Saturday, June 4, 2016

Fanfic Alice Nine: Trapped [DISCONTINUED]



Title: Trapped
Author:
Eri Matsumoto
Status: DISCONTINUED
Pairings:
ShouXHiroto
A/N:
Salah satu discontinued fanfic gw yang masih keselip di folder “On Going”. Tapi akhirnya gw udah nyerah sama ini fic dan ga punya niat buat ngelanjutin. FF ini ditulis tanggal 15 Oktober 2013. 

Summary: “Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini?” batin Hiroto frustasi.



***
Trapped
DIV – Taste of Life


Pada awalnya Hiroto Ogata hanyalah pelajar SMA biasa dengan kegiatan yang itu-itu saja. Seperti berangkat pagi, mengerjakan tugas dan menikmati bentonya saat jam makan siang.Tapi kehidupannya mulai berubah saat ia bertemu dengan manusia berwajah malaikat berhati setan bernama Shou. Hidupnya benar-benar berubah total.

Semua berawal di hari Kamis pagi itu, Hiroto sudah akan bersiap pergi ke sekolah dengan sepeda. Tiba-tiba sebuah mobil melintas di sampingnya dan menabraknya. Hiroto terjatuh dengan keras ke arah pembatas jalan. Seketika mobil hitam berkelas itu berhenti.

Tak hentinya Hiroto mengaduh kesakitan dan mengumpati si pengendara mobil. Akibatnya lengan dan lutut Hiroto menjadi berdarah karena langsung bersentuhan dengan aspal. Di lain tempat, pintu mobil mewah itu terbuka dan menampilkan sosok lelaki tinggi dengan kacamata mahal yang melindungi kedua matanya.

Laki-laki itu kemudian menghampiri Hiroto dan merendahkan tubuhnya agar bisa sejajar dengan Hiroto yang terjatuh. 

hey kamu gak apa apa?” sungguh sebuah pertanyaan dengan nada tak berdosa.

Sukses Hiroto melotot tak terima. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu?? Padahal terlihat jelas ada darah segar di lengan dan lututnya.

“kamu gak lihat tangan kakiku ini??!” Hiroto menunjukkan lengan kirinya dekat-dekat.
“oh maafkan aku. Tapi mobilku jadi lecet karena sepeda bututmu itu”

‘YANG BENAR SAJA??!!!!’ Teriak Hiroto dalam hati. Laki-laki itu lebih mementingkan mobilnya daripada korban bernama Hiroto yang mungkin bisa saja nyawanya melayang karena dia.

“dasar gak bertanggung jawab! Akan kulaporkan polisi karena kau menabrakku!” Hiroto benar-benar marah. Meski dengan tertatih-tatih, ia segera mengambil ponsel di tasnya yang jatuh tak jauh darinya.

“halo kepolisian, di sini ada kecelaka—”
“oke oke.. aku akan tanggung jawab
!” dengan kuat lelaki itu membungkam mulut Hiroto yang sedari tadi bicara tanpa henti.
“Itu hanya luka kecil diobati sedikit juga beres” sambungnya tanpa rasa penyesalan. Makin membuat Hiroto jengah dan menyumpahi laki-laki sombong ini.

“kamu bisa jalan gak?” tanyanya tanpa mengurangi kadar kesombongannya.
“masih tanya? Halo kepolisia—” Hiroto berpura-pura menelepon ke kantor polisi, dan si pria sombong itu kembali menurut. “tsk. Sekarang kau kuantar ke rumah sakit. Tapi jangan telepon polisi”
Hiroto tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil membuat orang ini takut. Dengan begini mungkin saja keinginannya akan dipenuhi. Jika menolak, telepon polisi saja.

Saat pria itu akan membopong Hiroto, tangannya pun dipukul pelan.“hey hey! Gak perlu ke rumah sakit. Belikan aku perban dan antarkan aku ke sekolah!”

“tsk. Dasar bocah! Menurut saja, lagipula kau tak bisa masuk ke mobilku dengan kakimu itu, kan?” ucapnya datar.

Hiroto pun merelakan tangan besar pria itu mengangkat tubuhnya masuk ke mobil. Di kursi depan bersebelahan dengan si pengemudi. Pria itu sudah bersiap menyalakan mesin dan langsung mendapat protes keras dari Hiroto.

“memangnya sepedaku bukan barang bukti?!”

Si pria sombong menghembuskan nafasnya kesal. Baru kali ini ia dipermainkan anak kecil miskin tak berkelas seperti Hiroto. Dan sepeda butut Hiroto segera dipindahkannya ke dalam bagasi mobil.

“jangan lamban! Sebentar lagi kelas pertamaku akan mulai!”

“dasar cerewet!”.

***

Suara riuh histeris dari para gadis di sekolah Hiroto pun pecah saat seorang lelaki tampan dengan gayanya yang keren masuk ke gedung sekolah Hiroto.

Hiroto kini sudah seperti mumi, lengan kanan diperban, kakinya banyak tambalan plester, ditambah cara jalannnya yang seperti robot. Karena sebelumnya ia diantar pergi ke klinik terdekat untuk mengobati luka-lukanya. Pagi yang mengenaskan bagi hiroto.

‘dasar penipu!’ umpat Hiroto dalam hati. Ia melihat laki-laki yang baru saja menabraknya dua puluh menit yang lalu itu tengah menebar senyuman maut kepada gadis-gadis di sana. Bertolak belakang dengan sifatnya yang sudah Hiroto rasakan tadi. Hiroto semakin kesal saat gadis-gadis itu menubruk dirinya hanya untuk bisa berdekatan dengan pria tampan di sebelahnya. ‘memangnya aku ini apa?! Seenaknya saja main tubruk!’

'Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini?' batin Hiroto frustasi.

Mereka pun sudah sampai di kelas Hiroto dengan raut wajah keduanya yang saling berbanding terbalik.

“aku sudah mengantarmu tepat waktu. Jadi semuanya selesai”
Hiroto tersenyum licik “belum semuanya. Karena bukti kecelakaan ini masih belum sembuh. Kau juga harus bertanggung jawab sampai ini benar-benar pulih!” ancam Hiroto sambil menunjuk-nunjuk lengannya yang terbalut perban.
 
“kau...” ucap lelaki itu geram. Ia merutuki dirinya sendiri karena lalai mengendarai mobil. Kecerobohannya justru berakhir seperti ini.

“mana kartu namamu?” Hiroto menengadahkan tangan kanannya dengan ketiga jari yang ia julurkan. “untuk apa?”
“berikan saja atau aku akan menelepon polisi lagi”. Sekali lagi laki-laki itu menurut dan menyerahkan kartu nama dari balik dompet tebalnya.

Hiroto menyimak depan belakang kartu nama orang itu dengan seksama.
Shou Ohara, General Manager Fashion Agent—” ucap Hiroto tanpa sadar. Dan ia tersadar sepenuhnya saat ia mengingat kembali nama Fashion Agent.

“APPAAAA?!!!” teriaknya spontan. Membuat semua yang ada di kelas tak terkecuali Shou menjadi kaget.
“kenapa kau berteriak?”
“kk..kau.. GM Fashion Agent yang terkenal itu?”
Hiroto tak percaya bukan main. Pria sombong yang berdiri di depannya ini adalah General Manager Fashion Agent?? Oh, majalah fashion itu bahkan sering diributkan oleh adik perempuan Hiroto karena menampilkan baju-baju yang bagus kesukaannya. Adiknya selalu cerewet ingin dibelikan baju-baju yang ada di sana. Dan sekarang, kesempatan emas bagi Hiroto agar bisa membuat Shou lebih mau menurut lagi padanya.

Shou hanya memutar matanya malas. Ia sudah sering mendapat respon serupa saat orang-orang tahu dialah sang General Manager majalah fashion itu. “memangnya kenapa? Jangan norak”

“ck, dasar sombong! Kau, Shou Ohara, mulai sekarang hidupmu ada di tanganku. Jadi berbaik hatilah dan jangan terlalu sombong. Namaku  Hiroto Ogata.”
Kening Shou berkerut hendak protes, “apa maksudmu?”
 
“yah,, selama luka ini belum sembuh, kau masih bertanggung jawab atas ini.” ucapnya tenang. Hiroto bisa beruntung sekali ditabrak oleh orang kaya seperti Shou. Walaupun rasanya ditabrak mobil itu sakit sekali.
 
“terserah kau. Kalau kau butuh sesuatu, cukup telepon nomorku”
Seulas raut kebahagiaan tergambar jelas di wajah
Hiroto “baik.. sampai jumpa lain waktu, Shou-san”

Tanpa banyak bicara Shou pergi dan akan melanjutkan tugasnya di perusahaan yang tertunda, namun Hiroto kembali mencegahnya  “aa tunggu dulu..”
“apa lagi?”
Shou menoleh dengan wajah geramnya
“jangan lupa sepedaku diperbaiki, yah. Terima kasih tuan manager..” ucap
Hiroto dengan sebuah kekehan kecil di akhir kalimat.

Hiroto puas sekali bisa mengerjai Shou -sang tuan besar manager perusahaan majalah fashion internasional-. Dengan begini keinginan adiknya untuk bisa mendapat baju-baju bermerk dari Fashion Agent sudah di depan mata. Terlebih lagi ia bisa memberi pelajaran kepada Shou agar tidak bersikap sombong lagi.

Nyatanya, Shou tidak sebodoh itu. Ia sudah menduga kalau anak bernama Hiroto itu akan ‘memeras’ hartanya. Untuk Shou, hal seperti itu tak masalah. Dan sebaliknya, ia akan mudah bermain-main dengan bocah SMA itu.

***

Seminggu sudah sejak insiden penabrakan yang dilakukan Shou terhadap Hiroto. Dengan kemauan sendiri, Shou setiap harinya mengantar dan menjemput Hiroto ke sekolah. Padahal Hiroto hanya menyuruhnya untuk menjemputnya di persimpangan sekolah.  Hiroto tak merasakan ada hal yang aneh pada Shou, dan ia juga tak mau ambil pusing. Selama Shou masih ada bersamanya, maka ia bisa meminta sesuatu darinya.

“hai!” dengan senyum khas malaikatnya, Shou melambaikan tangannya saat melihat sosok anak SMA berrambut pirang dari jauh. Siapa lagi kalau bukan Hiroto.

Hiroto menghampiri Shou dengan heran “kau ini orang besar di perusahaan kenapa tingkahmu norak, sih?”

kenapa, aku hanya ingin menyapa kok. Oh ya, aku ingin mengajakmu makan siang di restoran Perancis. Pasti kau suka” ajak Shou sekali lagi dengan senyumannya yang menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya.

“tidak. Aku tidak lapar..” tolak Hiroto halus. Sejujurnya Hiroto memang tidak lapar sama sekali karena ia sudah makan siang dengan bekal bentonya.

Tapi Shou tidak menyerah. Ia ingin mainannya menuruti kemauannya. “ayolah, aku jamin makanannya cocok denganmu.”
Hiroto menaikkan sebelah alisnya-merasa direndahkan- “apa maksudmu? Kau mau bilang kalau aku ini kampungan dan gak cocok makan makanan mahal? Iya, begitu?”
Shou menyadari perkataannya yang ternyata salah dan segera meralatnya “bukan bukan.. maksudku, makanannya pasti cocok dengan lidah orang Jepang..”
“terserahlah. Tapi setelah itu aku mau pulang”

Shou mendapatkan mainannya lagi. Tanpa adanya kecurigaan dari Hiroto.

Pon chan..

“uhuk..uhukk!” Karena terlalu kaget, Hiroto sampai terbatuk mendengarnya. Ia pantas curiga dengan perkataan Shou barusan. “kenapa kau memanggilku seperti itu?!”

Shou tersenyum “aku sering dengar teman-temanmu memanggilmu begitu. Lagipula itu manis, cocok untukmu”

“kau menghinaku, ya?” ucap Hiroto acuh.

“tidak. Aku jarang sekali melihat orang dengan ekspresi wajah sepertimu”. Hiroto justru cemberut karenanya. Shou si lelaki tampan berhati setan itu barusan memujinya? Tidak bisa dipercaya, paling-paling dia berbohong-pikirnya.

“sudahlah, Shou-san. Aku tau sifatmu sejak dari insiden kemarin. Jangan membohongiku karena aku masih anak kecil.”

“No, I just said the reality…
“… dan sebenarnya a
ku ingin kamu jadi asistenku, bisa kan?”

“HEEEE??!!!!”

“kau ini tukang berteriak rupanya”
“ah! Aku –cuma kaget. Kenapa tiba-tiba? … Hey, aku masih sekolah” tanya Hiroto terbata-bata.

“kau butuh uang kan?” sekejap pertanyaan Shou membuat Hiroto menghentikan aktifitasnya. Berpikir curiga bahwa Shou sudah mulai tahu tujuan Hiroto sebenarnya.

“aku tak akan memberikan pekerjaan berat untukmu. Cukup menjadi asistenku, dan kau akan mendapat uang yang cukup. Ini pekerjaan gampang” ucap Shou meyakinkan.

Hiroto terus berpikir apa maksud Shou menawarinya pekerjaan. Di satu sisi ia merasa ragu jika ia nantinya akan ditipu atau semacamnya, tapi di satu sisi ia memang butuh uang untuk keperluannya meneruskan pendidikan ke Universitas. Hiroto sangat bingung di antara dua pilihan itu, menolak atau menerima??

“kapanpun kau bisa, aku akan menerimamu” Shou tersenyum manis seperti biasa, entah rencana apa yang akan ia lakukan di balik senyuman itu.

“akan kupikirkan nanti”

Senyuman kecil terukir di bibir Shou setelahnya. Ia hanya perlu menunggu, dan ia sangat yakin kalau Hiroto akan mengambil pekerjaan itu.

***


Notes: iya udah segitu doang. Selanjutnya silakan berimajinasi sendiri www~

No comments:

Post a Comment