Tuesday, October 4, 2011

Fanfic Alice Nine True Love Till Death ~end~


Title                 : True Love Till Death ~end~
Author             : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandom           : Alice Nine (ShouXHiroto)
Chapter            : Oneshoot
Genre               : Romance, Sport (apanya yang sport?), Drama, little bit YAOI
Mood               : Lagi kepikiran ide mesum buat bikin fanfic yaoi suami sendiri, hahaha *ketawa setan puas*.

Hibikiau Kokoro no oto mou nakute
Kazashita yubisaki todokanai

“besok datang ya, nonton aku tanding” Shou berbicara di balik seberang saluran telepon dengan hiroto
“iyah, aku pasti datang dan ngedukung kamu di barisan paling depan” jawab hiroto agak sendau karena ia masih agak sakit flu setelah pergi menonton bioskop bersama shou kemarin malam
“hehe,, arigatou. Oyasumi nasai Hiroto. Tidur yang nyenyak ya dan cepat sembuh~~” ucap shou sebelum ia menutup ponselnya
“oyasumi nasai Shou-kun” dan hiroto mematikan ponsel merah berbentuk flip miliknya itu, dan bergegas tidur agar besok tak kesiangan menonton pertandingan balap motor yang akan dilakukan Shou
ಇಇಇ
“ma, aku pergi dulu ke balapannya shou. Mungkin aku pulangnya malam, gak papa kan ma?” hiroto memohon persetujuan dari ibunya itu dengan menggenggam tangan sang ibu tercinta dengan lembut
“hemh, kau ini nonton terus. Ya sudah, hati2 di jalan! Tapi pulangnya jangan sampai larut, kalau tidak mama akan tutup pintu rumah ini semuanya”
“iya ma.. aku berangkat ya.. daag mom” ia pun mencium pipi ibunya dan bergegas pergi menuju sirkuit dengan mengendarai mobil merah favoritnya itu
“shou udah main belum ya? Cari tempat dulu ah” setibanya di sana, ia langsung mendapatkan satu tempat duduk yang kosong
“ah, walupun desak2an yang penting dapat tempat duduk di depan dan aku bisa mendukung shou dari sini”
Pertandingan pun dimulai, shou berada di posisi kedua. Hiroto sangat tegang dan rasanya saat itu juga ia ingin meneriaki shou agar ia bisa memenangkan lomba final ini.
“SHOUUU!! KAMU PASTI BISA!! MENANGKAN INI UNTUK KITA!!” akhirnya hiroto bisa lega juga mengeluarkan kata2 itu, tak peduli ia dilihat oleh orang2 disekitarnya. Namun ia ragu apakah Shou mendengarnya atau tidak.
‘Hiroto, akhirnya kamu datang juga. Terima kasih, aku akan menangkan ini untukmu’ shou berucap dalam hati sambil tersenyum yakin akan kemenangannya kali ini
Menit ke menit, jam ke jam, Hiroto, Shou, dan semua yang ada di sirkuit itu merasa tegang karena Shou dan satu lawannya itu saling menyalip dan mendahului. Dan berkat Tuhan, keyakinan, dan do’a dari Hiroto, Shou akhirnya bisa memenangkan lomba ini dengan sempurna.
“HORRAYYY!!! SHOU!!!” Hiroto berteriak dengan sangat nyaring dan ia berlari ke arah Shou meninggalkan kursi yang sedari tadi ia duduki
“Shou, kau menang!! Kau hebat Shou, aku bangga padamu” hiroto terus tersenyum dan memeluk tubuh shou yang masih capek
“ahaha, ini juga berkat kau Hiroto. Tanpa adanya semangat darimu aku tak akan bisa menang. Sekali lagi terima kasih ya” shou melepas helmnya dan membalas pelukan hiroto lalu mencium kening anak itu dengan lembut
“hehe~~~ (///w///)”
“aku ke sana dulu ya, tunggu di sini aja”
“iya,,,”hiroto hanya bisa tersenyum malu melihat shou yang begitu sayang padanya
“sebelumya aku pengen bilang, aku sangat berterima kasih pada seseorang yang berada di sana, dia adalah orang yang selalu menyemangatiku hingga menang seperti ini. Terima kasih Hiroto” shou berucap dari sebuah apa yang disebut panggung namun lebih kecil ukurannya. Sambil memegang medali kemenangan, ia menunjuk Hiroto bahwa ialah yang selama ini berperan banyak dalam kehidupan shou. Hiroto yang merasa canggung hanya tersenyum tak tahu harus bagaimana karena semua orang yang ada di situ melihat ke arah Hiroto
‘haduh, shou ini apa2an sih? Aku jadi dilihatin orang2, keak aku punya hutang aja.. huh shou-kun’ protes hiroto dalam hati
“fiuhh,, aku juga makasih” ucap hiroto setengah berteriak agar shou mendengarnya
Shou pun turun dari ‘panggung’ itu menuju ke arah hiroto dengan berlari, ia akan mengajak hiroto pulang ke rumah dan akan bercerita banyak tentang dia. Dalam perjalanan pulang menggunakan mobil hiroto, mereka tetap asyik mengobrol tentang semua kejadian hari itu. Sungguh manis.
ಇಇಇ
“shou, masuk dulu yuk. Di luar dingin” ajak hiroto sambil membuka pintu rumahnya dengan pelan
“ah, iya” jawab Shou agak canggung
“duduk gih, seharian kan kamu pasti capek. Mau minum apa?”
“terserah Pon aja”
Hiroto menuju dapur dan kembali ke ruang tengah dengan membawa dua kaleng coke dan 2 buah burger
“nih” hiroto lalu duduk tepat di sebelah shou dan menyodorkan makanan dan minuman itu pada sang pacar tercinta
“arigatou” ucap Shou ramah
“hemh, burgernya enak. Kamu yang bikin?” tanya shou sambil menaikkan salah satu alisnya
“dibantu mama”
“ohh,, begitu. Ngomong2 tante mana? Kok gak kelihatan?”
“katanya kakak, mama pergi ke makamnya papa” jawab hiroto dengan nada pelan
“kalau kamu mau, kita bisa ke sana kok. Lagipula kamu pasti juga kangen kan sama papa kamu” Shou menggenggam tangan hiroto yang dingin itu berharap tawarannya diterima
“aku cukup berdo’a di sini saja”
“aku sih Cuma menawarkan saja, tapi kalau mau aku bisa temanin kamu kapanpun” ucap shou bijak
“makasih, shou-kun baik sekali” ekspresi datar hiroto kini berubah menjadi seulas senyum yang sangat manis, lebih manis dari apapun.
“gitu dong senyum” shou mengacak-acak rambut hiroto yang tadi bergaya harajuku menjadi bergaya efek tiupan angin topan
“haduh rambutku…. Lama tau ini bikin keren2 keak gini malah dirusak..” hiroto menggembungkan pipinya dan membuat shou makin senang menjahili hiroto
“gomen gomen”kali ini shou mencium kening hiroto, cukup lama
“dasar curang” gerutu hiroto
Turt.. turt.. turt.. ponsel shou berbunyi
“siapa?” mata besar Hiroto menengok ke arah ponsel Shou
“hehe,, keaknya aku harus pulang sekarang. Ade ku ngirim pesan suruh cepat pulang”
“yaudah hati2, salam buat keluargamu ya”
“okeh, aku juga titip salam buat tante sama kakakmu. Dagg Pon…”
“Daggg..”
ಇಇಇ
Esok harinya di SMU KISEKI, tempat di mana Hiroto bersekolah
“Heii Pon, gimana hari Minggu kemaren?” Tora mengagetkan Hiroto yang saat itu sedang sibuk mengerjakan tugas dari guru Bahasa.
“eh? Bikin kaget saja. Gimana apanya maksudmu?” hiroto berbalik tanya pura2 tidak tahu maksud dari pertanyaan Tora
“hallahh,, gak usah bohong. Kemaren kamu nonton pertandingannya Shou kan?”
“kalau iya kenapa?”jawab Hiroto dengan entengnya
“cerita2 donk, gw kan ngefans sama dia. Dia itu pembalap motor favorit gw. Caranya dia ngendarain motor, Wush wush wush… keren dah pokoknya!” tora bersemangat sekali dalam meniru gerakan shou ketika sedang balapan
“hehehe.. biasa aja kali, gak usah segitunya juga” hiroto malah balik tertawa
“serius, gimana dia tanding kemaren?”
“dia menang lagi, daripada repot mana kertas sama bulpennya?”
“buat paaan?”
“ya buat tanda tangannya dia lah, pake nanya”
“bener kamu mau mintakan tanda tangannya? Wah,, sugoii sugoii, arigatou Pon. Nih kertasnya, bulpennya nebeng dulu ya~~ hehe” tora jadi makin semangat dengan perkataan Hiroto
“huh, yaudah besok ku kasih tanda tangannya”
“sankyuu~~`”
Tora meninggalkan Hiroto agar ia melanjutkan tugasnya tanpa terganggu
ಇಇಇ
Jam pulang SMU KISEKI sudah tiba, tapi hiroto belum pulang karena ia dapat jadwal piket dari guru kimia untuk membereskan alat2 praktikum yang lumayan banyak. Ia harus pelan2 dan hati2 agar cairan kimia dalam botol kaca yang dia bawa tidak tumpah maupun pecah. Jam menunjukkan pukul 16.00 waktu Jepang. Hiroto bergegas pulang namun tiba2 hujan deras mengguyur sore itu dan kendaraan umum pun tak melintasi depan sekolah, salah satu cara adalah menelepon Shou
“Moshi-moshi, Shou-kun bisa ke sekolahku gak? Gak ada kendaraan yang lewat di sini, mana hujan pula.” Hiroto menelepon Shou dengan harapan shou bisa menjemputnya
“iya, aku segera ke sana”dengan tergesa-gesa Shou mengambil kunci motor dan cepat2 mengegasnya agar sampai ke sekolah Hiroto
Ckiitt.. Suara rem sepeda motor yang berdecit membuat Hiroto yang berada di situ merasa agak ngilu mendengarnya
“nih pake jaket sama helmnya sekalian. Aku mau bawa payung nanti kamu susah meganginnya,jadi aku bawa helm aja.”
“gak papa, yang penting Shou datang aku senang” hiroto memakai jaket dan helm langsung duduk dibonceng Shou, hiroto yang kedinginan berusaha menghangatkan diri dengan memeluk erat tubuh dan kepalanya bersandar di pundak Shou.
“Hiroto, udah sampai rumah nih. Hiroto. Hiroto.” Ucapan Shou tidak dijawab karena Hiroto sudah tertidur sedari perjalanan tadi
“ya ampun anak ini..huft. gak papa deh, dia kecapekan kali” shou memarkirkan motornya tepat di halaman rumah Hiroto dan ia pelan2 menggendong Hiroto agar ia tak terjaga dari tidurnya
Ting Tong Ting Tong “Permisi, tante..”  ucap Shou dari luar rumah Hiroto
“eh Shou, loh Hiroto kenapa? Ayo masuk” ibu Hiroto menyuruh Shou agar membaringkan Hiroto di sofa empuk itu.  Sementara itu, ibu Hiroto mengambilkan Selimut, bantal, dan susu hangat untuk mereka berdua. Perlahan Shou membuka helm dan jaket yang hiroto kenakan tadi. Merasakan tangan Hiroto dingin, Shou pun mengambil minyak angin yang ada di tasnya. Ia gosokkan secara perlahan dikedua tangan Hiroto dan tak lama kemudian ibu hiroto datang membawa barang2 tadi
“selimuti dia ya, Shou. Dan pasangkan bantal ini di kepalanya. Tante mau menyelesaikan laundry tadi. Tolong ya” Shou hanya mengangguk setuju
Srett Srett
Shou membenarkan posisi tidur hiroto dengan meletakkan bantal di bawah kepala Hiroto, menyelimuti tubuh Hiroto dan menggenggam kedua tangan Hiroto yang masih dingin
“fuh..fuh.. dingin sekali, apa akan terjadi badai ya? Ckckck, iklim di Jepang ini aneh, sekarang dingin, nanti pasti panas. Huft” secangkir susu coklat hangat Shou minum sambil menunggu Hiroto bangun
Tak lama karena kondisi badan Shou juga capek dan cuaca bertambah dingin, ia pun tertidur bersandar di pundak Hiroto yang masih tertidur
ಇಇಇ
2 jam kemudian
“Hoahmm… di mana nih?” hiroto bangun dan kaget ia sudah ada di rumahnya dan Shou berada tepat di sampingnya sedang tertidur lelap
‘Shou, kamu perhatian sekali padaku. Aku senang punya pacar sepertimu di dunia ini’ ucap Hiroto dalam hati sambil senyum2 sendiri
“Shou.. Shou.. bangun” hiroto menggoyang-goyangkan tubuh Shou pelan agar ia tidak kaget
“ahh?? Sudah pagi ya?” jawab Shou masih setengah sadar
“sudah sore malahan, Shou.. hihihi”
“oh Hiroto, aku lupa”
“okeh, aku pulang sekarang ya. Udah sore nih”
“jangan!! Di luar kan masih hujan, nginap di sini ya.. please…” hiroto menarik tangan Shou yang hendak berdiri dan memasang rabbit eye-nya
“gimana ya? Besok gak ada latihan juga, okelah aku nginep di sini”
“asikkk,, nanti malam tidur sama aku ya??”
“he’eh, apa sih yang enggak buat kamu, Pon-chan” mereka pun saling melempar senyum termanis
ಇಇಇ
Di kamar Hiroto
Mereka rupanya belum tidur dan mungkin mereka akan berbicara panjang malam itu.
“Shou, kau ingat tidak dua hari lagi akan ada apa?” hiroto memulai pembicaraan
“ingat”
“memangnya ada apa coba?” hiroto memastikan apakah Shou ingat akan hari ulang tahunnya yang ke-19
“aku akan tanding lagi di Jerman” jawab Shou polos, tanpa berpikir dua hari lagi adalah sesuatu  yang sangat dinanti Hiroto
“appa??!! Kau tanding lagi di Jerman dan kau lupa hari ulang tahunku dua hari lagi?!” hiroto sangat kaget bahkan shock mendengar ucapan dari Shou
“ah, aku lupa Pon.. maaf banget.”
“jadi, kau akan tetap bertanding di hari ulang tahunku?”
“aku juga bingung Pon, aku benar2 minta maaf padamu. Kumohon kau mengerti, dan aku janji akan menghadiahkan sebuah kemenangan untukmu, khusus untukmu” Shou meyakinkan
“terserah kau saja, lagipula kariermu harus tetap berjalan juga kan?” dengan berat hati Hiroto merelakan Shou untuk tetap bertanding di luar negeri sementara ia akan merayakan ulang tahun
“tidur yuk, besok kamu harus bangun pagi biar gak telat ke sekolah. Oyasumi Nasai Hirotoku” ciuman di kening Hiroto diberikan Shou sebagai ucapan selamat tidur
“Oyasumi nasai Shou-kun~~”
ಇಇಇ
03.00 am Japan Time
“Shou,, arrgghh, Shou,, arrrghhh,, SHOU!!! TIDAAAAKKK!!!” Hiroto merasakan adanya nightmare saat ia tertidur dan itu membuatnya takut
“Hiroto.. Hiroto.. Hiroto.. bangun!!” Shou yang mendengar rintihan Hiroto pun mengguncang-guncangkan tubuh mungil Hiroto.
“hosh..hosh..hosh…” napas Hiroto tersengal-sengal seperti habis push up 1000 x
“kau kenapa Pon? Ada apa? Kau mimpi buruk?” Shou sangat cemas melihat ekspresi wajah Hiroto yang ketakutan itu
“hosh…hosh.. Shoouuu-kuunn,, hiks hiks hiks, kumohon jangan ikut pertandingan itu!!” seakan seperti akan ditinggal, Hiroto memeluk Shou erat2 namun menangis
“loh, kan kamu sendiri yang ijinkan aku. Kau mau aku hadir di perayaan ulang tahunmu ya? Aku mengerti, tapi…”
“BUKAN, SHOU!!! BUKAN ITU!!! Hoshh…… hosh”
“lantas  apa?” Shou makin cemas
“aku punya firasat buruk padamu!!”
“kan Cuma firasat saja Pon, aku bisa kok menjaga diri”
“POKOKNYA AKU GAK MAU KAU PERGI!! Shouu… aku mohon..” Pinta Hiroto lagi dengan paksaan
“I,,iy,,iyya Pon. Aku tak akan berangkat”Shou berbohong begitu untuk kebaikan Hiroto juga
“kau janji padaku, karena aku tak mau kehilangan dirimu..”
“iya. Hiroto, kita tidur lagi aja. Aku akan menemanimu di sini”
“aah,ya.” Hiroto pun menutup mata perlahan mencoba menghilangkan memori mimpi buruk tadi
ಇಇಇ
“ma, Shou mana? Dari aku bangun tidur dia udah gak ada?”
“dia pagi2 sekali sudah ijin mau pulang, takut ngerepotin kita katanya”
“oh,gitu. Aku berangkat dulu ya ma? Mmuah” lagi2 Hiroto mencium ibunya sebelum berangkat ke sekolah
~Tiba di Sekolah SMU KISEKI~
“Hiroto, genki desu ka?” Tora kembali mencoba mengagetkan Hiroto tapi kali ini Hiroto tidak kaget
“Hai, Genki desu yo”
“mana tanda tangannya Shou?trus kabarnya dia gimana?”
“nih tanda tangannya, kabarnya dia sih baik2 aja. Kenapa toh?”
“Cuma nanya, oh ya katanya dia jadi tanding ke Jerman ya?”
“enggak ah, tadi malam aku sudah nggak bolehin dia tanding”
“loh? Terus yang di tv tadi itu siapa donk?”
“haah? Tv?! Mana siarannya??!!”
“cari aja channel Sport, pasti masih ada”
Hiroto pun bergegas menuju perpustakaan di mana tv sekolah berada. Cepat2 ia mencari dan memencet tombol remote tv, dan benar saja, Shou memang ada di tv dan sekarang ia sudah berada di Berlin, Jerman. Hiroto shock sekali melihat Shou di situ karena tulisan ‘LIVE’ terpampang jelas di pojok kanan atas tv.
“SHOU, KAU BOHONG PADAKU!!! AKU GAK MAU KEHILANGAN KAMU, SHOU!!” di perpustakaan itu Hiroto berteriak histeris seperti orang kerasukan setan. Semua yang berada di situ kaget dan pergi menjauhi hiroto
“Shou!!! Hiks.. hiks.. hiks..”
“HIROTO!! Kenapa kau??!!!” tora datang karena cemas mendengar teriakan hiroto yang sampai ke kelas mereka
“hiks, hiks,hiks.. toraaaa.. kenapa Shou tetap bertanding?”
“itu kan memang tugasnya dia? Kenapa kau bicara seperti itu?”
“SESUATU YANG BURUK AKAN MENIMPA SHOU DI SANA!!!” hiroto makin membentak
“apa yang kau tau?!” Tora pura2 tidak tahu tentang sixth sense yang Hiroto miliki
“aku punya firasat buruk, toraaaa~~ kau harus percaya padaku!!!”
“….”
“Toraa,, aku mau pulang.. kepalaku pusing..”
“iya aku antar ke rumah”
‘Hiroto, aku tau firasatmu pasti akan terjadi. Karena aku juga tau kau memiliki sixth sense. Aku takut hiroto akan depresi jika apa yang dia takutkan akan terjadi, apalagi pada shou’ batin Tora
ಇಇಇ
Mereka tiba di rumah Hiroto, melihat kondisinya, Tora merasa kasihan
“kau harus banyak istirahat, dan jangan pikir macam2 tentang shou”
“aku tau apa yang harus aku lakukan,tak usah mengajariku!” Perasaannya yang kacau membuatnya sampai  membentak Tora
“kau saat ini sedang kalut. Jadi kumohon tenangkan dirimu”
“aku tau TORA!!” bentakan hiroto kali ini membuat tora sangat kaget dan ia coba mengerti keadaan hiroto sekarang
“baiklah, aku akan pergi.. sampai besok”
Dengan keadaan bingung, Hiroto berjalan pelan menuju kamarnya di lantai dua, menutup semua pintu dan jendela kamar. ‘Shou, kenapa kau berbohong padaku? Kau sudah janji tak akan bertanding, kenapa Shou? Kenapa? Hiks hiks hiks’ hiroto menangis sesenggukan di dalam selimut tidurnya.
“Hiroto!! Hiroto!! Adek!!” Suara sang kakak dari luar mengagetkan Hiroto
Tok tok tok
“dek, kau di dalam?”
“hik. Hik. Iya kak..”
“cepet keluar dek, ada hal penting yang mau kakak bilang!”
“ada apa kak” dengan pelan Hiroto membuka pintu kamarnya namun ia biarkan terbuka sedikit
“sini ikut kakak” tangan Hiroto ditarik agar ia mengikuti kakaknya
“lihat dek, Shou kecelakaan di sirkuit!!” Kakak Hiroto menunjukkan keadaan Shou di tv
JLEBB
Bagaikan sebilah samurai yang menusuk ke dalam jantung Hiroto yang paling dalam, tak sanggup lagi ia tuk bernapas, perasaan campur aduk yang ia rasakan dari sedih, kecewa, marah, dan bingung harus berbuat apa.
“sh..sho..shou…” ucap Hiroto terbata-bata
“dek, kau tak apa? Kau menangis?” kakak Hiroto melihat adik satu2nya itu berdiri terpaku, melongo  namun menangis melihat layar televisi yang menampilkan keadaan Shou yang rapuh tak berdaya di tepi lapangan sirkuit. Ia tak tega membiarkan adiknya itu melihat Shou dengan kondisi  buruk
“kak, yakinkan aku kalau itu bukan Shou” hiroto berusaha menjauhkan pikiran negatif pada shou
“kakak tak ingin membohongimu,Pon. Dia yang ada di sana benar2 Shou” berat rasanya sang kakak untuk mengatakan hal itu
Dua bilah samurai telah menancap di jantung Hiroto dan seakan tidak mau dilepas. Mungkin rasanya ia akan pingsan. Dan benar saja ia tak sanggup lagi untuk berdiri, ia pingsan dalam pelukan sang kakak
ಇಇಇ
Hiroto tak sadarkan diri selama beberapa jam, dan itu membuat kakak Hiroto merasa khawatir. Sampai kakak Hiroto mendapat telepon bahwa Shou dalam kecelakaan itu tidak bisa diselamatkan lagi karena kehabisan darah. Kakak Hiroto pun berpikir bagaimana caranya untuk memberitahu Hiroto agar ia tak shock mendengar kabar buruk ini. Dengan sabar kakak Hiroto menjaga Hiroto selama ia pingsan. Sampai tengah malam pun tiba..
“akh, Shou…”  Hiroto tiba2 saja berbicara dalam kondisi masih mata menutup, Kakak  yang merasakan tangan Hiroto bergerak, secara refleks ia pun bangun
“Pon,pon..sadar”
“hahh..hhahh..akh”
“bangun, Pon…”
“Shou mana??” Hiroto pun bangun dan langsung bertanya pada sang kakak
“…..”
“kenapa diam? Kakak jawab aku!! Shou mana?”
“dia sudah gak ada”
“jangan bercanda, aku tanya Shou sekarang di mana?”
“Kakak gak bercanda, Pon. Dia sudah gak akan kembali ke sini. Shou sudah meninggal”
DEGG
Mata Hiroto terbelalak tak percaya, mulutnya terbuka tapi ia tak bisa berkata sepatahpun. Tangan dan kakinya kaku mendadak dan disusul gemetaran yang hebat. Kepalanya serasa mau pecah,  degup jantungnya berdetak  cepat dan kencang. Ia merasakan shock yang berturut-turut.
“kakak pasti bohong kan? Ayolah kak, beritahu aku yang sebenarnya??” entah maksudnya apa Hiroto berkata seperti itu, untuk meyakinkan dirinya bahwa Shou tidak meninggal atau hanya membohongi kata hatinya?
“…”
Keadaan hening sesaat
“hiks..hiks..hikss. kaaakk, Shou belum meninggal kak~~~” Hiroto memeluk sang kakak dan menumpahkan semua air mata yang ia punya
“kakak juga sedih, Pon. Kalau kau ingin menangis, menangislah.. kakak selalu menemanimu di sini”
“Shou..”
ಇಇಇ
Hujan mengguyur deras pada pemakaman Shou siang itu. Keluarga dan teman-teman Shou datang menghadiri upacara penting itu, kecuali Hiroto. Semua yang hadir di situ merasa ada yang kurang karena  orang yang paling dinanti Shou tidak datang. Semakin lama, semua yang datang satu per satu meninggalkan pemakaman, tapi disaat semua sudah menghilang, Hiroto datang dan muncul dari balik pohon maple. Ia sengaja datang terakhir hanya karena untuk meluapkan segala perasaan yang ia punya tanpa harus diketahui siapapun. Hanya Hiroto dan Shou.
“Shou, ini untukmu..” dari balik punggungnya, ia mengeluarkan sebuah rangkaian bunga lili yang ditata sedemikian cantik. Cantik dengan pita merah bertuliskan ‘Untuk Shou’
“aku sudah memaafkan semua kesalahanmu padaku”
“dulu kau ingat apa janjimu padaku? Ya, kau akan menemaniku ke pemakaman papa kapanpun. Dan sekarang kau berbohong..” Hiroto coba tersenyum namun perlahan ia tundukkan kepala dan menangis
“hiks..hiks..kenapa kau menyusul papa??!! KENAPA??!!” ia mencengkeram tanah kuburan itu dengan kuat,tak peduli walaupun air matanya kini telah bercampur dengan air hujan
“kau sudah pergi, dan sekarang aku sendiri.. aku sayang kamu Shou… melebihi apapun…”
Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenenangkan diri “terima kasih atas semua perhatianmu padaku selama ini, aku janji akan menjadi orang yang kau harapkan.“
Disaat Hiroto mencurahkan isi hatinya, datanglah Tora secara kebetulan melewati pemakaman dan berniat mengajak Hiroto pulang karena derasnya hujan
“emm, Pon.”
“eeh?” menengoklah Hiroto ke belakang
“kau belum pulang? Hujannya deras loh, ntar kamu sakit”
“aku masih pengen di sini, nemenin Shou biar dia gak kesepian”
“jangan seperti itu, kalau kau begini terus, Shou akan tambah menderita. Sekarang pulang ya?”
Mata Hiroto menjadu sayu, ia ingin tetap di situ namun tubuhnya menolak karena memang ia tak kuat dengan cuaca dingin yang menusuk tulang-tulang kecilnya itu. hiroto sejenak berpikir dan akhirnya pelan-pelan  berdiri mendekati Tora, berteduh di bawah lindungan payung hitam Tora.
“setidaknya kau akan lebih baik pulang dan berdo’a yang terbaik supaya Shou berada di surga terindah milik Tuhan” tora mencoba menenangkan pikiran dan merangkul pundak Hiroto agar ia mau pulang
“iya, kau benar. Tapi sebelumnya..”
“ada apa?”
“Shou.. aishiteru kudasai” dengan begitu, hati Hiroto menjadi agak lega. Dan ia pun mau pulang bersama Tora tanpa ada rasa beban di hati. Tora hanya bisa tersenyum melihat kejadian dramatis ini.
ಇಇಇ
“Tadaima~~”
“Okaeri Nasai. Pon, kau sudah pulang? Aduh, kau ini kenapa basah semua?” Sang ibu mengomeli Hiroto namun tidak yang sebenarnya
“hehe :-P ,, tadi habis dari makamnya Shou. Pon tadi gak bawa payung, tapi ada Tora yang baik mau pinjamin Pon payung..”
“huh, kau ini. Dari kecil sampai sekarang tetap saja ceroboh”
“hihihi.. ngomong-ngomong kakak mana ma?”
“di ruang do’a, kamu susul sana”
“Hai’”
Hiroto bergegas menuju ruang do’a dan di situ ia melihat kakaknya sedang berdo’a, entah untuk papa atau siapa
“Nii-San..”
“hei, Pon. Sini ikut kakak, kita sama-sama berdo’a untuk orang yang kita cintai. Kita berdo’a untuk papa dan Shou.”
“iya kak” Hiroto pun duduk di samping kakaknya dan memulai ritual do’a yang khusus ditujukan kepada sang papa  dan juga Shou. Semakin lama, Hiroto makin mengetahui kalau cintanya akan lebih berarti jika ia ikhlas dan sanggup menerima apapun rencana dan kehendak Tuhan yang diberikan padanya. Dan ia yakin, jika suatu saat nanti ia akan bertemu Shou di sana, sebuah tempat di mana cinta abadi berawal. Surga cinta milik Tuhan.
~OWARI~


2 comments: