Sunday, May 13, 2012

Fanfic Nakigahara Kingdom chapter 3


Title : Nakigahara Kingdom
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ReitaXRuki, ToraXRuki, ToraXSaga.
Chapter : 3/5
Genre : Fantasy, little biiiiitttt Comedy
Contact Person : Eri Matsumoto Gazerock (fb), @eriq_ogata (twitter)
A/N : Fanfic pertama gw yang bergenrekan fantasy. Yah,lagi-lagi  fanfic yang idenya muncul tiba-tiba. Dan err,, judulnya asal kasih aja itu. Jadi rada kagak nyambung. Enjoy...^^

Nakigahara Kingdom

Ruki beserta dayang kerajaan sudah berada di dapur. Atribut khas dapur pun sudah mereka pakai. Jangan tanya bagaimana model celemek kerajaan. Mewah dan terbuat dari 100% sutra. Walau Ruki hanya menonton para dayang membuat cake untuk pangeran, tapi ia sering disuruh sang kepala dapur untuk turun tangan langsung membuatnya. Ruki benar-benar ingin pulang saat itu juga.
“tuan Ruki, anda harus mengaduknya seperti ini. Bukan seperti itu!” suruh sang kepala dapur sambil mencontohkannya di depan Ruki
“ii..iya..”

Ruki baru tau kalau bekerja di dapur itu melelahkan. Apalagi di suruh-suruh seperti itu.

“tuan Ruki, cakenya sudah selesai. Sebagai perkenalan, sebaiknya anda saja yang memberikan ini pada pangeran di kamarnya”

“KUSO!! Kenapa harus aku?!! Tidak mau!!” Ruki menolak keras

“ayolah, tuan. Ini untuk calon suami anda juga”
“HAAAA?!!!”
Ruki makin tak habis pikir. Seenaknya saja mencap orang sebagai calon istrinya. ‘Memang siapa yang mau, orang bodoh seperti dia tak cocok jadi pangeran’ pikir Ruki

“yasudahlah. Kalian memaksaku terus! Huh! Sini, berikan cakenya!” dengan berat hati Ruki mengambil dengan kasar cake yang ada di meja dan pergi meninggalkan dapur.

“tuan Ruki galak juga ya”
“hihi,, iya”
Para dayang berbisik-bisik setelah Ruki pergi
“hei!!” seru Ruki yang tiba-tiba muncul kembali
“aa..ada apa tuan?” semua dayang yang di situ jadi gelagapan. Mereka takuta kalau pembicaraan barusan terdengar Ruki

“err,, kamarnya di mana ya? Hehe..”
GABRUKK
“sebelah kiri, lurus kamar ketiga dari ujung” ucap seorang dayang yang masih terlihat muda
“arigatou”
...
-Tokyo-
“RUKIIIII,,,, KAU DI MANA??!!!” Reita berteriak teriak sendiri di taman, yang pada sore itu hanya ada anak-anak kecil yang masih bermain.
Di antara anak-anak itu mereka berbisik
Anak 1: “hei, kakak itu kenapa?”
Anak 2 : “gag tau. Lagi stres kali”
Anak 3 : “stres ditinggali pacar keknya”
Anak 1 : “wah, mungkin juga. Makanya dia kaya’ orang gila gitu”
Anak 2&3 : “ya. Betul betul”
Dari kejauhan, Reita mendengar semua pembicaraan ketiga anak itu. Dan....
DUAGH DUAGH DUAGH
Reita melempari ketiga anak itu dengan kaleng soda bekas yang ada di tong sampah
“WOIII!! GAK TAU ORANG LAGI SEDIH, YA!!!” Reita misuh misuh sendiri, dan sang anak kabur tanpa jejak

“hiks..hikss.hiks.. Ruki-chan~~ kau di mana? Sms enggak, telpon apalagi... hueee”
Dari tadi Reita sudah cari-cari Ruki, mulai dari temen deketnya, keluarga terdekat, sampe tukang jajan langganannya. Mereka semua mengatakan kata yang sama. Tidak.
Reita sudah frustasi. Dia berniat untuk menghubungi polisi dan segera ke kantor polisi sekarang.
Tapi ia tak tau kalau usahanya hanya sia-sia. Yang bisa membuat Ruki pulang adalah Ruki sendiri. Ruki harus mencari tombol itu agar ia bisa pulang ke Tokyo dengan selamat.
...
Menyebalkan sekali. Kenapa harus aku yang memberikannya. Mereka kan punya tangan?!!
Kucari kamar yang dimaksud dayang tadi. Kamar ketiga dari ujung.
hmm,, satu, dua, tiga. Yak, pasti ini kamarnya.
Pintunya tertutup, dan kucoba memutar anak pintunya.

eitt,, tunggu dulu. Suara siapa itu?

Bukan bermaksud menguping pembicaraan orang lain, tapi ada keinginanku untuk mendengarnya. Langsung kutempelkan kupingku di daun pintu. Mendengarnya secara detil. Dan astaga! Suara laki-laki lain? Seperti mendesah.. oh Tuhan, jangan biarkan aku berprasangka jelek.
Aku ingin memastikannya, dan kubuka pintu itu perlahan.

prasangka jelekku yang tadi benar terjadi. Ada orang lain lagi di kamarnya. Tapi,, kenapa harus berciuman seperti itu?!! Menjijikkan!

BRUKK
Cake yang tadi kupegang karena tanganku gemetar. Mereka yang sedang ‘bermain’ itu langsung menoleh ke arahku.
Sekilas kulihat wajah pangeran bodoh itu memelas melihatku. Cih! Dasar hina!!!

Aku ingin pulang sekarang. Reita, seandainya kau di sini....
...
Tak sadar aku pergi dari situ, dengan kecepatan tinggi kuusahakan untuk menerobos kawalan di depan istana. Sialan, gara-gara baju bodoh ini, aku tak bisa berlari kencang. Dan sepatu heels ini,, akkh!!
Aku tersungkur ke tanah. Kakiku juga terkilir. Ya Tuhan, sakit sekali...

Sebisa mungkin aku harus pergi dari situ. Apapun kondisinya, walau kakiku patah sekalipun.
Hingga aku sudah berada di hutan. Hutan tempat di mana aku bisa sampai di dunia aneh ini.
“tombol!! Tombolnya di mana?! Aku mau pulang!!” dihadapanku hanya semak belukar. Kutebas semak yang menghalangiku, berharap tombol ajaib itu kutemukan. Dan tak peduli kedua tanganku sudah berdarah karena semak yang berduri itu.

“Reita,, maafkan aku.. aku ingin bertemu kau lagi. Hikss..hikss.hiks..”
Akhirnya air mataku tumpah juga. Entah aku menangisi hal apa. Tapi sepertinya kejadian tadi membuat perasaanku sakit. Tora, apa aku sudah mulai mencintaimu?

“Ruki”

“Reita...”
Ternyata bukan. Dia bukan Reita. Tapi untuk apa dia ke sini?

“Ruki, gomennasai”

To Be Continue

No comments:

Post a Comment