Monday, May 27, 2013

Fanfic Almost Unreal [ToraXSaga]

Title : Almost Unreal
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ToraXSaga, ToraXOFC
Chapter : 1/1 –OneShoot-
Genre : angst, drama, romance
Rating: NC-17 (baik kan gue, ngasih rating.. kishishishi..)
A/N : Gue nyomot judul lagu.. (lagi).


Almost Unreal
Roxette – Almost Unreal

Saga Takashi, lelaki jangkung itu sudah tiba di kamar asramanya. Setelah agak lama mencari kamar bernomor 406. Di sanalah ia akan sekamar dengan seseorang yang juga satu universitas dengannya.

“sumimasen. Apa kau akan menempati kamar ini juga?” tanya Saga begitu ia masuk ke kamar barunya dan mendapati seorang lelaki tinggi tengah membelakanginya.

Orang itu menoleh. Gayanya bisa dibilang cool dan terlampau sok. Dengan kedua tangan dimasukkan di kantong celana, ia menatap Saga dingin. “iya. Memangnya kenapa?”

“etto, aku juga akan di kamar ini. Mohon kerjasamanya” takut-takut Saga menjawabnya. Ia membungkuk canggung dan itulah yang membuat lelaki dihadapannya itu terkekeh.
“kau tak perlu takut. Aku harap kita bisa jadi roommate yang baik” ucapnya sudah berada di depan wajah Saga. Jelas perasaan Saga makin takut dan lekas-lekas beranjak menuju tempat tidurnya.
“hoi, kau mau ke mana? Itu tempatku, tempatmu di sana”

Saking gugupnya Saga sampai tak menyadari kalau tempat tidur yang ia tuju sudah ada barang-barang milik orang itu. Ia pun berjalan kembali ke tempat yang dimaksud. Malu sekali dia saat ini karena sudah berhasil membuat lelaki itu terkekeh untuk yang kedua kali.

Lelaki itu pergi keluar dan menutup pintu. Ia sengaja melakukannya agar Saga tak merasa gugup berkelanjutan. Dalam hati Saga merasa lega, dengan begini ia bisa mengatur ‘wilayah’ kamar tidurnya dengan leluasa.

***

Hari sudah sore, hanya ada Saga yang ada di kamar. Lelaki menyebalkan tadi belum pulang. Saga berpikir untuk membuat makanan sendiri tanpa harus membeli. Ia sudah menyiapkan bubur instan dan sebotol ukuran medium air panas. Satu mangkuk bubur cukup untuk membuatnya kenyang malam ini. Saga mulai memakannya pelan, pikirannya masih menerawang jauh pada lelaki roommatenya itu. Kali ini ia tak makan menghadap jendela, melainkan menghadap ‘wilayah’ kamar tidur milik orang itu. Setiap sudut ia perhatikan namun masih kosong. Hanya ada dua buah tas cukup besar tergeletak di atas tempat tidurnya.
‘mungkin dia juga baru datang’

Tak terasa mangkuk buburnya sudah kosong, dilihatnya merasa tak punya tempat sampah ia pun akhirnya keluar membuangnya dan meminta kepala asrama untuk memberinya keranjang sampah.
Saga kembali ke kamarnya dengan membawa dua buah keranjang sampah. Ia sengaja mengambil dua karena yang satunya lagi untuk roommatenya itu. Begitu meletakkannya di pojok ruangan, ia kaget karena roommatenya sudah kembali dan berbaring terlentang di tempat tidurnya. Barang-barangnya juga sudah diatur sedemikian rupa.

“ini untukmu” ucap Saga sambil menaruh satu keranjang sampah di dekat tempat tidur orang itu. Tak ada sahutan, dan itu cukup untuk membuat Saga kembali ke ‘wilayah’ kamarnya.
 “hei. Siapa namamu?”
Cukup kaget Saga mendengar suara berat itu tiba-tiba. “Saga.. Takashi..” jawabnya terputus-putus. Laki-laki di depannya itu bangkit dari aktifitas berbaringnya namun tak beranjak dari ranjangnya. Ia duduk di tepi ranjang dan berhadapan langsung dengan Saga yang juga melakukan gerakan yang sama.

“Tora Amano. Nice to meet you, boy”

***

Semakin hari saga sekamar dengan lelaki bernama Tora itu, ia makin merasa kalau ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Lebih tepatnya, hati dan perasaannya. Tora selalu memberi perhatian yang lebih pada Saga dan Saga juga merespon dengan baik. Seperti di hari itu, Saga yang belum makan dan lupa kalau ia tak bawa uang hanya duduk sendiri di kamarnya sambil melihat Tora yang sedang makan takoyaki. Begitu tahu Saga yang kelaparan, Tora segera mengambil satu kotak takoyaki dan memberikannya pada Saga.

“ini, makanlah. Aku tau kau lapar..” ucap Tora dan sepenuhnya diiyakan Saga
“apa boleh?”
Tora memutar matanya “apa perlu aku yang menyuapimu? Cepatlah makan atau kau akan kelaparan sampai besok” suruhnya lagi

“aa..arigato, Tora” Saga mengambilnya pelan dan lalu membuka tutup kotak takoyaki itu. Tora terkekeh kecil begitu melihat ekspresi sumringah Saga yang melihat jejeran takoyaki nan lezat itu. ‘Sebegitu laparnya kah dia?’ batin Tora

Semakin hari hubungan Tora dan Saga semakin dekat. Semenjak insiden kemarin malam Tora sudah berjanji akan menjadi pasangan yang setia untuk Saga.

***

Di kamar bernomor 406 itu, Saga tak sendiri. Walau berada di tempat yang terpisah, Saga sekali-kali melirik ke arah Tora yang berbaring di kasurnya sambil membaca buku. Buku Bahasa Inggris yang cukup sulit dimengerti Saga.

Saga pikir Tora memang orang yang keren, di saat-saat seperti ini terntunya. Lihatlah dia, berbaring di kasur membaca buku dengan sebuah kacamata minus yang tampak memperlihatkan betapa kerennya Tora. Juga kaki kirinya yang sengaja ditekuk ke atas untuk menopang buku yang ia baca. Terlebih lagi rambut hitamnya yang indah. Saga tersenyum sendiri dibuatnya.

Kembali ia mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang cukup membuat ia kehausan. Ia beranjak dari kursi belajarnya dan ia hentikan seketika begitu Tora memanggilnya.
“kau mau ke mana?”

Saga melihat Tora menutup bukunya dan duduk di tepi kasurnya.
“cari minum. Aku haus...”

Tora beranjak dari kasurnya dan berjalan mendekati Saga. Wajah mereka sangat dekat dan Saga tak bisa menghindari Tora yang semakin terasa menghembuskan nafas di wajah Saga.
“jangan pergi...”

Saga terkejut dengan tindakan Tora yang tiba-tiba padanya. Tora melingkarkan kedua lengannya di pinggang Saga dan perlahan mulai meraih bibir kecil Saga. Tora hanya mengecup sekilas bibir Saga. Ia ingin tahu respon apa yang Saga berikan sebelum ia mulai melakukan ‘sesuatu’ yang lebih dari itu.

Saga terlihat kaget atas apa yang barusan Tora lakukan padanya. Namun segera Tora luruskan apa yang sebenarnya terjadi padanya. “..kimi ga suki da yo..”

Hal yang paling diragukan Saga ternyata bisa terjadi. Ia tak yakin kalau Tora mengakui perasaannya padanya. Sungguh, Saga tak menyangka ini akan terjadi. Terlebih Saga juga menyukai pria yang ada di depannya ini. Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya, dan Tora melihatnya sebagai ucapan ‘ya’ yang tulus.

Tora kembali melakukan ciuman yang lebih dari sekedar ia mengecup Saga tadi. Saga balas menerimanya dan kedua tangannya ia lingkarkan di leher Tora. Sesekali dengan membuat berantakan rambut Tora dengan meremasnya.

Saga juga tak pernah menyangka bahwa ia akan mendapati malam itu dengan bercinta dengan Tora. Tak ada yang perlu ditakutkannya selama itu adalah Tora.

***


Mata kuliah yang sudah berakhir sejam lalu memunculkan niat Tora untuk mengajak Saga jalan-jalan sekedar menjadikan itu sebagai sarana perkembangan dari kelanjutan hubungan mereka.
Mereka berencana pergi ke pusat perbelanjaan di kota. Berjalan dekat sekali seperti orang pacaran.

Masih asyik mengobrol sambil berjalan, Saga nampak senang sekali ketika Tora mulai mengajaknya bercanda ringan dan itu membuat Saga tertawa. Hal yang paling Saga sukai dari seorang Tora.

“Tora-kun!” seruan perempuan sukses membuat Tora dan Saga membalikkan badan dan sudah mendapati gadis cantik berrambut coklat panjang berada di depannya tengah tersenyum lebar.
“Tora-kun, akhirnya aku menemukanmu juga.. fiuhh..” ujarnya lega bercampur senang, ditambah aksen mengelap keringat di dahinya.

“Sayaka, kenapa kau bisa di sini?” tanya Tora setengah tak percaya “..dan kau sendirian?”
Gadis bernama Sayaka itu tertawa “ini kan pusat perbelanjaan, Tora-kun.. semua orang pasti bisa ke sini..” ia kembali terkekeh “..benar aku sendirian datang ke sini” Sayaka seperti baru menyadari kehadiran Saga di sana, kemudian ia melihat Saga dengan tatapan intens. Melihat wajah Saga secara seksama, dan itu membuat Saga merasa risih.
“apa ada yang salah?” tanya Saga

Tertawa lagi “tidak, tidak.. kupikir kau tadi perempuan.. tapi setelah lihat ada jakun di lehermu aku sangat lega” dahi Saga berkerut “lega kenapa?”

“kau kan laki-laki jadi tak mungkin merebut Tora-kun dariku.. fufufu” spechless sesaat, antara sebal karena cara tertawa gadis ini yang menjengkelkan dan terkejut begitu mendengar kalimat ‘merebut Tora-kun darinya’. Saga menelan ludahnya kesusahan.

Melihat ekspresi Saga, Tora langsung mengganti topik pembicaraan “mm,, Sayaka, kenalkan ini Saga teman sekamarku di asrama..” ucapnya. Sayaka pun meraih tangan Saga dan menjabatnya seraya berkata sopan “Sayaka Itano, tunangan Tora”

Shock sejadi-jadinya. Wajah Saga sudah panas saat ini.

“Saga Takashi”

Hal yang paling tak diinginkan Tora pun akhirnya terjadi. Ia sudah memikirkan bagaimana reaksi Saga padanya nanti.

“tak baik kalau mengobrol sambil berdiri. Kita duduk di sana yuk” ajak Sayaka yang langusng menggaet lengan Tora dengan mesranya. Menambah kecemburuan yang luar biasa pada Saga.

Tiga minuman yang sama sudah tersaji di depan mereka masing-masing. Sedari tadi Sayaka terus saja yang banyak berbicara. Tora menanggapinya dengan jawaban ‘iya’ ataupun mengangguk dan menggeleng. Sementara Saga yang tak tau apa-apa tentang mereka berdua hanya diam saja. Karena sebagian besar topik yang dibicarakan Sayaka adalah hubungannya denga Tora selama ini.

“Tora-kun akhir-akhir ini sulit dihubungi..” keluh Sayaka “sudah jarang juga berkunjung ke rumah. Mama kangen lho..”

Tora diam memikirkan jawaban apa yang pas tanpa harus menyakiti perasaan Saga. “maaf, awal bulan kemarin adalah tahun pertamaku di universitas jadi aku harus lebih fokus..” jelasnya “aku titip salam dan permintaan maaf pada Oba-san”

“hmm,, baiklah.. oh iya, kita sudah setahun bertunangan. Kapan Tora-kun melamarku?”
Belum sempat dijawab, Tora dan Sayaka sudah kaget lebih dulu dengan Saga yang terbatuk dengan  air yang ia minum. Buru-buru Saga menutup mulutnya dan mencoba bertingkah sewajarnya.
“aku,, masih memikirkannya. Kau tak keberatan, kan?” Tora makin berhati-hati dengan ucapannya. Ia sudah tau Saga sudah terlanjur sakit hati.

Sayaka menghela napasnya berat-seperti keberatan sekali dengan pernyataan Tora barusan- “terserah Tora-kun saja, tap—”
                                                                   
“ano, maaf aku harus pulang sekarang. Maag-ku kambuh, aku harus istirahat” Sela Saga memotong ucapan Sayaka “Sayaka-san, Tora, aku pamit. Maaf..”

“Saga, kau tak apa-apa? Biar aku antar, ya” Tora menahan Saga yang sudah berdiri. “tidak perlu, aku naik taksi saja. Tora lebih baik temani Sayaka-san saja” ucapnya sebisa mungkin untuk tersenyum. Tora tak bisa berbuat apapun, kalau ia tetap mengejar Saga, Sayaka pasti akan curiga dan ia tak mau hal yang lebih buruk terjadi menimpa Saga.

Kini hanya ada mereka berdua. Sayaka makin leluasa berbicara lebih banyak lagi pada Tora. Tapi Tora tak merasa senang, hati dan pikirannya terus memikirkan Saga seorang. Hanya ada Saga di otaknya saat ini.


Saga tak benar-benar sakit, ia berbohong pada Tora supaya ia tak mau melihat kemesraan Tora dan Sayaka terus-terusan. Ia memang melankolis, dan itu berpengaruh pada perasaannya. Sekali saja hatinya sakit, ia tak peduli akan mengeluarkan air mata di saat itu juga. Seolah berusaha menutupi apa yang terjadi pada dirinya, Saga memilih untuk pergi dan menghindar dari Tora.

Iphone nya ia keluarkan, menulis e-mail singkat yang mungkin menjadi e-mail terakhir yang diberikan untuk Tora.

Sakit. Hatinya benar-benar sakit ketika melihat orang yang sudah berjanji padanya untuk setia harus menerima kenyataan bahwa orang itu sudah mempunyai tunangan yang tinggal menghitung hari saja untuk menikah.

Di bangku taman yang memanjang itulah Saga terduduk lemas, memeluk kakinya dan menenggelamkan wajahnya di antaranya. Ia menangis, pilu sekali. Jika Tora mendengarnya pastilah ia akan memeluk Saga dan menenangkannya dengan beberapa ciuman hangat di wajahnya. Hanya itu yang bisa menenangkan Saga ketika ia menangis. Cuma Tora yang bisa melakukannya.
                             
Sayaka masih berbincang-bincang dengan Tora. Wajahnya bahagia sekali bisa bertemu tunangannya yang sudah lama tak bertemu dengan tanpa sengaja. Di saat itulah handphone Tora berdering kecil.
Mau tak mau Sayaka menghentikan obrolannya. Ia ingin tau siapa orang yang mengganggu kesempatan berduanya bersama Tora.
Tora membuka handphonenya dan ada sebuah e-mail masuk dari Saga. Ya, dari Saga.

From : Sagachii           
Subject : Bye
Message : Jangan cari aku

Shock. Tora sangat terkejut dengan isi pesan yang diberikan Saga. Ia menyesal, sedih bercampur marah. Saga sudah terlanjur sakit karenanya.

“dari siapa?”
“bukan dari siapa-siapa”
“oh..” Sayaka melihat ekspresi Tora yang seperti menyembunyikan sesuatu. Ia curiga dengan Tora. Selama ini ia tak pernah melihat Tora sekhawatir itu. “Tora-kun, sebenarnya ada apa sih?”
“tidak ada, aku baik-baik saja. Tak usah cemas” dalam pikiran Tora, jika Sayaka tau Saga adalah pacarnya, dia pasti akan memberitahu ayah dan ibu Tora. Dan kalau itu benar-benar terjadi, Tora mungkin tak akan pernah bertemu Saga lagi.

“Sayaka, aku ingat kalau hari ini aku harus menemui dosenku. Dan sekarang waktunya, maaf aku harus segera pergi” bohong Tora. “ya.. tak apa. Hati-hati di jalan” ucap Sayaka dengan ketidak relaan dari ucapannya. Sayaka makin paham kalau Tora sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Tora berlari dari luar gedung asrama sampai ke kamarnya. Sampai di depan pintu, ia memutar kenopnya hati-hati. Tidak dikunci. Ia buka perlahan dan masuk ke sana. Kosong tak ada orang. Saga tak ada di sana. Barang-barang milik Saga masih rapi berada di tempatnya. Tora terus memutar otak di mana tempat biasanya Saga selalu tuju.
Namun sebelum itu ia mengambil handphonenya dan menelepon Saga. Sial baginya, handphone Saga tidak aktif. Berkali-kali Tora coba, tetap tidak tersambung. Marah bercampur khawatir Tora rasakan di benaknya. Secepat kilat Tora menuju tempat yang mungkin Saga sedang berada di sana.

Taman tepi danau

“hosh..hosh.hosh...”
Sebuah pohon besar tumbuh di samping bangku panjang tepi danau. Tora berhenti karena menangkap sosok tubuh kurus sedang tertunduk di bangku itu. Ia perlahan mendekatinya. Tora memandang sosok itu dengan sedih. Sejahat itukah ia sudah menyakiti perasaan orang di depannya? Sampai ia tak kuat mendengar tangisan yang makin menyayat hatinya.

“Saga..”
Ia  mendongak, dengan wajah yang sudah basah. “sudah kubilang jangan cari aku!!” serunya membuang muka.

“aku dan Sayaka tak akan pernah menikah. Karena aku sudah memberitahunya tentang hubunganku denganmu” ucap Tora tegas, tak ada keraguan dalam ucapannnya.

“gomen.. gomen na, Saga.. hontou ni gomen..” ucap Tora terdengar pelan. Ia benar-benar menyesal.

“aku tak akan membiarkanmu pergi. Dan kau akan tetap bersamaku, Saga” dengan cepat Tora memeluk Saga. Mendekapnya dan menenangkannya agar kesedihannya cepat berakhir.

Angin awal musim dingin bertiup cukup keras menerpa mereka. Tora terus mengucapkan maaf berulang-ulang sampai tangisan Saga berhenti. Lama Saga menundukkan wajahnya, ia pun menatap Tora lirih.

Sambil mengusap lelehan air mata yang membanjiri wajah Saga, Tora berucap..

“I promise you.. my dear”

OWARI
last edited: 2013/04/12

No comments:

Post a Comment