat sang
adik yang tidak seceria seperti biasa, Ibuki lantas menahan Ken yang hendak
menuju kamarnya.
“Ken chan...”
Ken hanya
melirik sedikit dan berhenti tepat di depan pintu kamarnya.
“kamu sakit?”
Ken tak
menjawab. Ia tak mau banyak bicara, tenaganya sudah habis untuk membujuk Kili
agar mau bicara padanya dua hari terakhir ini.
“kamu kalau ada
masalah, cerita sama kakak. Kata orang, curhat bisa bikin beban berkurang, lho”
Dalam hati Ken
menghina kakaknya, ‘dasar sok tau’
“nii-chan, aku
mau tidur. Capek! Biarkan aku istirahat” ucap Ken yang sudah siap memutar kenop
pintu kamarnya.
“kalau ada
perlu, kakak masih di sini kok”
“Oyasumi”
Di dalam kamar,
Ken sengaja membuka tirai jendelanya dan memaksa sinar bulan pertengahan Juni
itu bisa masuk ke dalam kamarnya yang gelap tanpa penereangan lampu. Ia makin
menyibukkan diri dengan suasana yang kelam dan suram itu. Sehari tanpa Kili
yang menyapanya saja sudah membuat Ken sakit kepala. Apalagi ini, dua hari.
Lama ia bergumul
dengan perasaannya, ia tak sadar sudah meneteskan air mata. Ia menangis,
terbaring melihat langit-langit kamarnya yang dihiasi tempelan fosfor berbentuk
bulan dan bintang. Matanya ia tutup, membayangkan kalau saat ini juga Kili
sudah ada di sampingnya dan mengusap air matanya yang membasahi wajah manisnya.
Dan sekali lagi
itu hanyalah impian Ken. Mustahil bisa terjadi, yang ada justru Ibuki yang
tiba-tiba masuk seenaknya dan sudah duduk di sebelah Ken yang masih berbaring.
“Ken chan”
Kaget bukan
kepalang, Ken kepergok menangis sendirian di malam hari tanpa sebab. Buru-buru
ia menghapus air matanya.
“kamu mikirin
apa? Sampe nangis gitu?”
“gapapa nii-chan”
“gapapa gimana? Matamu merah, bengkak lagi” Ibuki menunjuk mata Ken yang memang sudah mulai menggembung.
“gapapa nii-chan”
“gapapa gimana? Matamu merah, bengkak lagi” Ibuki menunjuk mata Ken yang memang sudah mulai menggembung.
“nii-chan, apa
nii-chan pernah bertengkar dengan Kouki-nii?” Ibuki heran kenapa adiknya itu
tiba-tiba ngomongin Kouki.
“pernah sih.
Tapi setelah itu kami baikan lagi”
“apa pernah sampai gak teguran lebih dari sehari?” tanyanya lagi mulai bersemangat. Ibuki rasanya mulai mengerti arah pembicaraan ini.
“apa pernah sampai gak teguran lebih dari sehari?” tanyanya lagi mulai bersemangat. Ibuki rasanya mulai mengerti arah pembicaraan ini.
“kau punya
masalah dengan pacarmu, ya?” Ibuki tepat sasaran.
Ken menunduk
lesu, wajahnya kembali kusut.
“hei..hei..hei..
jangan nangis dulu. Ceritakan semuanya pada kakak. Pasti kakak bantu” Ibuki
menangkup pipi Ken dan mengarahkannya agar segera bercerita.
Terlihat Ken
mengambil napas panjang dan menatap lurus ke arah kakaknya.
“Kili gak mau
negur aku dua hari ini,,”
Sedikit
ketidakpercayaan Ibuki akan kata-kata kEn. Setahu dia, Kili adalah orang yang
baik da mungkin mustahil untuk melakukan hal itu. Apalagi Ken kan pacarnya
sekarang. Masa’ iya Kili tega berbuat begitu.
“aku sudah coba
tanya dia, tapi dia diam aja. Gimana aku mau tau, coba?” Ken ngeluh sendiri.
“kamu pernah
berbuat hal yang gak baik padanya mungkin...” Ibuki sedikit ragu. Ken mem
flashback ingatannya lagi. Tapi ia tak menemukan hal jahat appaun yang ia
perbuat pada Kili.
Hanya saja,
tindakannya dua hari lalu itu apa bisa disebut hal jahat?
“sebelum dia
marah, aku pernah berdua saja dengan Ikuma di studio. Kami hanya ngobrol biasa,
kok”
“pacarmu liat kalian berduaan?”
Ken mengangguk, dan terdengar Ibuki menghela napas.
“pacarmu liat kalian berduaan?”
Ken mengangguk, dan terdengar Ibuki menghela napas.
“itu dia
penyebabnya. Pacarmu berpikir kalau kau sedang melakukan hal-hal aneh dengan
Ikuma. Itu artinya dia cemburu, dan sayang padamu”
“ehh?? O_0” Ken
dibuatnya blushing.
“soalnya kakak
pernah mengalaminya. Kouki itu sering cemburu pada orang yang dekat-dekat
kakak, makanya kakak tau”
“jadi selama ini
Kili cemburu dengan Ikuma? Begitu?”
Ibuki mengangguk mantap. “segera temui dia dan bicara yang sejujurnya. Oke!”
Ibuki mengangguk mantap. “segera temui dia dan bicara yang sejujurnya. Oke!”
“HAI’!!!” Ken
jadi bersemangat lagi, berkat analisa kakaknya ia yakin besok bisa membawa Kili
kembali ke ‘keadaan normal’.
***
Di studio sepi
yang hanya terdiri tiga orang itu-Peco,Kili dan Ken-, semakin lengang saja
karena tak ada satupun yang mengajak bicara. Sesekali Peco mengeluarkan kelakar
yang ia pelajari dari Suzune. Namun kedua orang temannya itu tetap tak
bergeming. Apalagi Kili, ia seperti mengelem mulutnya dengan lem super kuat.
“etto.. aku
pergi dulu, ya. Beli minum. Sebentar aku kembali lagi” ucap Peco yang
sesudahnya mengedipkan matanya kepada Ken agar ia tetap di sana menemani Kili.
Karena Peco akan memberikan kesempatan mereka untuk bicara berdua saja.
Beberapa menit
setelah Peco meninggalkan kedua laki-laki itu, bingung harus memulai dari mana.
Ken putuskan untuk bicara terlebih dulu.
“Kili kun..”
Kili masih tetap
sibuk menyusun beberapa instrumen yang berantakan. Tugasnya sebagai leader
memang tidaklah mudah.
Merasa
diacuhkan, Ken memanggilnya lagi. Tekadnya untuk kembali dengan Kili sangatlah
kuat. “Kili kun” suaranya yang berat itu ia tinggikan
“apa?!”
akhirnya. Kili bicara padanya juga, walaupun acuh.
“ano, kamu marah
karena Ikuma, ya?” Kili sukses dibuat spechless. “..kalau itu yang buat kamu
puasa ngomong sama aku, aku minta maaf. Lagipula kamu salah paham. Kami gak
ngapa-ngapain, kok”
Kili memutar
badannya yang semula memunggungi Ken, sekarang berhadapan langsung dengan
lelaki manis itu.
“kalian seperti
anak kembar, gak bisa dipisahkan!” Kili megutarakan pendapatnya.
“sumpah deh! Aku
Cuma cinta sama kamu. Mau bukti?”
Kili menatap Ken
dan ingin tahu bukti apa yang bisa dilakukan anak itu untuknya. Secara tak
diduga-duga, dengan langkah cepatnya Ken berhasil mendekatkan dirinya dengan
Kili dan mendaratkan bibirnya dengan sempurna.
Hanya menempel
dan tidak ada paksaan dari Ken untuk menjelajah masuk lebih dalam. Kili terdiam
dan mulai menikmati lembutnya bibir berpiercing itu lebih lama. Ada keinginan
Kili untuk melingkarkan tangannya ke pinggang Ken. Menarik tubuh ramping Ken
dan memeluknya. Karena tindakan Kili yang tiba-tiba memeluknya itulah, Ken
refleks melepaskan ciumannya. Matanya sendu menatap Kili.
“aku
mencintaimu, sungguh..” nada ucapan Ken yang terdengar memohon itu membuat kili
jadi bersalah. Selama ini ia marah kepada Ken padahal Ken sangat mencintainya.
“maafkan aku,
Ken..”
“jangan acuhkan
aku lagi” pinta Ken dengan puppy eyes nya.
Kili mengangguk
seraya tersenyum lembut dan masih tetap melingkarkan kedua tangannya di
pinggang Ken.
Mereka kembali
berciuman namun lebih eksplisit dan lebih dalam dari yang awal. Mereka saling
menikmati satu sam lain dan mereka tak sadar telah berdiri tiga orang yang
sudah ada sejak tadi. Ketiga orang itu diam saja dan lebih memilih membiarkan
dua laki-laki di depannya itu tetap bertahan dalam suasana cinta.
OWARI
No comments:
Post a Comment