Sunday, August 28, 2011

Fanfic Alice Nine&ViViD : Summer ¦ Autumn (Chapter 5)


Title                  : Summer  ¦ Autumn
Author              : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandom/Pair     : Alice Nine, ViViD/(ShouXHiroto). Special Guest : Hikaru (D=OUT)
Genre               : Drama, Romance, Family, BL, Incest juga gak ya??
Chapter            : 5/6
Summary          : “karena aku mencintaimu”
Mood                : aduh aduh aku bingung *nyanyi lagu bikinan temen**



“Ko-ki, kau tadi lihat kak Hiro tidak?” tanya Shou panik
“lihat, tadi kalau tidak salah perginya ke arah kamar mandi”
“sankyuu.. Ko-ki” dengan segera dan terburu-buru, Shou langsung ke kamar mandi dan mengetuk pintunya perlahan
Tok Tok Tok
“Hiroto… kau di dalam?” Shou menggedor-gedor pintu kamar mandi
Tak ada suara
“Hiroto, kau tadi melihat pesan tadi ya?”
Masih hening
“etto.. dia bukan siapa-siapaku kok. Ini hanya salah paham” Shou menjelaskan
“hiks..hikss” hanya ada suara isakan tangis samar-samar darinya
“jangan menangis,kumohon.. aku jadi merasa bersalah”
“sebaiknya kau hiks.. pergi..”
“aku tidak akan pergi,… sebelum kau keluar”
“kenapa?hiks.. apa kau kasihan?” Hiroto sedikit menaikkan nada bicaranya
“aku bukan kasihan padamu.. tapi…”
“tapi apa??!!!” teriak Hiroto masih dengan suara seraknya
“karena aku mencintaimu”
DEG
Hiroto mematung seketika mendengar pengakuan itu dari mulut seorang Shou. Ia tak percaya apakah Shou benar mencintainya.
“Hiroto, keluarlah.. aku mohon”


“kak Shou, kakak sedang apa?” suara polos Ko-ki tiba-tiba muncul dari arah belakang Shou
“eh? Ko-ki.. anou, kakak sedang tidak ngapa-ngapain” jelas Shou berbohong
“kak Hiro mana?”
“kak Hiro di dalam sini. Kami sedang main petak umpet, tapi kak Hiro tak mau keluar” Shou berusaha tersenyum
“oh..Ko-ki boleh ikut main gak kak?”
“lain kali saja ya.. kami juga mau selesai.. Ko-ki ke kamar saja dulu”
“baiklah kak” dengan perasaan kecewa karena tidak bisa bermain sekaligus perasaan bingung, dengan berat hati Ko-ki pergi dari situ, namun sebenarnya ia tak benar-benar pergi. Ia mengintip dari balik tembok untuk mengetahui apa yang dilakukan kedua kakaknya itu

“Hiroto, Ko-ki sudah pergi. Sekarang kau mau keluar kan?”
Dan pintu pun terbuka sepenuhnya, dengan Hiroto yang keluar seperti berlari. Dia tak ingin melihat Shou, tapi ia berhasil dicegah. Shou menarik pergelangan tangan Hiroto
“kau kenapa?”
“jangan sentuh aku!” Hiroto melepas cengkeraman tangan Shou dengan sekuat tenaga dan secepatnya pergi dari situ
“HIROTO!! Akhhh, sial!”

‘mereka kenapa? kak Hiro menangis’ Ko-ki cemas
‘jangan-jangan mereka bertengkar. Tapi karena apa?’ Ko-ki menjauh dari situ dan pergi menemui Hiroto

Ditemuinya Hiroto di halaman belakang. Kondisinya seperti orang menggigil, Ko-ki menjadi khawatir.
“kak.. kakak kenapa menangis?”
“Ko..Ko-ki? Ah, eh,, kakak tidak menangis. Cuma mata kakak terkena debu. Perih. Hehe :’)”
“kak Hiro jangan berbohong. Aku tau kak” Ko-ki terus mendesak
“tak ada yang perlu kau khawatirkan, sayang. Ko-ki, kau sudah makan?”
“belum”
“Ko-ki, sudah berapa kali kakak bilang. Makan yang teratur, nanti kau sakit”
“iya kak”
“pergi makan, sana” suruh Hiroto pelan
Ko-ki pun pergi. Lagi-lagi ia tak menurut, ia malah menemui Shou. Untuk minta penjelasan

“kakak~~”
“iya, sayang. Ada apa?”Shou menoleh
“kak Shou dan kak Hiro kenapa?”
“tidak ada apa-apa kok”
“kalian bertengkar?” Ko-ki hampir menangis
Shou terdiam
“jangan seperti ini, Ko-ki jadi sedih” Ko-ki mulai sesenggukan
“maafkan kakak, kak Hiro marah dengan kakak” Shou pun memeluk Ko-ki dan menghapus air matanya
“marah kenapa kak?”
“karena salah paham semua jadi begini. Sekarang di mana dia?”
“dd..di halaman belakang”
“terima kasih. Ko-ki, sebaiknya kau di dalam dulu. Kak Hiro biar kakak yang urus. Ya?”
Ko-ki menganggguk
__***__

“aa.. Hiroto”
Hiroto tak mau melihat Shou, pandangannya terus saja ke depan
“maafkan aku..”
“kau tak perlu minta maaf” sambung Hiroto cepat
“kau membaca pesan itu?”
Hiroto tak menjawab
“Hiroto, Ko-ki sedih melihat kita bertengkar. Kau mau baikan denganku?” harap Shou, dia sudah membentuk jari kelingkingnya agar mau dikaitkan dengan kelingking Hiroto. Tapi Hiroto tetap saja tak menggubrisnya
“Hikaru itu siapa?”
“dia temanku”
“temanmu dengan panggilan LOVELY??”
Shou bukannya takut, ia malah tersenyum. Ini artinya dia bisa membuat Hiroto meaafkannya
“kau tidak suka?”
“menurutmu?”
“kau cemburu ya?”
SERRRR-darah Hiroto serasa naik ke wajahnya-
“untuk apa aku cemburu? Memangnya kau siapa?” lagi-lagi Hiroto menahan malu
“wajahmu tak bisa berbohong”
“aku belum katakan ini ya..”
“apa?!”
“aku tak pernah bercanda dengan apa yang kukatakan”
Kata-kata Shou berhasil membuat Hiroto berbalik menoleh Shou. Dahi Hiroto berkerut.
“iya, seperti yang kukatakan tadi. Aku mencintaimu” nada dan ekspresi Shou berubah menjadi serius
Hiroto menelan ludahnya, ia tak tau harus berbicara apa. Tenggorokannya serasa macet
“dengan rasa hormat, apa kau bersedia menerimaku menjadi kekasihmu?”
Ucapan yang menyihir Hiroto. Sulit baginya untuk berucap tidak. Namun ia sedikit ragu-ragu menjawabnya
__ __
__ __
“hmm.. ya, aku bersedia”
Sambaran pelukan langsung diberikan Shou segera. Hiroto terlihat canggung dan malu-malu.
“kau tak akan marah-marah lagi kan padaku?”
“kalau kau macam-macam, aku akan memukulmu!”
“masih saja galak..huh. tapi kalau kau yang macam-macam, aku akan menciummu” goda Shou
“(//O//)”
“lucu sekali kalau kau seperti itu.. aku makin sayang padamu”


“ehemmm,ehemmm” suara anak kecil mengagetkan mereka,tak lain tak bukan itu suara Ko-ki
“eh? Ko-ki, sejak kapan kau di sini?” tanya Hiroto kaget bukan main
“sejak kak Shou menyatakan cinta pada kak Hiro. Hihihi”
“berarti dari tadi dong!!!”
“hehe,,iya”

Shou dan Hiroto menyiapkan makan malam di dapur, mereka sesekali mengobrol tentang diri masing-masing. Sampai Hiroto menanyakan siapa orang yang mengirimi pesan kepada Shou tadi
“bagaimana dengan Hikaru itu?”
“heh,, aku sudah memberitahunya kalau aku sudah punya kamu. Tapi sampai sekarang dia belum juga membalas smsku lagi”
“jadi menurutmu?”
“aku beranggap kalau dia dan aku sudah tak ada hubungan apapun lagi”
“huftt. Aku juga berharap begitu”
TURRRTT….TURT-ketai Shou berdering-
“ayahku menelfon” ucap Shou pelan
“iya, tak apa”
“aku ke luar sebentar ya”
“hmmm”

“ayah, ada apa tiba-tiba meneleponku”
“ayah ingin bicara padamu”
“tentang apa, sepertinya serius sekali”
“kau sudah bilang pada Hiroto  kalau kau kakak kandung Ko-ki?”
“belum ayah. Dia bahkan tak mengenaliku waktu pertama kali bertemu. Sampai sekarang pun masih”
“lalu kapan kau mau memberitahunya?”
“secepatnya”
“kalau bisa sekarang saja”
“aku tak mau melukai hati Hiroto, karena selama ini dia sudah banyak berkorban pada Ko-ki. Dia juga sangat menyayanginya”
“ingat Shou. Cepat atau lambat dia pasti akan tau. Dan itu sangat berresiko untuknya”
“kenapa?”
“pasti dia merasa akan jadi orang asing di rumah dan ujung-ujungnya dia akan kabur”
“separah itukah?”
“Shou anakku, kau harus berani mengatakannya! Biar dia tau yang sebenarnya”
“baik ayah. Aku akan berusaha”
“sudah dulu,ya. Ayah masih harus bekerja. Sampai jumpa”

“ada apa Shou? Kelihatannya tidak bersemangat?” tanya Hiroto
“ah, tidak apa-apa. Aku hanya bingung”
“sepertinya kau banyak pikiran”
“yah begitulah”
“mau dipijat?”
“kaau mau melakukannya?”
“hm. Ayo sini”

Malam hari di dalam kamar Hiroto dan Shou
“Hiroto. Aku ingin bicara padamu”
“hm?? Ada apa?”
“sebelumnya kau pernah tidak bertemu dengan kakak kandung Ko-ki?”
“he?? Memangnya aku pernah cerita soal Ko-ki punya kakak?”
“ah, eh,.. anou.. Ko-ki yang cerita”
“oh.. dulu aku sempat bertemu dia pada saat acara keluarga ibuku dan ibunya. Walau Cuma beberapa kali sih. Memangnya kenapa?”
“aku hanya ingin tau saja. Terus terus?”
“dia anaknya baik. Waktu itu kami baru berumur tujuh tahun, dan Ko-ki sendiri baru dua tahun. Pertama kali aku melihatnya, dia sangat lucu. Bahkan aku pernah menyukainya. Tapi sayangnya dia sudah meninggal waktu ikut ayah tugas ke Moscow”
“siapa yang memberitahumu kalau dia meninggal?”
“aku lihat di tv. Katanya dari seluruh awak pesawat, hanya ayah dan tujuh orang lain saja yang selamat”
“satu hal yang belum kau ketahui”
“apa?”
“dia masih hidup”
“sudahlah, tak usah bercanda”
“apakah kakak kandung Ko-ki memiliki kalung ini?” maka ditunjukkanlah sebuah kalung berbandul mahkota berwarna perak dari dalam sakunya
“bb..baaggaimanna bisa.. kk.kkau dapat dari mana?”
“karena ini milikku?” jawabnya singkat
“bohong! Ini punya kakak kandung Ko-ki, karena akulah yang memberikannya”
“aku memang kakak kandung Ko-ki yang hilang itu”
“tidak mungkin! Nama kalian berbeda!”
“nama Shou diberikan ayah padaku ketika aku umur sepuluh tahun. Sebenarnya nama asliku Kohara Kazamasa. Dan itu pemberian ibuku, aku sangat menghormati beliau”
“kauu.. Kkk..Kohara” perlahan air mata Hiroto menetes
“iya.. Pon” Shou langsung memeluk Hiroto
Shou dan Hiroto pun saling bercerita bagaimana masa-masa dulu ketika mereka bisa ‘bersaudara’ tiri. Rekaman kejadian yang dulu pun serasa diputar kembali. Mereka sangat merindukan masa-masa itu. masa di mana mereka selalu bersama. Tapi mereka tak tahu, apa yang sedang mereka bicarakan seluruhnya di dengar Ko-ki

‘kak Shou, ternyata kau memang kakakku’


To Be Continued


Author’s Note : Jeng Jeng jeng *pasang musik licik keak di sinetron*.. Akhirnya rahasia terbongkar semua.. bwahahaha*ketawa licik keak di sinetron lagi*.. *langsung disumpal mulut author sama kaos kaki yg belum dicuci dua taon*

No comments:

Post a Comment