Sunday, May 13, 2012

Fanfic Nakigahara Kingdom chapter 4


Title : Nakigahara Kingdom
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ReitaXRuki, ToraXRuki, ToraXSaga.
Chapter : 4/5
Genre : Fantasy, little biiiiitttt Comedy
Contact Person : Eri Matsumoto Gazerock (fb), @eriq_ogata (twitter)
A/N : Fanfic pertama gw yang bergenrekan fantasy. Yah,lagi-lagi  fanfic yang idenya muncul tiba-tiba. Dan err,, judulnya asal kasih aja itu. Jadi rada kagak nyambung. Enjoy...^^

Nakigahara Kingdom

“Ruki, gomennasai”
“....”

Tora sudah ada di hadapan Ruki. Berdiri tanpa menunggangi kuda putihnya.
“kamu ngapain ke sini?” ucap Ruki sinis. Bibirnya agak gemetar

“ak..aku..”
“ssshtt.. “ potong Ruki cepat
“dari awal aku yang salah. Aku sama sekali gak kenal kamu karena aku tiba-tiba muncul di tempat aneh ini, dan kau mengira aku bidadari yang turun dari langit yang kau anggap aku ini calon istrimu. Yang lebih buruknya adalah, aku percaya semua itu. Hingga aku melihat sendiri kau tengah... tsk.. sudahlah!”

“Ruki,, aku bisa jelaskan! Ruki!! Tanganmu!! Berdarah”
“kau harus cepat di obati, kalau tidak...”
“DIAM KATAKU!!!”

Tora terdiam. Ia dapat merasakan hawa-hawa amarah dari Ruki. Dan ia tau, perbuatannya tadi membuat Ruki sakit. Ditambah lagi kedua tangan Ruki yang berlumuran darah. Tora bisa merasakannya.
“aku mau pulang! Tapi aku gak bisa... tombol keparat itu yang membawaku ke sini!!!”

‘tt..tombol?’

“Ruki, tenangkan dirimu dulu. Aku bisa jelaskan semuanya”
“jelaskan apa, ha?!”

“aku hanya ingin bilang padamu..”

“hiks..apa?”

“kau sangat cantik dengan baju itu. Terimakasih sudah memakainya untukku, dan cakenya juga. Terimakasih” seulas senyum tulus tersungging di bibir tipis Tora

“jangan menangis, Ruki. Aku tau aku yang salah. Gomen ne..”
Tora memeluk Ruki erat, merasakan setiap inci tubuh Ruki. Pundak Tora pun terasa hangat karena air mata Ruki yang terus mengalir. Belum pernah Tora memiliki perasaan seperti ini. Hanya pada Ruki ia seperti ini. Karena Ruki adalah cinta pertama Tora.
“hiks..hiks..hiks..”

“tanganmu.. biar aku saja”
Tora meraih tangan Ruki dan membersihkan lumuran darah itu dengan kain dari bajunya. Terlihat Ruki meringis kesakitan karenanya.

“ss..sudah cukup. Aku ingin pulang seka—”
BRUKK
Ruki pingsan di pelukan Tora.
...
-Tokyo, kantor polisi-
“anda harus menjelaskan secara jelas. Kalau tidak, kami tak bisa membantu anda” ucap seorang polisi yang tengah berbicara dengan Reita
“dia anak SMU seumuran saya, tapi tingginya baru 165. Agak berisi, rambutnya coklat dengan style harajuku, trus dia hilangnya pakai seragam sekolah. Pokoknya wajahnya mirip perempuan, pak” jelas Reita tanpa berhenti
‘ciri-ciri yang aneh’ batin pak polisi

“baiklah, kami kumpulkan dulu datanya dan segera kami sebarkan di seluruh kota”

“arigatou, pak.. terimakasih banyak”
...
Di dalam istana, tepatnya di kamar Tora. Ruki tengah tertidur di kasur king size Tora, dan Tora sedang menunggu Ruki sampai siuman. Tora takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ruki.
Lihatlah kondisi Ruki saat ini, kedua telapak tangannya di perban, kaki kanannya sedikit lebam karena terjatuh tadi, dan wajahnya pucat. Entah bagaimana reaksinya kalau ia bangun nanti.

“nnhh.. rrhh.. Rei,.. Reita..”
Tanda-tanda kehidupan mulai ditubjukkan Ruki. Tora sangat senang, tapi ia tak suka mendengar igauan Ruki.
“Ruki, cepatlah bangun. Aku mengkhawatirknmu” dibelainya pipi Ruki dan ia genggam punggung tangan yang terlilit perban itu.

“ahh,, aku, apa aku sudah pulang?” matanya terbuka sempurna, namun masih berhalusinasi.
“kau masih di sini, Ruki” ucap Tora yang benar-benar membuat Ruki tersadar

“aku? Kenapa ada di sini?”
“kau perlu istirahat, dan sepertinya kau lapar. Ini aku bawakan sup”

“tidak perlu. Aku mau pulang” rengek Ruki lagi.
“kau tak bisa pulang dalam keadaan lapar. Kalau kau pingsan lagi bagaimana?”
“peduli apa kau padaku?”
“aku sangat mengkhawatirkanmu”
“lalu orang tadi juga kau khawatirkan?”

“he? Dare?”
“jangan belagak bodoh seperti itu. Kau memang bodoh, jadi tak usah seperti itu. Jawab yang jelas!”

“hmm, maksudmu Saga?” ucap Tora pelan
“mungkin. Memangnya aku peduli dengan namanya?!”

“ahahaha,, soal itu, aku memang mengkhawatirkannya, karena dia sepupuku. Dan, adegan ciuman tadi adalah sebatas latihan drama di sekolahnya. Kebetulan, hanya aku laki-laki di sini selain dia pastinya. Dia sangat kesulitan jika berciuman dengan wanita. Kuharap kau bisa mengerti, Ruki” tutur Tora meyakinkan

Ruki jadi salah tingkah. Seharusnya ia tadi tak kabur dari situ, tapi perasaanya jadi tak karuan melihat kejadian tadi.
“makanlah, sebelum supnya dingin” tawar Tora ramah

Ingin rasanya Ruki meninju Tora saat itu, “kau buta, ya?! Lihat tanganku! Mana bisa aku makan! Dasar bodoh”

Tora menghela napas
“mau kusuapi?” ucapnya tersenyum di depan wajah Ruki. Bisa kau bayangkan wajah Ruki sekarang, merah seperti cat merah yang dipoles berulang kali.
“aaa...”
Tora mulai menyuapi Ruki. Tak bisa Ruki menolak makanan itu, karena saat ini ia sangat lapar. Tora terus saja menyuapi Ruki dengan hati-hati, dan selama itulah Ruki memperhatikan Tora terus.
“ada apa?” ucap Tora membuat Ruki beralih pandang karena takut kalau Tora melihat wajahnya yang merah
“tidak. Tidak ada apa apa”
“oh. Ayo makan lagi. Ruki-chan, kereta apinya mau masuk.. Aaaa..”
Ruki makin dibuatnya berdebar-debar. Tora sangat baik padanya, dan Ruki malah membalasnya dengan kata-kata yang jahat.
“sudah cukup. Aku sudah kenyang”
“oh, baiklah”
Tora meletakkan mangkuk yang setengah kosong itu ke atas meja. Tak ada ucapan yang keluar dari mulut mereka setelah Ruki menghabiskan supnya.

Hening agak lama

“Tora”
“hm, Iya?”
“terimakasih. Kau sangat baik padaku, dan aku tak bisa membalas apapun”
“tak apa. Aku senang sekali kau ada di sini yang entah kau berasal dari mana. Ruki, sebenarnya aku..” Tora memutuskan ucapannya
“apa?”

“aku mencintaimu”
Ruki terbelalak seketika. Dia pikir Tora hanya bercanda saja, tapi terlihat dari wajahnya yang serius, ia bisa menangkap bahwa Tora benar-benar mencintainya
“maaf”
“aku tau”
Ruki makin tertarik untuk mendengar kata-kata Tora
“aku tau itu. Karena kau punya seseorang di tempat asalmu, kan? Hmm, aku bisa mengerti. Tapi aku bahagia, karena sudah menyampaikan perasaanku ini padamu”

“Tora..”
“oh iya, sepertinya kau mencari ini” Tora mengeluarkan sesuatu dari kantong baju kerajaannya di belakang dan memberikan sebuah benda yang dicari-cari Ruki selama ini.

Tombol waktu

“dd..di mana kau menemukannya?” perasaan Ruki bercampur aduk, antara senang dan sedih, karena pastinya ia akan meninggalkan Tora
“di bawah sepatumu saat kau berdiri di hutan tadi”
“yokatta~~ akhirnya aku bisa pulang. Sekali lagi terimakasih banyak”
“iya”

Dalam hati Tora, sebenarnya ia tidak mau memberikan tombol itu pada Ruki, karena itu pasti akan membuatnya tak bisa lagi bertemu dengan Ruki selamanya. Tapi, ia lebih mementingakan keinginan Ruki untuk bisa pulang kembali ke tempat asalnya.
“kau mau pulang sekarang, Ruki?”
Anggukan mantap Ruki membuat Tora makin sedih kehilangan Ruki
“semoga kau bisa sampai dengan selamat”

“tapi sebelum itu..”
Ruki mendekati Tora hingga tak ada jarak yang memisahkan mereka. Yap, Ruki memeluk Tora erat.
“Ruu..Ruki?”
“aku pasti akan merindukanmu, pangeran bodoh. Hihihi”
Tora bisa menangkap maksud Ruki. Dan ia pasti juga akan sangat merindukan cinta pertamanya itu
“ahhaha,, aku juga Ruki-chan”
“sebagai salam perpisahan, aku ingin...” Ruki tak meneruskan ucapannya. Ia tertunduk sejenak
“apa?”

CHUU

Ruki dengan cepat menyambar bibir Tora yang masih menganga karena bingung dengan maksud Ruki barusan. Dan barulah Tora tersadar kalau maksud Ruki itu adalah ciuman. Ciuman perpisahan.
Bukan ciuman penuh nafsu, namun ciuman segar dengan beberapa jilatan manis di kedua media pihak.
Mereka menikmatinya, merasakan degup jantung masing-masing yang sudah tak karuan temponya.

“Tora, terimakasih..”
“iya. Terimaksih juga Ruki. Aku sangat mencintaimu”
“hiihihi.. aku pulang dulu, sayonara~~”
Ruki memencet tombol itu dan perlahan bayang-bayang Ruki menghilang di udara. Tora hanya bisa tersenyum getir melihat orang yang amat ia cintai sudah tak ada lagi bersamanya.

To Be continue

No comments:

Post a Comment