Monday, January 9, 2012

Fanfic My Bodyguard, My Love (Oneshoot)


Title                            : My Bodyguard, My Love
Author                       : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Fandoms/Pairs          : the GazettE, Alice Nine, Versailles/AoiXUruha, AoiXShou, ToraXUruha, KamijouXHizaki(jadi ortunya Uruha)
Chapter                      : 1/1 (one shoot)
A/N                            : salah satu penpic dengan chara yang sangat saiia nistakan. Tapi tak apalah,, kali ini saiia pairingkan daddy Tora dengan Umi Uru… horeeee!!!! *bunyi suara jangkrik*

My Bodyguard, My Love

“siapa yang mengantarmu tadi?” sebuah pertanyaan muncul ketika Uruha baru masuk ke rumahnya. Pertanyaan yang agak bernada marah keluar dari mulut sang ibu Uruha, Hizaki.
“dia… pacarku ma…” jawab Uruha yang masih berada di belakang pintu dengan sedikit gugup
“sejak kapan kau pacaran dengannya?”
“seminggu lalu. Ada apa memangnya ma?” Uruha mencoba bersikap santai, padahal ia tahu kalau saat ini ibunya sedang marah
“tampangnya seperti orang gak baik-baik. Dandanannya saja seperti berandalan”
“dia memang seperti itu. kuharap mama gak berpikiran macam-macam lagi dengan Aoi”
“jadi namanya Aoi. Anak mana dia, ha?”
“dia tinggal dua blok dari sini”
“mama Cuma pesan, hati-hati saja dengannya. Dan kalau papamu sampai tau kau pacaran dengan anak seperti itu, mungkin besok anak itu bisa mati”
“haaaa???? Jahat sekali. Tolong ya ma, rahasiakan ini dari papa. Pleasee….”
“iya iya. Sekarang kau ganti bajumu lalu makan. Makan siang sudah ada di meja. Sementara itu mama mau pergi ke rumah tantemu sebentar. Jaga rumah ya”
“baik ma…”


Malam yang cukup dingin untuk Uruha menghabiskan malam di teras balkon kamarnya. Walaupun tahu malam itu sangat dingin, tapi ia masih saja mengenakan celana yang lumayan pendek
“whoaa,, keren sekali bintangnya. Tapi lama-lama kok makin dingin ya di sini? BRRR” ia menggosokkan tangannya lalu ia usapkan di lengan dan sekujur kakinya
Tak beberapa lama ia mendengar ada suara seperti gemerisik dari arah semak di bawahnya. Seperti ada sesuatu yang bersembunyi di balik semak-semak itu. Dengan perasaan takut, penasaran, dan curiga yang bercampur aduk, ia bukkannya masuk ke kamarnya melainkan ia malah terus memperhatikan dan memelototi semak itu. Semakin lama ia perhatikan, tiba-tiba keluarlah sesosok manusia, lebih tepatnya laki-laki yang dengan segera langsung berdiri di sebelah semak itu. Uruha pun kaget karena ia memang mengenali orang itu, dialah Aoi , pacar Uruha
“nande yo?!! Ngapain kau di situ?” tanyanya kaget
“aku mau ketemu kamu” senyum Aoi
“what? Trus kau mau masuk lewat mana?”
“lewat situ bisa kan?” Aoi tunjuk-tunjuk ke arah balkon yang ditempati Uruha saat ini
“haa?? Mau manjat? Pake apa?” Uruha bingung
“bisa… aku udah terbiasa kok manjat yang beginian. Tenang aja”
Dan hup hup hup, dengan lincah dan cekatannya Aoi memanjat dinding melalui bantuan pijakan yang diinjaknya. Walhasil, sampailah ia di balkon bersama Uruha sekarang
“kau lihat kan, aku bisa..” ucap Aoi dengan bangganya
“hahaha… kau ini”
“umm, boleh gak aku masuk?”
Uruha sejenak berpikir, “nanti kalau ketahuan papa bagaimana?”
“gak bakalan kok. Aku bisa membuat suara setenang mungkin, dan aku gak akan macam-macam” Aoi meyakinkan Uruha walaupun ia sendiri tak yakin
“baiklah, kau boleh masuk”
“arigatou”
Aoi pun masuk mengikuti Uruha dari belakang. Ia baru pertama kali ini masuk ke kediaman Uruha, lebih tepatnya kamar pribadi Uruha yang notabene hanya orang-orang tertentu yang bisa memasukinya. Aoi menyaksikan dengan seksama setiap detil ruangan besar itu, melihat apa yang mungkin jadi favorit Uruha supaya ia bisa menyamainya.
“jelaskan padaku, sebenarnya kau kemari mau ngapain?” tanya Uruha yang sudah duduk bersebelahan dengan Aoi di tempat tidur
“oiya, aku hanya ingin melihat kamarmu saja” jawab Aoi dengan entengnya dan spontan langsung mendapat sambutan kesal dari Uruha
“apa-apan kau ini? Kalau tidak penting lebih baik pulang saja. Aku juga mau tidur”
“boleh aku menemanimu tidur?”
“eeeeeee???” mata Uruha langsung membelalak dan dapat ia rasakan wajahnya tiba-tiba langsung memanas
“hehehe…bercanda kok. Aku tak akan berbuat apapun padamu. Mmmm… mungkin hanya ini­—“ secepat kilat, Aoi langsung menyambar Uruha dengan mendaratkan bibirnya di bibir Uruha. Perasaan Uruha kini bercampur aduk, antara bingung, kaget, dan kesal karena itu sangat tiba-tiba. Ciuman pertama Uruha yang sudah berhasil direbut Aoi.
“ap..apa yang kau lakukan?” Uruha melepas ciuman Aoi dengan mendorong Aoi sekuat tenaga
“hei, tak perlu canggung begitu. Kita kan sudah pacaran, jadi kita bebas melakukannya” lagak bicara Aoi seperti orang yang penuh nafsu
“itu menurutmu, tapi tidak untukku!” Uruha makin kesal dibuatnya. Ia seperti dipermainkan.
“kau marah?”
“iya! Lebih baik kau pulang?!”
“oke oke, aku pulang… tapi sebelum itu—”
Di saat terjadi insiden yang membuat Uruha menaikkan volume suaranya, tiba-tiba kenop pintu kamar Uruha berputar cepat. Pertanda ada seseorang yang akan masuk ke kamar Uruha. Dan benar saja, sang ayahlah yang membuka pintunya
“URUHA!!!!!” bentak sang ayah begitu melihat anak satu-satunya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki di kamarnya, malam hari pula
“ppp…ppaa..ppaapa… Uruha bisa jelaskan” ucapnya gugup
“kau siapa?! Berani-beraninya masuk ke kamar anakku tanpa permisi!!” tangan kanan ayah Uruha sudah dikepalkan dan siap untuk memukul Aoi
Dan BUAGHHH
Sebuah pukulan didaratkan tepat di wajah Aoi, membuat pelipisnya kini mengeluarkan darah. Kata yang terlontar dari mulut Aoi hanyalah ‘maaf’
“PAPA! Hentikan pa!”
“DIAM kau nak! Biar papa berikan pelajaran buat anak kurang ajar ini!”
Sekali lagi dengan lebih brutal, sang ayah memukuli Aoi lagi, rasanya uruha ingin pingsan melihat darah yang terus keluar dari bagian wajah Aoi. Ia menangis dibuatnya
“PAPAAAAA!!! HENTIKANNN!!!”
Pemukulanpun berhenti
“Papa, sudah cukup. Jangan pukuli dia lagi. Aku tak tahan melihatnya … Aoi, pulanglah! Jangan pernah kemari lagi!.. hiks…hiks..hiks..” Uruha menangis dalam seruannya
“kau anak kurang ajar, jangan coba-coba kembali lagi! Dan jangan pernah mendekati uruha lagi. Kau mengerti?!”
“bb..bbaik… ss..saya..pulang..” Aoi pulang dengan ketakutan, seperti baru melihat hantu saja
“dan kau Uruha, mulai sekarang papa yang akan memegang kunci kamarmu!”
“tt..tapi pa…”
“sudah! Sekarang kau tidur!”
####
Minggu malam merupakan malam yang paling tidak disukai Uruha karena esok hari ia harus sekolah seperti biasa. Namun malam ini tak seperti biasanya kedua orang tua Uruha mengajak anak semata wayangnya itu untuk berkumpul bersama di ruang tengah. Ada apa gerangan? Uruha juga tak tau menau
“Uruha sayang,papa dan mama tak mau kau menjadi anak berandalan seperti anak itu. Sebagai solusinya, kami sudah mendapatkan orang yang bisa terus menjagamu” ucap papa Uruha sambil terus menepuk bahu anaknya
“apa? Siapa?” spontan ia kaget
“hei, Tora. Masuklah” panggil sang ayah kepada seseorang yang Uruha tak kenal, dan muncullah orang itu dari belakang—sepertinya sudah dipersiapkan untuk memberi kejutan untuk Uruha—
“dd..dia siapa ma?” Uruha sangat takut begitu melihat orang yang dipanggil papanya itu muncul dengan seragam hitam-hitam plus kacamata yang hitam juga
“dia Tora. Dia yang akan menjagamu setiap saat. Lebih tepatnya dia ini seorang bodyguard, walaupun usianya masih seumuran denganmu” jelas sang mama
“aku gak mau ma, pa! lagipula uruha sudah besar, gak perlu pakai beginian”
“tetap gak bisa Uruha. Dengan begini mama sama papa bisa tahu apa yang kau lakukan selama di sekolah” sang mama menenangkan
“APPA??!! Di sekolah?? Jj..jadi?” Uruha makin kaget dibuatnya
“iya, jadi dia akan menjagamu sampai ke sekolah. Biar tidak dicurigai oleh pihak sekolah maupun teman-temanmu, dia akan satu sekolah dan sekelas denganmu. Bagaimana?” jelas sang mama lagi
“HAAAAA???!!!! Uruha gak mau ma~~~ kenapa dipaksa” rengek Uruha
“ini semua demi kebaikan kamu dan kami juga, Uruha sayang”
“mama sama papa jahat!”
“Uruha!” dan Uruha pun pergi dari situ menuju ke dalam kamarnya
####

“nah, mulai sekarang kalian akan jadi partner. Jangan bertingkah ya, Uruha” ucap sang mama sambil menepuk kedua bahu Tora dan Uruha
“iya ma…” ucap Uruha pasrah dan sebal jadi satu
“mama tinggal dulu ya. Daag, berangkat sekolah sana”
“huh”
####

“mama sama papa pikirannya aneh!” gerutu Uruha sambil memandangi terus ke arah luar mobil yang dikendarai sang bodyguardnya
“apa nona merasa tidak senang dengan saya?” akhirnya bodyguard yang bernama Tora itu mengeluarkan suara pertama kalinya yang didengar Uruha
“HAAA???!!! NONA??!! Siapa yang menyuruhmu memanggilku nona, haa??!!” perasaan uruha makin memuncak
“orangtua nona Uruha”
“mama….papaaa…. kalian benar-benar…ck. Ah sudahlah”
“jadi nona, mohon bantuannya”
“akhhh, jangan memanggilku nona! Memangnya kau tidak lihat apa, jelas-jelas begini aku laki-laki sama sepertimu?! Kenapa mau saja disuruh-suruh begitu sama papa”
“jadi nona Uruha mau dipanggil apa?”
“cukup Uruha saja!”
“baik”

—Tiba di sekolah—
Suara gemerisik anak –anak perempuan di sekolah Uruha sangat begitu jelas terdengar karena melihat Uruha yang merupakan laki-laki tercantik di sekolahnya kini berjalan berdampingan dengan seorang laki-laki tampan. Mereka pikir Tora itu adalah saudara Uruha yang kelihatan dari segi wajah yang sama-sama memiliki paras rupawan
“hei, kau dilihatin terus tuh” Uruha berkata begitu karena merasa ia kini tak lagi sendiri, melainkan berjalan dengan seseorang yang menyebalkan  dan kini harus serumah dengannya
“ah, iya” Tora hanya bersikap biasa saja
“sudah sampai nih. Kau mau kuantar ke kantor?”
“iya. Mohon bantuannya nona”
“hei! Jangan panggil lagi aku dengan sebutan itu!!!”
“bb…baik”
####

“hahh~~~ pelajaran yang membosankan. Mana si bodyguard-ku itu, lama sekali. Pasti si guru genit itu lagi godain dia. Hahaha!! Kena kamu!” Uruha tersenyum licik
Tak lama guru yang sedang memberi pelajaran Uruha pun menghentikan aktivitasnya dikarenakan ada guru lain bersama Tora datang dari luar. Seperti biasa, ia akan memperkenalkan Tora kepada semua siswa di kelas Uruha
“anak-anak, sekarang kalian memiliki teman baru. Silakan Tora”
“hai’. Tora Amano desu. Yoroshiku” ucapnya singkat dengan gayanya yang cool
“yoroshiku mo~~~” sambutan meriah langsung dilontarkan teman-teman Uruha, karena mayoritas adalah murid perempuan
“terima kasih Tora. Silakan duduk di sana dekat Uruha-san”
“terima kasih”
####

“apa nona baik-baik saja setelah saya tinggal” sambil duduk Tora masih saja memperhatikan keadaan Uruha
“gak apa. Lagipula aku bisa jaga diri” acuh Uruha
“ooh, syukurlah. Kalau nona terjadi apa-apa nanti saya bisa dimarahi papa nona”
Sebuah pemikiran licik Uruha untuk membuat Tora tidak akan lagi menjadi bodyguardnya
“aku mau ke toilet”
“boleh saya ikut nona?”
“heii?!!! Kau di sini saja, ngapain kau harus mengikutiku sampai ke toilet segala!”
“i..iiya” Tora menurut saja
Uruha pun berlalu pergi meninggalkan Tora dan pelajaran membosankannya itu. sebenarnya ia berbohong pada Tora karena ia ingin menemui Aoi di kelasnya tanpa harus dibuntuti sang pengawal
“panggil Aoi ah~~~”
Karena kelas Aoi berbeda satu tingkat dengan Uruha, jadi kalau jam pelajaran seperti ini mereka meluangkan waktu dengan mengendap-endap pergi keluar, dengan cara apa lagi kalau bukan dengan berbohong pada guru.
“kita mau ke mana?” tanya Aoi
“ke mana yaa??? Ke kantin yuk. Makan. Daripada nanti ramai. Ayoooo”
“oke”

-Di kelas Tora-
‘nona Uruha ke mana ya? Sudah hampir pelajaran ini berakhir dia belum datang juga’ pikir Tora was-was
‘atau jangan-jangan nona membohongiku. Sial!’ sambungnya lagi
Bergegaslah Tora meminta izin kepada guru dan langsung pergi. Ia mencari-cari di setiap sudut sekolah, hingga akhirnya dia menemukannya di kantin sedang menikmati makan siang dengan seorang laki-laki dengan sikap yang sangat mesra
“nona, sedang apa di sini?!”
“ah, kenapa kau mengikutiku?”
“itu memang sudah tugas saya, nona. Sekarang ayo kembali. Pelajarannya belum selesai”
“gak mau! Aku mau sama Aoi” rengek Uruha
“nona, ini perintah!” ucapan Tora hampir membentak
“hei, kau. Sudah dibilangin kenapa malah maksa. Dia gak mau sama kamu ya udah!” Aoi bangkit bicara
“jangan seenaknya ya. Kau tau, aku harus menjaganya” Tora juga tak mau kalah
“menjaga apa?! Paling-paling kau hanya suruhan ayah Uruha yang rela dibayar mahal untuk menjaganya. Iya kan?! Jujur saja!!”
“jangan sembarangan bicara kau!” karena kesal dengan tingkah Aoi, akhirnya Tora memukul Aoi hingga tersungkur ke tanah
“kurang ajar kau!” Aoi langsung membalasnya dengan lebih ganas, mengingat predikatnya di sekolah sebagai yankee
Lagi-lagi Uruha paling benci menyaksikan pertengkaran dan hampir menangis melihat beberapa percik darah yang keluar dari sudut bibir kedua orang itu  “SUDAH CUKUP!! HENTIKAN!!”
“kau hanya bodyguard-ku, jangan pernah memukuli Aoi lagi! Atau kau kupecat!” Uruha makin geram melihat tindakan Tora yang langsung menghajar Aoi sampai terjatuh
“tt…tapi nona….”
“DIAM! Aoi, ayo kita ke UKS”
“nn…nona… akh sial!” umpat Tora. Perlahan mereka pergi dan sempat Tora melihat Aoi menoleh padanya dan tersenyum licik. Tora makin benci padanya.
####

“mana yang sakit? Ini ya?” Uruha mencoba mengobati luka Aoi dengan memberi alkohol padanya
“Ittai!! Perih sekali sayang.. pelan-pelan sedikit”
“ah, maaf..” kali ini Uruha lebih berhati-hati dan tenang
“terima kasih,ya. Kau perhatian sekali padaku”
“douita, ini memang sudah jadi kewajibanku untuk selalu merawatmu”
“hehe…”
Dari kejauhan Tora melihat Uruha dan Aoi tengah berdua di UKS. Rasanya Tora ingin sekali menghajar Aoi lagi, karena ia telah membuat Uruha membencinya.
####

“nona, waktunya pulang. Anda harus pulang secepatnya”
“gak mau! Aku mau pulang sama Aoi”
“nona, nanti kalau papa nona tau bagaimana?”
“itu urusanmu, masalahmu. Jangan libatkan aku!” Uruha melipat tangannya di depan dada. Ia betul-betul tidak peduli dengan Tora
“anda keras kepala sekali. Saya akan beritau papa nona tentang kelakuan anda hari ini”
“jjjj…jangan!!!” sambung Uruha cepat “nanti aku dihukum lagi~~~”
“justru itu nona, jangan melanggar perintah orang tua nona. Itu tidak baik”
“ck. Iya iya. Tapi ingat, hanya kali ini saja aku mau ikut pulang denganmu!” ucap uruha terpaksa
“iya nona”
####

“maa,, aku pulang~~~”
Tak ada jawaban yang menyahut
“maa~~~ mama di mana?”
Lagi-lagi tak ada sahutan, hingga Uruha pergi ke dapur dan menemukan secarik kertas memo yang ditempel di pintu kulkas
‘Uruha sayang,
mama sama papa harus pergi ke Hokkaido untuk menghadiri upacara pemakaman nenekmu. Mama tau ini sangat mendadak, tapi berhubung sekarang ada Tora mama bisa meninggalkanmu sebentar. Oh ya, kami akan pulang mungkin sekitar seminggu lagi. Jaga dirimu baik-baik ya. Untuk Tora, tolong jaga Uruha dengan baik.
Salam sayang,
Mama & Papa’
“haa?? Seminggu di Hokkaido?? Nenek meninggal?? Haduhh,,, kenapa musti sekarang sih??”
“ada apa nona?”
“baca sendiri!!”
Maka Tora pun membacanya dan ia tersenyum senang karena Uruha tak akan bisa mengadu macam-macam tentangnya, sehingga Tora terbebas dari omelan sang tuan rumah
“kenapa kau senyum-senyum begitu?” Uruha merasakan perasaannya tidak enak dan spontan langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya, kalau-kalau Tora berani macam-macam padanya. Tapi untungnya Tora tidak sebinal itu.
“tenang saja nona, saya tidak akan berani berbuat macam-macam pada anda”
“huh!”
KRUUUUKKKKK
“suara apa itu?” tanya Tora tiba-tiba
“aku lapar~~~”
“mau saya masakkan? Saya jago masak loh…”
“gak! Nanti aku keracunan lagi.. gak..gak…gak mau!”
“humm, ya sudah. Tapi saya tidak tanggung nanti kalau nona kelaparan”
“ahhh… aku mau makan ramen cup saja!” gerutu Uruha
“hihihihi”
####

Pagi-pagi Uruha sudah berteriak-teriak tak jelas, sepertinya ia senang menyuruh-nyuruh pengawalnya itu agar menurut padanya “cepat antar aku! Nanti telat!”
“baik nona” dengan sikap yang mengalah, Tora menurut saja pada Uruha. Seperti tadi malam, ia disuruh Uruha untuk tidur di ruang tengah supaya ia bisa tau apakah ada maling atau tidak. Benar-benar keterlaluan
“huh! Kau ini lelet sekali! Cepat sedikit!” di dalam mobil Uruha menunggu Tora sambil membentaknya  padahal Tora masih berada di dalam rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai
“sudah selesai nona, sekarang ayo kita berangkat”
Mobilpun melesat, ia tak ingin diomeli Uruha lagi karena cara mengendarai mobilnya yang lamban
####

“selama di sekolah, kau jangan mengikutiku terus! Aku gak mau kejadian kemarin terulang lagi! Ingat itu!” uruha memberi peringatan keras
“tt..tapi..”
“gak ada tapi-tapian, ini perintahku! Dan kau harus mematuhinya!”
Tora tak dapat berkata apapun. Bagaimana mungkin ia menuruti suruhan Uruha sedangkan di lain sisi ia diperintahkan harus selalu menjaga dan mendampingi Uruha kemanapun dia pergi

—Jam istirahat—
“nn..nona mau pergi ke mana?”
“ke kelas pacarku. Kamu gak usah ikut!”
“perintah papa nona itu jangan sampai nona berjalan sendirian di sekolah. Terlalu berbahaya”
“akhh, kau ini jangan membuat tanganku mendarat di pipimu itu ya?!”
“tidak apa nona. Asalkan saya bisa menuruti perintah papa anda, saya rela dipukul”
Uruha sempat berpikir, ‘orang ini sinting ya?’. Tak perlu berlama-lama Uruha langsung menampar pipi Tora.
“sudah selesai?”
“ha?” Uruha makin bingung dengan sikap Tora yang seperti itu
“silakan anda pukul saya lagi jika anda belum puas”
“ck! Aku gak mau bermain-main denganmu lagi, cukup. Aku pergi dan jangan membuntutiku!”
Uruha pergi meninggalkan Tora yang masih berdiri di sana, mempersiapkan wajahnya untuk dipukul sekali lagi oleh Uruha. Entah kenapa Tora rela berbuat seperti itu, benarkah hanya perintah atau…..?

Dengan perasaan yang masih kesal dan meluapkan emosi, Uruha berjalan menuju kelas Aoi yang kebetulan terlihat sepi. Sebelum masuk, ia terlebih dulu menghirup napasnya dalam-dalam. Ia tak ingin moodnya terus jelek ketika harus bertemu dengan Aoi. Pintu yang tertutup ia buka perlahan seraya menajamkan matanya untuk mencari sesosok Aoi. Dan benar ia menemukannya, namun tak sendiri. Aoi bersama seorang yang ia kenal, —Shou— salah satu teman Aoi juga yang menjadi bunga sekolah karena prestasinya dan tentu saja parasnya yang menarik. Mereka tidak sedang duduk diam, karena mereka tengah berciuman di dalam kelas. Peristiwa yang membuat Uruha kini menangis. Menangisi kebodohannnya karena terlalu percaya dengan rayuan Aoi sampai ia pernah membentak kedua orang tuanya, dan juga Tora. Tak ingin ia lebih menangis, pergilah Uruha dari sana. Sejauh mungkin agar ia tak melihat pemandangan gila itu

“hiks..hiks…hiks…” langkah Uruha yang hampir berlari itu membuat ia menabrak beberapa orang yang ia lewati. Namun ia tak peduli. Yang ia pedulikan hanya berusaha menjauh dari Aoi dan Shou. Hingga ia tiba di dalam kelas dan lagi-lagi menubruk orang, tak lain ialah Tora
“nona, anda kenapa?”
“gak usah pedulikan aku! Aku benci semuanya!!”
“sebenarnya apa yang terjadi pada nona? Saya mohon ceritakan pada saya”
“aku mau pulang!!!”
“hmp… baik”

—Di dalam mobil—
“anda kenapa? apa yang sudah terjadi sehingga anda bisa seperti ini?” Tora memulai pembicaraan
“hik…hikk…hiks…”
“saya mengerti. Anda pasti tidak ingin menceritakannya”
“hikk..hiks…. Toraaa~~~~~~” Uruha menyambar Tora dengan memeluknya. Baru kali ini ia memanggil nama Tora, dan saat ini ia memeluknya.. erat sekali
“eh?? Ada apa?” reaksi Uruha itu membuatnya kaget dan pikirannya kemana-mana
“hik..hikss..hikss,,, Aoi…. Dia jahat..”
“tenang nona. Kita berhenti dulu. Saya jadi tidak konsentrasi mengendarai mobilnya”
“mm..maaf” Uruha melepaskan pelukannya
“sekarang anda bisa ceritakan pada saya”
“dia selingkuh di belakangku.. dia tidak mencintaiku”
“anda tau dari mana?”
“aku melihatnya! Dengan mata kepalaku sendiri”
“jadi? Sekarang apa yang akan anda lakukan?”
“aku gak mau melihatnya lagi. Aku terlanjur sakit….”
“jangan bersedih lagi nona. Saya berjanji akan selalu melindungi dan menjaga nona sampai kapanpun”
“benarkah?”
“hai’”
“terimakasih. Maaf sudah membentakmu selama ini. Aku sudah berbuat jahat padamu”
“tidak apa-apa nona. Saya malah senang dengan omelan nona kepada saya”
“hihi” Uruha pun tersenyum
“kalau begini kan nona tampak lebih manis”
“eh??? Uuungg..” Uruha tertunduk malu
“hehehe”

Jam 23.00
—TOK TOK TOK—
“iya sebentar”
CKLEK
“nn…nona?? Ad…adda apa kemari?” Tora sangat kaget begitu melihat Uruha sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan memeluk sebuah boneka pingun yang sangat besar. Lebih kagetnya lagi, Tora melihat penampilan Uruha yang membuat ia agak terpesona dibuatnya. Jelas saja, Uruha malam-malam dingin begini malah memakai celana yang super pendek hingga membuat bagian tubuhnya dari paha sampai bawah terlihat-putih mulus dan tinggi-.
“aku tak bisa tidur. Selalu saja ada Aoi di kepalaku”
“lalu?”
“boleh tidak aku menginap di kamarmu semalam saja”
“nanda yo???!!! Nanti kalau papa dan mama nona tau bagaimana?”
“mama sama papa kan lagi di Hokkaido. Jadi kita Cuma berdua di sini. Kau keberatan?”
“ehh? Tidak sama sekali. Sss…silakan masuk nona”
“hm, terima kasih”

“aku duduk di sini ya” tanpa menunggu jawaban Tora, Uruha langsung duduk saja di tempat tidur Tora
“Tora, duduk di sini sama aku. Aku mau curhat sama kamu” Uruha menyuruh Tora agar dmau duduk di sebelahnya
“ah iya. Curhat apa nona?”
“soal Aoi”
‘sudah kuduga’ batin Tora
“tadi pagi aku ke kelasnya, tapi aku melihat dia sedang berciuman dengan temannya sendiri… aku sakit hati…”
“iya nona, saya tau perasaan anda saat ini. Pasti anda sangat kecewa”
“kau benar. Di dunia ini tak ada yang sempurna, pasti punya banyak kekurangan. Seperti aku ini, makanya Aoi tak mencintaiku”
“saya malah berpikir sebaliknya. Yang saya tau, anda adalah orang sempurna yang diciptakan Tuhan untuk menghiasi keluarga Kouyou” ucap Tora diakhiri dengan seulas senyuman tulus
“hmmm.. kau baik sekali padaku. Sedangkan aku sering jahat padamu. Aku benar-benar menyesal”
“tidak apa-apa nona”
“mm, lama-lama di sini dingin ya? Kau menyalakan AC?”
“tidak. Cuacanya memang seperti ini dari tadi”
“ukh sial. Kenapa aku pakai celana sependek ini. Huft, yasudahlah. Sudah terlanjur mau diapain lagi”
“kalau boleh, anda bisa pakai celana saya. Biar anda tak kedinginan”
“tt..tidak usah. Aku tak mau merepotimu. Tak apa sudah aku pakai celana ini. Itu karena bodohnya aku juga sih”
“hmm. Saya mengerti”
“umm, Tora, aku ngantuk. Boleh aku langsung tidur?”
“iya silakan. Saya akan tidur di futon ini saja”
“jangan! Kau jangan tidur di bawah, nanti kau sakit. Lagipula ini kan kamarmu, aku jadi gak enak”
“gak apa-apa nona, saya sudah terbiasa tidur di futon”
“pokoknya jangan! Kau tidur di sini denganku. Kan kau bilang sendiri padaku, kalau kau akan selalu menjagaku”
“iya sih. Tapi…”
“aku memaksa. Temani aku tidur di sini, ya”
“eeee??? Mm.. baiklah”
“arigatou”

Tora pun beranjak tidur, namun hatinya masih dag dig dug melihat ekspresi Uruha yang sudah tertidur mendahuluinya. Dilihatnya dengan seksama wajah Uruha, ‘dia manis sekali’. ‘andai dia tau aku mencintainya…’. Agar tak kedinginan, Tora pun menyelimuti Uruha dengan selimut putih miliknya hingga menutupi bagian dadanya.
“semoga mimpi indah, nona”
####

—Tora’s POV—
“emhh..” sesekali aku memperjelas pandanganku, melihat benarkah ini sudah pagi atau belum. Tapi, ada sesuatu yang menahanku untuk bangkit berdiri. Kutengok kepalaku ke arah samping kanan, dan tepat di sebelahku ada Uruha yang masih tertidur. Bukan apa-apa, tapi posisinya tengah memelukku sehingga aku susah untuk bangun. Aku ingin membangunkannya tapi.. tunggu dulu,…
“emmmhh,,, Aoi.. jangan pergi..mm” kulihat dia tengah mengigau, mengigaukan orang yang paling kubenci. Namun ia makin mempererat pelukannya. Melingkarkan lengannya di dadaku dan meletakkan kaki kanannya di kakiku. Berat memang, tapi aku suka..’akhh, pikiran apa ini Tora!!!!! Sadarkan otakmu!’
Kucoba sekali lagi untuk melepas pelukannya, tapi tetap saja tak bisa. Ia terlalu berat dan gerakannya yang sedikit menggeliat membuatku tak bisa berkutik.
“mm,, nona… bangunlah.. ini sudah pagi..”
“ummm,,, sudah pagi ya? “ dia melihatku samar-samar dan melihatku masih dengan tatapan mengantuk. Perlu waktu untuk ia akhirnya berteriak
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~” langsung saja ia melepaskan pelukannya tadi dan hampir ia mendorongku. Untung saja aku refleks dengan tindakannya itu
“app...apa yang kau lakukan???” tanyanya sangat gugup
“tt..tidak, nona. Saya tidak melakukan apapun. Bbb…buktinya, kita masih memakai pakaian kan? Hmm?” aku mencoba meyakinkannya
“hmmm?benar begitu? Huft.. aku pikir…” ia tak melanjutkan kata-katanya
“sebaiknya nona mandi saja dulu. Lagipula ini hari libur, jadi terserah anda mau ke mana hari ini”
“ah, ya… hari ini aku ingin ke mall”
“siap. Saya akan menemani anda”
—End Tora’s POV—
####

—Di mall—
“Tora, aku mau beli itu. Ayo…” ajak Uruha ke sebuah toko boneka
“iya” perasaan Tora saat ini pasti sangat senang, melihat Uruha yang sebelumnya pemarah kini berbalik 180 derajat. Uruha begitu ramah pada Tora
“kau suka pingun ini tidak?” tanya Uruha sambil menunjukkan sebuah boneka pinguin berukuran kecil dan berwarna ungu
“kalau anda suka, saya juga suka”
“huh, beneran loh.. kau suka boneka ini atau tidak?”
“iya kok. Saya sangattt suka”
“hehe, kalau begitu aku beli dua ya. Yang kembar”
“kenapa kembar?”
“ummm…. Karena satunya untukku, dan satunya lagi untukmu”
“he?? Bb..buat saya?”
“iya.. ini buat kamu.. kan kau sendiri yang bilang suka”
“iya sih”
Di saat Uruha hendak meraih boneka yang satunya lagi, tangannya kini seperti ada yang menggenggamnya, lebih tepatnya sedang mencengkeram tangan Uruha.
“Aww! Ittai ne!” teriak Uruha
“hei! Siapa itu?”
Ditengoknyalah orang yang menganggu Uruha. Tak lain ialah Aoi yang sedang memasang ekspresi kekesalan dan amarahnya
“Aoi?”
“kenapa kau dengannya, sayang?”
“itu bukan urusanmu! Lepaskan aku!”
“kau, cepat menjauh dari Uruha! Sebelum kau kuhajar seperti tempo dulu” dengan rasa emosinya, Tora mencengkeram balik tangan Aoi. Mengggeretaknya agar cepat pergi. Tapi, satu yang Uruha merasa kaget. Baru pertama kali ini Tora menyebut namanya, hanya Uruha, tanpa nona.
“cepat pergi Aoi. Aku tak mau melihatmu lagi!”
“kau kenapa, sayang. Apa kau—?” ucapan Aoi terhenti
“kau sudah mengkhianatiku. Dan kau tau, aku melihatmu tengah berciuman di kelas bersama Shou. Iya kan?”
DEG
“darimana kau tau?” Aoi agak gugup
“aku yang melihatnya sendiri! Jadi cepat pergi sebelum aku panggil security”
“tapi Uruha….”
“kau tidak dengar ya?!” ucap Tora masih kesal
“sebenarnya kau ini siapanya Uruha? Kau hanya pesuruh!” sekarang Aoi terfokus pada Tora yang dari tadi menghalanginya
Emosi Tora makin meluap, “aku memang pesuruh. Tapi aku tak serendah kau. Terlebih lagi, aku mencintainya”
‘Tt…Tora..?’
“beraninya kau..” Aoi siap-siap untuk memukul Tora
“security!!!!!!!” teriak Uruha sekencangnya, memohon pertolongan agar mereka tak berkelahi lagi, apalagi di tempat umum seperti ini
Secepatnya beberapa security mall datang ke asal suara dan langsung membawa Aoi keluar atas suruhan Uruha


“Tora? Apa kau benar-benar?” Uruha bertanya agak-agak takut
“iya. Saya mencintai nona. Maaf, apabila saya terlalu lancang untuk ini. Kalau anda ingin memecat saya, silakan pecat saja”
“tt..tidak… aku tak akan memcatmu hanya karena hal ini”
“saya siap menerima keputusannya”
Sejenak hening. Uruha masih memproses tindakan Tora tadi kedalam otaknya. Lalu berpikir, semoga pilihannya kali ini tepat
“aku juga mencintaimu”
“nona?”
“Uruha~~~~”
“ahaha…. Uruha, aku mencintaimu”
“hm?”
Tora pun mengajukan jari kelingkingya pada Uruha dan langsung disambut Uruha dengan mengaitkannya tanpa ragu.
“pulang yuk” tawar Uruha sambil terus melempari Tora dengan senyuman
“hai’. Saya akan terus menemani anda, sampai kapanpun”
“jangan bohong ya”
“ahahaaha”
—OWARI—

Author’s note : penpic gaje lagi~~~~~ hufth *sigh*

No comments:

Post a Comment