Monday, March 26, 2012

Fanfic Destiny chapter 2-end-

Title : Destiny
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter : 2/2 –end—
Pair : ToraXSaga, ToraXSaki
Genre : Angst, Family
Rating : PG
Contact Person Author : Eri Matsumoto Gazerock (fb), @eriq_ogata (twitter)
A:N : the last chapter for this fic. Pergolakan batin antara Saga, Tora, Saki, dan saya sendiri....nyahahaha...*ketawa gila*

Destiny
Hembusan angin awal musim dingin ini sangat menusuk tulang-tulangku. Tak ada jaket ataupun sweater, hanya seragam sekolah yang tipis melindungi kulit putihku. Ingin kurapatkan tubuh ini dengan memeluk orang yang berada di depanku. Aku tau ia sedikit kaget begitu kupeluk tiba-tiba, namun ia membiarkannya.
‘hangat sekali rasanya, hmm... ayah..’
Tubuh ini bersandar tenang di bahu Tora dan perlahan, mataku tertutup sempurna..

***
“Saga, bangun... sudah sampai”
Rasanya masih enggan untuk membuka mata, mengingat betapa nyamannya tidur di pundak Tora. Tapi, aku harus bersikap wajar padanya. Aku tak boleh manja.
“ayo masuk” ajaknya meraih tanganku untuk ikut dengannya

Aku pun menurut saja, hingga langkahku sudah tiba di bibir pintu yang terbuka lebar.
‘benar-benar rumah mewah’ kagumku dalam hati
“silakan duduk dulu. Aku segera kembali” Tora menyilakanku duduk di sofa empuk berwarna coklat muda itu. Lalu ia pergi entah ke mana.

‘ibu, aku jadi ingin suatu saat nanti bisa membelikan ibu rumah mewah seperti ini’
Kuperhatikan seluruh isi ruangan ini, semua barang-barang di sini berkelas dan pastinya mahal. Namun sebuah laci meja yang sedikit terbuka seperti menyuruhku untuk membuka sepenuhnya, dan mengetahui apa yang ada di dalamnya.
Tanpa ragu-ragu langsung saja kubuka laci itu perlahan. Dan beruntungnya aku melihat selembar foto lama yang ujungnya hampir terbakar.
Foto dengan Tora di dalamnya, dengan seorang wanita cantik berrambut panjang. Wanita yang wajahnya begitu familiar, tapi siapa. Aku sama sekali tak mengenalnya.
Mata hazel coklat dan hidung mancung sepertiku. Bibir tipis kemerahan yang juga sama denganku, mungkinkah ia saudaraku? Tapi sejak kapan aku punya saudara?
Aku berpikir keras, mencari identitas siapa sebenarnya wanita ini. Namun sia-sia saja, aku tak ingat pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya.

“Saga, kau sedang apa?”
Buru-buru kumasukkan foto tadi ke laci, dan bertingkah sewajarnya.
“tt..tidak. aku tak melakukan apapun” kilahku
“hmm,, Saga, aku boleh bilang sesuatu tidak?”
“iya boleh. Memangnya apa?”

“kau cantik, Saga”
Spontan ku terbatuk mendengarnya. Baru kali ini ada orang yang menyebut diriku cantik, padahal aku kan laki-laki.

“hei, minum dulu..kau pasti kaget” Tora langsung menyodorkanku air mineral dan menepuk bahuku
“aku? Cantik?”
“hm. Cantikmu mirip sekali dengan pacarku dulu”
“wanita, kan? Bukan laki-laki?”
Ia tersenyum dan mengangguk
“karena itulah, sepertinya hanya kau yang memiliki cantik wanita itu”
“lalu?”

“aku mau kau tinggal di sini, denganku”

“HAA?!” setan apa yang menyambar pria ini? Kenapa ia mengatakan hal gila seperti ini? Apa aku tak salah dengar?
“kumohon Saga. Aku menyukaimu”
Aku tak bisa berkata apapun lagi, ucapannya benar-benar meyakinkan. Ingin menolak tapi aku takut akan reaksinya nanti. Tapi jika aku menerimanya, nasib ibu bagaimana? Ya Tuhan,, aku juga sebenarnya menyukai pria ini. Dia sangat baik padaku, bahkan terlalu baik. Ampunilah dosa kami Tuhan..

“aku mau pulang”
“jadi bagaimana?”

“aku tak bisa. Aku masih ingin bersama ibu”

“ibumu bisa tinggal di sini. Dan aku jamin, kehidupan kalian akan lebih baik” ucapnya penuh keyakinan

“tau apa tuan soal kehidupan kami” sambungku cepat. Dadaku terasa sesak dan siap untuk meledak kapan saja. Aku paling benci ada orang yang mencampuri urusan kehidupanku dan ibu.

Dia terdiam, cukup lama. Hingga ia membuka mulutnya lagi
“baiklah, aku mengalah. Lebih baik kau kuantar pulang sekarang” terlihat Tora sudah tak mau meladeni kemauan kerasku ini. Ekspresinya berubah menjadi dingin, dan matanya makin menyipit. Oh tidak, dia seperti pemeran film antagonis profesional kebanyakan. Jujur, aku takut.

“kenapa masih diam saja di situ? Kau mau pulang, kan?” ujarnya lagi yang sudah berada di depan pintu.

Keluar dari rumah orang ini bersamanya, sudah cukup melegakan bagiku. Akhirnya dia mau mengerti, walaupun sepertinya ia masih kecewa dengan keputusanku.

(/^o^)/

“rumahmu di mana?” tanyanya singkat. Membuyarkan lamunanku dalam perjalanan ini.

“terus saja. Ada rumah tradisional di sana, itu rumahku” jawabku agak tertunduk. Aku benar-benar takut padanya sekarang.
Tak ada respon jawaban lagi darinya. Hmm, sepertinya dia benar-benar marah.

“ini rumahmu?” tanyanya ketika sudah sampai di depan rumahku
Aku mengangguk
“kau mau masuk?  Umm, aku ingin mengenalkanmu pada ibuku” tawarku seramah mungkin, semoga tawaranku dapat mencairkan suasana hatinya

“maaf, lain kali saja”

“Saga~~ kau kah itu?” itu suara ibu. Ia keluar dari rumah dan menghampiriku, masih mengenakan celemek hijaunya.
“ibu. Maaf aku pulang terlambat” kucium punggung tangan ibu yang juga masih terasa lembab.

“iya, nak. Tak apa” ibu malah berbalik menciumi puncak kepalaku dan mengecek seluruh badanku. Perhatian sekali ibu, ia sangat mengkhawatirkanku.

“S a k i”

“he?” ibu menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Kulihat wajah ibu memucat seketika, bibirnya bergetar, dan matanya yang terbelalak. Aneh pikirku, kenapa ibu ketakutan ketika melihat seorang Tora?? Ada apa sebenarnya ini?

“kau...” hanya itu yang terucap dari mulut ibu yang masih bergetar

“Saki?? Kau masih hidup?” kini Tora memasang ekspresi yang sama dengan ibu. Keduanya seperti sudah mengenal sebelumnya.

Ibu tersenyum kecut mendengar ucapan Tora. Kini ibu bisa mengontrol dirinya. “untuk apa kau ke sini?! Membuatku lebih menderita lagi?!” serunya, hampir terdengar seperti bentakan

“ibu. Ada apa ini?” aku juga mulai takut dengn ekspresi ibu yang biasanya tak seperti ini.

“Saga? Apa kau kenal orang ini?” tanya ibuku dengan raut muka cemas
“iya,bu. Dia Tora, pemilik dompet yang kukembalikan tempo hari”

“kalau ibu tau, seharusnya kau tak perlu mengembalikannya. Lebih baik ia cari sendiri”

“tapi kenapa bu?”

“Saki, maafkan aku sudah membuatmu begini. Sebenarnya aku sudah ingin menikahimu, tapi ayahmu yang bilang padaku kalau kau sudah meninggal karena menggugurkan anak kita!”

‘mati.. anak... kita...’

tubuhku bergetar hebat, mungkin wajahku sudah pucat, dan keringat dingin mulai meluncur deras. “ibu? Apa maksudnya ini? Anak kalian? Jangan bilang kalau....”

“maafkan ibu nak, ibu tak pernah cerita sebelumnya. Seperti yang kau lihat, orang brengsek di sana itu.. ayahmu”

“tt...tidak mungkin..”

“Saki, jadi Saga anak kita? Tapi kenapa? Kenapa ayahmu memberitahumu kalau kau meninggal? Saki, jawab aku”

“ayahku tak ingin melihat anak kita mempunyai ayah brengsek macam kau!” nada ibu kembali datar namun terdengar sinis.
“ibu...jadi selama ini..”

“Saga, kau anakku.. kemari pada ayah, nak” Tora memanggilku dengan sebutan anak. Aku tak mau dia jadi ayahku, karena aku terlanjur menyukainya. Dan ibu, juga gara-gara dia ibu menderita. Aku benci terlahir seperti ini. Aku muak...
“kau bukan ayahku!!!” Bentakku pada Tora

“Saga?”

“sekarang kau pergi, tinggalkan kami!! Sudah cukup ibuku dibuat menderita karena KAU!!!” emosiku memuncak, tak segan-segan aku berteriak padanya.

“Saga, ayo masuk, dan tinggalkan orang ini” ibu memegang tanganku, menyuruh masuk bersamanya. Ibu seperti sudah pasrah dengan kenyataan ini, bertemu kembali dengan sosok pria yang dulu telah menghamilinya tanpa pertanggungjawaban. Hati wanita mana yang menginginkan momen seperti ini?

“Saki, maafkan aku...”

Setelah ibu menutup pintu rumah ini rapat, aku tak mendengar suara memohon-mohon dari orang itu lagi. Nampaknya ia juga sudah menyerah. Syukurlah, ibu dan aku bisa tenang untuk saat ini.


ya Tuhan, aku hanya ingin hidup bahagia. Dan aku juga ingin membahagiakan ibu. Aku tak akan mengecewakanmu, bu. Akan kulakukan apapun asal kau bahagia dan tak malu lagi mempunyai anak sepertiku. Ayah yang sama sekali tak ingin kujumpai, sekarang sudah hadir di depan mataku. Orang berhati busuk itu telah mengira ibu sudah mati. Benar-benar tak habis pikir, orang yang kusukai ternyata ayahku sendiri. Mungkin waktu dulu ibu juga menyukai Tora yang baik dan perhatian. Namun semuanya hancur dalam sekejap.

Andai waktu bisa berputar kembali. Aku ingin mempunyai keluarga yang utuh, dan tak ada rasa malu memilikinya. Tapi itu tak mungkin, kini aku masih bersama ibu sekarang. Dan aku berdo’a sampai nanti aku akan terus bersama ibu, menjaganya hingga waktunya tiba.


OWARIMASU

Author’s said : Fanfic Toraga milik saya yang agak gimanaa gitu.. oiya, nama Saki itu khayalan eke yang ngambil dari nama otokonya Saga (Sakamoto kan nama ceweknya Saki)

No comments:

Post a Comment