Wednesday, November 25, 2015

[Fanfic] This Summer (Qingge x Dayu)



Title: This Summer
Author: Eri M.
Chapter: Oneshot
Cast:
王青 (Wang Qing/Qingge) x 建宇 (Feng Jianyu/Dayu)
Genre: Boys Love, Romance, Drama, Song fic.
Language: Bahasa Indonesia
Disclaimer: Mereka berdua bukan punya saya, dan fanfic ini terinspirasi dari MV “This Summer” nya  Wang Qing & Feng Jianyu. Ah~ I love that song so much
<3
A/N: Thanks a lot to admin ‘Boys _Love3’ at Youtube channel who had translating the MV into Bahasa. Happy Reading ^^

This Summer
王青 & 建宇 - 今夏

Musim panas kali ini begitu membosankan baginya. Seorang pemuda yang baru saja memasuki usia 22 tahun itu nampak terpuruk dengan segala hal yang ia alami akhir-akhir ini. Mulai dari keluarga yang semakin tidak mempedulikannya, anak buah yang ia pekerjakan tidak memberi banyak keuntungan, hingga hal-hal kecil yang membuatnya kesal. Terlebih ia masih sendiri, tak ada seseorang di hatinya yang mampu menenangkan  hati si pemuda berpostur tinggi ini.

Salah satu cara yang biasa ia lakukan untuk meredam kekesalannya adalah dengan minum-minuman beralkohol. Tak heran pesediaan bir bermerk selalu ada di lemarinya. Menghisap rokok  juga menjadi kebiasaannya yang bahkan tak bisa ia hilangkan. Dan sebagai penutup, ia selalu menyegarkan pikirannya dengan berdiri di bawah shower kamar mandi dengan air dingin yang mengguyurnya.

Jika ia sudah melakukan ketiga hal itu, ia akan merasa lebih baik walau hanya sedikit. Seperti yang sekarang ia lakukan, menyalakan televisi dan menonton acara secara random. Ia tidak peduli jenis acara apa yang ia tonton, karena yang ia butuhkan hanya suara-suara berisik kehadiran orang lain. Tak ada yang menyangka bahwa pemuda yang terlihat keras dari ekspresi wajahnya itu ternyata jauh di dalam hati ia sangat kesepian.

Ia bukanlah pemuda yang mudah tertarik dengan orang lain, apalagi merasakan jatuh cinta. Ia hanya tidak punya waktu untuk memikirkan itu. Banyak gadis yang menyukainya karena wajahnya yang tampan dan terkesan misterius, namun ia menolak semuanya dengan alasan yang beragam. Dan saat ini ia merasa inilah titik terjenuhnya sebagai seorang yang belum memiliki pasangan. Ia kembali merutuki dirinya sendiri.

Di saat ia ingin mencoba menenangkan hati lebih lama, telinganya mendengar samar-samar suara kucing yang semakin lama suaranya semakin keras. Merasa terganggu, ia kemudian bangkit dan mematikan televisi. Mencari di mana suara itu berasal, ia pun menuju pintu keluar dan menemukan seekor kucing yang tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar berwarna abu-abu berada di teras rumahnya. Pemuda itu tidak akan membiarkan seekor kucing malang ini terus mengeluarkan suara menyedihkan seperti itu. Ia kemudian membawa kucing itu ke dalam rumah.

Ia berpikir dengan memberinya makan sekali, maka kucing itu akan pergi setelahnya. Lagipula ia tidak punya cukup waktu jika ia harus merawatnya. Pemuda itu pergi ke dapur dan menemukan ikan panggang sisa yang baru ia beli tadi pagi, dan jadilah ikan panggang ini sebagai makan siang si kucing.

Lama ia perhatikan, kucing ini cukup menarik perhatiannya. Warna bulunya yang tidak mencolok, matanya yang bulat bersinar, dan tingkahnya yang tidak agresif membuat si kucing mudah untuk didekati.

“hey, kelihatannya kau sangat lapar” ucap pemuda itu sambil berjongkok melihat si kucing yang sedang sibuk menghabiskan makanan mewahnya. Sesekali si kucing berhenti makan dan memandangi pemuda itu beberapa detik. Tidak biasanya kucing liar dengan mudah ‘akrab’ dengan manusia, itulah yang dipikirkan pemuda itu.

“sepertinya aku mengijinkanmu tinggal di sini” ucapnya sambil mengelus puncak kepala si kucing yang menjawab dengan meongannya.

Setelah selesai dengan makan siangnya, si kucing menghampiri pemuda itu di kamarnya yang sedang berbaring di kasur sambil membaca buku. Ia melompat naik agar bisa ikut merasakan empuknya kasur majikan barunya itu.

“miao..”

“kau ingin tidur di sini?”

“miao..”

“kurasa kau memang ingin tidur setelah kenyang makan ikan” ia lalu memberikan ruang kosong di sebelahnya untuk si kucing tidur.

Namun ia sepertinya ingin bermain-main dulu dengan si kucing manis ini. Kegiatan membaca bukunya ia hentikan. Kemudian meraih si kucing dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Dan ia baru sadar kalau kucing ini berjenis kelamin jantan. Ia hanya sedikit kaget saat tau kucing semanis ini ternyata bukan kucing betina.

Mata bulat si kucing begitu mempesona bagi pemuda itu. Ia pun terus mencoba mencium kucing itu karena rupanya yang begitu menggemaskan. “mulai saat ini kau akan menemaniku di rumah. Dan mulai sekarang namamu adalah…” ia berpikir cukup lama untuk menentukan nama yang paling pas untuk kucing ini.

“ah, sudah kuputuskan. Namamu adalah Dayu. Tidak begitu jelek, kan?” ia menyentil ujung hidung si kucing dan kembali mendapat jawaban meongan dari si kucing.

“nah, Dayu. Nama majikanmu ini Wang Qing, tapi Ibuku sering memanggilku Qingge.”

Qingge, si pemuda kesepian itu kini memiliki teman yang akan menemaninya di rumah. Bukan sesuatu yang buruk melihat kenyataan bahwa temannya ini adalah seekor kucing jantan. Lagi-lagi ia tak peduli soal itu, yang ia harapkan adalah kucing itu bisa membuatnya lebih tenang jika suatu saat ia menghadapi masalah.

Dayu, si kucing liar yang baru mendapat tempat tinggal itu akhirnya tertidur pulas di kasur empuk milik sang majikan. Sesekali ia memeluk tubuhnya dan melingkarkan ekornya yang panjang, membuat Qingge semakin menyukai‘teman baru’nya ini.

Hari demi hari berlalu, di rumah Qingge tidak terlihat sesuram dulu sebelum Dayu datang. Sekarang, setiap Qingge pulang dari tempat kerjanya, ia selalu disambut Dayu yang menunggu di tempat duduk sebelah rak sepatu. Dengan posisi yang selalu menduduki sandal rumah Qingge, namun terkadang ia tertidur di sana seperti menjaga sandal itu untuk Qingge.

Begitu Qingge pulang, Dayu selalu mengeong keras dan mengusap-usapkan tubuhnya di kaki Qingge. Sebagai balasannya, Qingge akan mengelus puncak kepala Dayu agar membuatnya nyaman.
Seringkali saat Qingge tak ada di kamarnya, Dayu lah yang terlihat berbaring di kasur. Bermain-main dengan handsfree Qingge yang sering ditinggalkannya di sana. Qingge yang melihatnya kemudian berpikir akan membelikan tempat tidur khusus kucing agar Dayu tidak melulu meninggalkan beberapa helai bulu di seprai miliknya. Qingge pun akhirnya membeli dan meletakkannya di sudut ruang tamu. Semua hal yang disukai kucing pun ia beli demi memanjakan Dayu. Kadang di saat ia sarapan sambil menonton tv, ia memberi potongan kecil roti dan susu untuk Dayu. Dan kini ia lebih sering tersenyum dibanding dulu. Semua berkat kucing manis bernama Dayu itu.

Namun ada satu waktu di mana Dayu tidak mau berdekatan dengan Qingge, dan itu baru disadari Qingge setelah ia merokok di dekat Dayu. Asap rokok yang ditimbulkan membuat Dayu tidak nyaman dan memilih pergi menjauh.

Awalnya Qingge tidak begitu memikirkannya, tapi di hari itu saat Qingge ingin menyalakan rokok, ia tak menemukan pemantik apinya di tempat biasa. Ia mencari ke seluruh tempat dan menemukannya tergeletak di dalam tempat tidur Dayu.

‘kenapa bisa ada di dalam sini?’ Tanya Qingge keheranan. Kemudian ia merasakan tangannya menyentuh bulu kucing yang lembut, Dayu menghampirinya dan langsung melompat ke sofa.

“kau yang menyembunyikannya, ya?” Qingge menatap tajam ke arah Dayu lalu menyalakan rokok. Ia sengaja menghembuskan asapnya tepat di wajah Dayu sebagai bentuk hukuman, dan seketika itulah Dayu berlari pergi menjauh dari pandangannya.

Malam harinya, Qingge tersadar bahwa sejak siang tadi Dayu belum kembali. Ia mencari ke seluruh sudut rumahnya tapi hasilnya nihil. Ia baru ingat kalau Dayu pergi saat ia merokok di dekat si kucing itu. Dalam hati ia berpikir mungkinkah Dayu memang tidak menyukai kebiasaan merokoknya itu? Hingga malam makin larut pun Dayu tak kunjung kembali, tapi Qingge masih optimis bahwa Dayu akan kembali esok pagi.

Pagi hari yang dinanti Qingge ternyata tidak seperti keinginannya. Dayu belum juga kembali. Ia merasa seperti ada yang hilang dari dirinya dan itu membuatnya jadi tidak tenang. Hari ini kebetulan hari libur dan ia menyerahkan pekerjaannya pada pegawainya. Ia pun memilih tinggal di rumah sambil menunggu Dayu pulang. Qingge melihat foto-foto Dayu yang berhasil ditangkap kamera ponselnya. Foto-foto Dayu saat bermain gulungan wol dan saat tertidur pun, mengingatkan Qingge kembali betapa menyenangkannya saat ia bersama Dayu. Ia menyesal telah membuat Dayu pergi dari rumah.

Apa kau mengingatku?
Aku merindukanmu
Apa kau ingat aku yang terus-menerus khawatir padamu?
Kau tidak lupa rasanya berdampingan, ya kan?

Hari ini ia bertekad mencari Dayu lagi dengan berbagai cara, termasuk menempel selebaran ‘kucing hilang’ di semua tempat di sekitar rumahnya. Berharap cara ini akan berhasil. Di saat Qingge hampir kehilangan kesabarannya mencari Dayu, ia seperti mendengar suara kucing dari arah luar rumahnya. Dengan segera, ia mencari-cari sosok itu dari halaman belakang dan terus menunduk melihat ke bawah berharap mata sipitnya menangkap sosok Dayu yang ia cari.

Semakin mencari ke halaman depan, ia justru mendengar suara seseorang. Secepatnya ia menuju ke sana dan apa yang ia temukan bukanlah Dayu si kucing yang ia cari. Qingge justru menemukan seorang pemuda yang tengah duduk di tangga teras rumahnya dengan menenggelamkan kepalanya di antara kedua lutunya.

Tak sampai semenit kemudian, pemuda itu mengangkat kepalanya dan menatap Qingge lama. Kedua pasang mata mereka pun bertemu, Qingge sempat terpesona oleh mata bulat bersinar yang dimiliki pemuda itu. Nampak familiar baginya.

Qingge berjalan pelan mendekati sosok pemuda itu, dan semakin mendekat pemuda itu justru bergerak mundur ketakutan.

“kau siapa?” Qingge masih menatapnya lurus, memastikan pemuda itu bahwa tak ada yang perlu ditakuti darinya.

Setelah agak lama ditatap Qingge, akhirnya pemuda itu mengeluarkan suara “Qing..”

“Dayu?”

“Qing..”

Ini bukan mimpi. Kucing menggemaskan yang selalu menemani Qingge hingga tertidur kini menjelma menjadi sesosok pemuda manis bertubuh mungil dengan mata bulat yang bersinar. Qingge masih belum percaya apa yang dilihatnya sekarang. Jantungnya berdegup lebih cepat saat melihat wujud Dayu kini yang menjadi manusia seperti dirinya.

“aku menemukanmu”

Dunia yang besar dan kita yang kecil
Setelah musim panas ini, aku tetap harus melihat matahari terbenam bersama denganmu

Sepanjang hari itu, Qingge memperlakukan Dayu semakin baik. Ia tahu pasti Dayu belum makan apapun sejak kemarin siang, ia pun mengajari Dayu makan dengan tangan. Walau agak sulit, ia terus mengajarinya hingga terbiasa. Hidangan ikan kesukaan Dayu, sudah Qingge siapkan di meja makan lengkap dengan sumpit di sebelahnya. Dengan gerakan yang kaku, Dayu mencoba mengambil ikan dengan sumpit di kedua tangannya agar bisa ia masukkan ke mulut. Qingge tersenyum lega melihatnya.

Kau bilang pertemuan takdir kita
Adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan
Sejak saat itulah kau menjadi bagian dari duniaku

Sosok Dayu yang telah berubah menjadi manusia tidak juga membuatnya bisa berbicara seperti manusia pada umumnya. Yang dapat ia katakan hanya suara kucing dan ‘Qing’. Dengan begini ia tak akan pernah bisa memberitahu Qingge bagaimana ia bisa berubah seperti ini.

Di hari Dayu kabur dari rumah, ia pergi ke kuil dan berdo’a pada dewa agar wujudnya bisa menjadi manusia dan ia bisa terus bersama dengan Qingge selamanya. Dayu sudah mengetahui Qingge sejak ia masih bersama induknya yang tinggal di sebuah kardus bekas buah persik. Di saat Dayu lapar dan butuh makanan dari induknya, tiba-tiba Qingge datang sambil menggendong sang induk dan mengembalikannya ke dalam kardus. Tak lupa Qingge memberikan beberapa potongan roti untuk dimakan kedua kucing itu. Semenjak induknya mati, Dayu kemudian mencari di mana Qingge tinggal dan di hari yang sudah ditetapkan itulah Qingge menemukan Dayu dengan wujud kucing yang mengeong di depan rumahnya.

Di kuil itu, Dayu memohon tanpa henti hingga pagi menjelang. Dan di saat itulah dewa mengabulkan permohonannya. Wujud kucingnya berubah menjadi pemuda mungil dengan sweater abu-abu yang sama seperti warna bulunya dulu.

Dayu menatap dirinya sendiri di cermin. Ia benar-benar sudah berubah. Bahagia sekali ia saat ini, dapat kembali ke rumah dengan keadaan yang berbeda. Ia rindu sekali pada kasur yang pernah menjadi tempat tidurnya dulu bersama Qingge. Walau dengan tubuh manusia, tingkahnya masih terlihat seperti kucing. Ia terus mengendus-endus bau seprai kasur Qingge dan memeluk tubuhnya erat. Tanpa ia sadari, Qingge melihat tingkahnya dari belakang. Entah apa yang Qingge pikirkan saat ini begitu melihat Dayu yang seperti itu. Tapi yang jelas Qingge tak akan membuat Dayu pergi darinya untuk yang kedua kali.

Aku merindukanmu
Dan aku membutuhkanmu
Aku ingin terbang lebih jauh
Aku perlu kamu di sisiku

Sejak Dayu pulang, hari-hari Qingge kembali seperti biasa. Sehabis pulang bekerja, ia selalu disambut Dayu yang sudah membawakan sandal rumah untuknya. Dan yang akan Qingge lakukan setelahnya adalah mengusap kepala Dayu dengan lembut. Qingge sangat hapal apa yang dapat membuat Dayu merasa nyaman. Dan ia juga hapal apa yang membuat Dayu tidak nyaman, yakni merokok di dekatnya. Tapi terkadang ia tak bisa mengontrol kebiasaannya untuk melakukannya.

Seperti malam itu, Dayu yang sekarang selalu tidur di kasur yang sama dengan Qingge. Sebelum tidur, Qingge selalu membaca buku sambil mendengar lagu dengan handsfree. Tapi kali ini ia juga sambil menyalakan rokok, dan saat itulah Dayu menatapnya tidak suka. Merasa diperhatikan dari samping, Qingge menoleh ke arah Dayu dan menghembuskan asap rokoknya. Dayu yang tidak tahan dengan asap rokok menjadi terbatuk karenanya. Dengan segera Qingge mematikan batang rokok yang masih menyala itu dengan terpaksa. Di sisi lain, terlihat sebuah senyum senang dari bibir Dayu.

Aku merindukanmu
Dan aku membutuhkanmu
Berbicara dengan lantang
Ingin mengejar semuanya sendiri

Tapi Dayu akan sangat kesulitan jika harus mengubah kebiasaan merokok Qingge dengan cepat. Setiap kali ia bersama Qingge, Qingge selalu membawa satu kotak rokok beserta pemantiknya. Dayu sudah mencoba beberapa kali menyembunyikan pemantik api itu, tapi selalu saja dapat ditemukan Qingge. Saat mereka makan siang kali ini, Qingge baru saja menyantap makanannya sementara Dayu masih memakan roti dan susu seperti biasa. Qingge mengeluarkan satu batang rokok dan meletakkannya di bibirnya kemudian mencari di mana ia letakkan pemantik apinya. Dayu yang melihatnya yang kebingungan mencari pemantik akhirnya mengeluarkan barang itu dari sakunya dan meletakkannya di meja diam-diam. Ia tahu apa yang harus ia lakukan saat itu juga, pergi menjauh saat Qingge sedang merokok.

Entah karena lupa atau sesuatu hal yang lain, Qingge semakin sering terlihat merokok di rumah padahal ada Dayu di sampingnya. Dayu lebih baik mengalah dan menjauh daripada harus menyakiti paru-parunya. Tapi untuk yang kali ini ia benar-benar sudah tahan dengan kebiasaan buruk Qingge. Walaupun ia tak bisa bicara manusia, ia bisa melakukannya dengan tindakan. Saat Qingge merokok tepat di sampingnya,  Dayu segera merebut pemantik itu dari tangan Qingge dan menatap si perokok dengan tatapan kesal.

Merasa Dayu tidak berhak melakukan itu, Qingge kemudian menindih tubuh Dayu dan menatapnya.

“apa yang kau lakukan tadi, kucing kecil?”

Dayu hanya bisa diam menahan berat Qingge yang terus menindihnya.

“jangan lakukan lagi, atau aku akan memakanmu” tepat setelahnya, Qingge menghembuskan asap rokok di wajah Dayu dan berhenti menindihnya. Qingge lebih memilih pergi dan menikmati rokoknya di luar.

Qingge tidak tahu saat itu juga Dayu menahan batuknya dan kembali menutup wajahnya di antara kedua lututnya “Qing..” ucapnya lirih.

Tidak peduli jika Dayu harus menghirup asap rokok sebagai hukuman, yang ia inginkan hanyalah Qingge harus berhenti merokok. Cara apapun akan Dayu lakukan jika itu yang terbaik.

Masih dengan rasa sesak di dadanya, Dayu pergi mengambil kotak rokok yang isinya masih tersisa banyak. Ia kemudian menghancurkannya menjadi kecil-kecil sehingga tak akan bisa dipakai Qingge lagi. Setelah itu ia pergi ke kamar untuk menenangkan diri. Ia tahu Qingge pasti akan marah, tapi ia yakin cara itulah yang bisa ia lakukan saat ini.

Saat Qingge kembali menghabiskan rokoknya di luar, ia melihat semua rokoknya sudah menjadi serpihan kecil bercecer di atas meja ruang tamu. Qingge tak bisa menahan emosinya lagi, ia segera pergi ke kamar dan membuka pintu dengan kasar. Dan di sana ia melihat Dayu yang duduk menyendiri di pojok ruangan.

“BERANINYA KAU MENGHANCURKAN SEMUANYA!! APA HAKMU, HA?!” teriak Qingge di depan Dayu sambil menunjuk tepat ke arah wajahnya.

“kau tidak menuruti perintahku sama sekali! Tsk..Aargh!!” Qingge tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan agar Dayu bisa mengerti, ia merebahkan tubuhnya di kasur dengan tangan terlentang. Dayu ingin mengucapkan sesuatu, tapi ia tak bisa. Qingge sudah terlanjur marah besar padanya.

Dayu mencoba menggenggam tangan Qingge yang bebas, namun reaksi Qingge membuatnya semakin sedih. Qingge menepis genggaman tangan Dayu dengan kasar dan berbalik memunggunginya.

‘Qingge.. duibuqi*..”

Tanpa kusadari diam-diam aku selalu memikirkan tentangmu
Dan masih bodoh untuk berpikir tapi tidak berani mengungkapkannya

Setelah kejadian tidak menyenangkan itu, di malam harinya mereka tetap tidur bersama namun tak ada yang saling berbicara.  Hingga keduanya pun tertidur dengan saling membelakangi satu sama lain. Dayu merasa sangat sedih.

Esok harinya, sinar matahari pagi menyeruak ingin masuk ke kamar dan membangunkan Qingge yang masih tertidur. Qingge merasa ada yang aneh di sampingnya, tidak ada keberadaan Dayu yang biasa memeluknya saat tidur. Ia membuka mata dan terkejut karena tidak menemukan Dayu di sana, bahkan pakaiannya pun terlipat rapi di atas bantal. Dengan panik Qingge mencari Dayu di seluruh kamar. Memanggil namanya tanpa henti tapi tak kunjung menemukannya. Ia menyimpulkan kalau Dayu pergi dari rumahnya karena kesalahannya lagi.

Pergilah Qingge ke sekitar rumahnya hingga menuju jalan raya. Ia terus berlari, dan sosok mungil yang ia cari tengah berada di seberang jalan dengan wajah yang murung.

“DAYU !!” Qingge pun langsung berteriak dan tanpa pikir panjang langsung menyeberang  jalan raya yang sedang ramai oleh kendaraan.

Mendengar seseorang meneriakkan namanya, Dayu menoleh cepat dan melihat Qingge yang berlari ke arahnya. Saat itu juga dari arah kanan jalan terlihat mobil yang melaju cepat ke arah Qingge.

“Qing!!!” Tanpa memikirkan apapun lagi, Dayu segera berlari menyelamatkan Qingge dan mendorongnya hingga ke tepi.

Mobil yang tengah melaju nyaris menabrak mereka berhenti tepat pada waktunya.           Sementara Dayu yang mencoba menyelamatkan Qingge, terluka ringan di tangan kirinya. Qingge membawa Dayu pulang dan mengobati lukanya. Selama Qingge mengobatinya, Dayu terus memperhatikan setiap sudut wajah Qingge dan tanpa sadar ia tersenyum sendiri. Perasaannya kembali menghangat.

“kau sedang lihat apa?” Tanya Qingge jahil sambil menyentil hidung Dayu. Senyum Dayu semakin lebar, tanda ia merasa senang atas perlakuan Qingge padanya.

“tolong jangan pergi lagi. Maaf kemarin sudah meneriakimu”

Dayu menggelengkan kepalanya ‘tidak apa-apa’

“ternyata selama ini aku tak bisa melepaskanmu”

Wajah manis Dayu membuat Qingge tak bisa menahan dirinya lebih lama, ditariknya pemuda mungil itu ke dalam pelukannya.

“kau bisa mendengar detak jantungku, kan?”. Dayu mengangguk pelan.

Qingge kemudian melepas pelukannya karena mendegar Dayu jadi kesulitan bernapas, ia kini yang tersenyum untuk Dayu. Tidak hanya itu, Qingge membawa Dayu ke kamar mandi dan menahannya di dinding. Dayu yang tidak mengerti apa yang sedang Qingge lakukan padanya, hanya diam saja. Sampai Qingge mengangkat dagu Dayu agar mereka bisa saling bertatapan dan membiarkan air shower membasahi tubuh mereka.

Dengan suaranya yang semakin berat, Qingge berucap lembut “..aku membutuhkanmu.. aku merindukanmu”. Dan sukses membuat wajah Dayu merona. Ia kembali teringat dulu dalam wujud kucingnya, Qingge memandikannya di sini sambil berkata ‘aku tidak ingin kehilanganmu’. Seperti mimpi, ah tidak.. ini benar-benar nyata!

Musim panas kali ini tidak selamanya membosankan seperti musim panas Qingge sebelumnya. Kehadiran Dayu di hidupnya membuat ia tidak merasa kesepian lagi.

Dayu, pemuda yang selalu membutuhkan dirinya,

Dayu, pemuda yang tak pernah mengeluh sedikitpun padanya,

Dan Dayu lah cintanya..

Masa lalu yang tidak terlupakan
Memulai kembali perjalanan
Seperti yang kau bilang bahwa ini adalah bagian dari musim panas yang kekal

-End-



*duibuiqi (對不起): I’m sorry

(bacotan akhir: udah lama kaga bikin ff, pas mulai lagi hasilnya ga greget sama sekali x’D)

2 comments:

  1. Huwah q suka banget couple Qingyu...

    Apalgi film nya counterattack web series bikin q senyum sndiri...

    Author buat ff counterattack web series ya...ne ne? Puppy eyes

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iyah, mereka lucuk ♡

      Ini baru ff coba2 pake kopel qingyu. Maunya sih bikin ff CA,tergantung ada waktu luang apa engga :-)

      Delete