Wednesday, June 20, 2012

Fanfic New Taste (ShouXHiroto)



Title : New Taste
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : ShouXHiroto
Genre : Fluff
Listening to : Royz – New Age *malem2 dengerin nih lagu*
A/N : fanfic yang dikerjakan dan diselesaikan tengah malam.. *menatap horror fic ini*


New Taste

Malam hampir larut, dentingan jam yang cukup terdengar di kamar sunyinya membuat ia menengok dan memperhatikan seksama bahwa saat ini sudah pukul sebelas malam. Rasa kantuknya tak dapat ia hindari, karena sejak pagi tadi ia tak tidur sedikitpun bahkan tidur siang tak sempat ia lakukan. Sesekali ia menguap sambil menutup jendela dan korden di samping tempat tidurnya. Ia rebahkan tubuh kecilnya di kasur empuk itu, merasakan nyamannya tidur yang selama ini ia butuhkan.
“haaah~~~” matanya perlahan terpejam dan—

TURT TURT TURT

Kelopak matanya terbuka sempurna. Tangannya meraih malas sebuah iphone di atas meja dan melihat layar yang cukup lebar itu. Sangat tak mau sebenarnya ia mengangkat telepon ‘gila’ itu di malam hari, namun ia urungkan karena melihat kontak nama yang tertera di sana dengan tulisan ‘Shou’

Ia mengambil napas dalam, dan berusaha mengumpulkan ‘nyawanya’ yang hampir hilang karena kantuknya sendiri. Sapaan singkat ia ucapkan pada seorang Shou di seberang telepon.
“moshi moshi. Apa aku mengganggumu tidur?” tanya Shou hati-hati
“kelihatannya?”
“maaf. Aku ingin bicara padamu Hiroto, penting sekali. Kuharap kau tidak tertidur selama aku berbicara”
Hiroto, ia menguap lagi lalu menanggapi ucapan Shou “ada apa? Baik, aku dengarkan”
Shou mulai bicara, tidak terlalu cepat seperti yang biasanya “aku minta bantuanmu. Ini sangat penting dan aku janji ini yang terakhir” “aku ingin kau menjadi pacar bohonganku di reuni SMAku”

Hiroto yang masih setengah sadar itupun akhirnya sadar sepenuhnya. Ia kaget, sangat kaget dengan ucapan yang malah terdengar sebagai igauan Shou padanya. “kau serius, Shou?” tanyanya bingung

“ya begitulah. Reuninya dua hari lagi, dan mereka membuat peraturan kalau semua yang datang harus berpasangan semua” ucapnya juga terdengar cemas “tak terkecuali aku, Hiroto”
“tapi kenapa harus aku? Memang tidak ada cewek lain?” dengusnya
“aku tidak mau mereka. Ayolah, kau kan sahabatku Hiroto.. nanti aku dandanin deh!” ujarnya yang makin mambuat Hiroto merinding mendadak

“lalu aku harus bagaimana?”
“besok aku ke rumahmu. Kita akan belanja pakaian”
“haahhhh~~~ kau ini, selalu merepotkanku” ucap Hiroto pasrah. Ia jadi teringat saat dua minggu kemarin, di mana ia dimintai bantuan Shou untuk menjadi ayah bohongan bagi adik Shou yang pada waktu itu di sekolahnya ada acara pembagian raport kenaikan kelas. Dan yang harus mengambil itu orang tuanya. Berhubung ayah maupun ibu Shou sedang di luar kota dan Shou sendiri ada pekerjaan yang tak bisa ditunda, maka akhirnya Hirotolah yang menggantikan ayah Shou di sekolah adiknya.

“nanti akan kubelikan apapun deh yang kau mau. Asalkan kau membantuku semalam saja”
Hiroto menghela napas “hah, terserah kau saja”
Shou pun berterimakasih banyak pada Hiroto, sang sahabat. Hanya Hiroto yang bisa ia percaya dan orang yang bisa ia mintai tolong. Tapi Hiroto tak mau hanya menjadi sekedar sahabat bagi Shou. Ia ingin menjadi sesorang yang lebih di mata Shou. Seseorang yang selalu bisa mengisi hari-hari Shou, dan juga hatinya.

((=•̃•̃=))

Tepat seperti yang Shou janjikan. Jam 8 ia sudah tiba di rumah Hiroto untuk menjemputnya, walaupun Hiroto sama sekali belum persiapan sama sekali. Shou pun menunggunya hingga nyaris setengah jam. Tak apa pikir Shou, yang penting baginya adalah rencana esok malam harus berhasil tanpa harus ketahuan teman-teman SMAnya.

Suara langkah kaki dari arah anak tangga membuat Shou menoleh. Hiroto sudah siap jalan bersamanya dengan style yang cukup manis. Kaos abu-abu bertuliskan ‘NEVER DIES’ dan celana yang cukup ketat bercorak seperti harimau. Dengan boots kecil ia melangkahkan kakinya keluar di susul Shou di belakangnya. Mereka jadi terlihat seperti muda-mudi yang baru merengkuh manisnya masa-masa pacaran. Tanpa aba-aba, Shou menggandeng Hiroto masuk ke dalam mobilnya. Dan tancap gas hingga sampai pusat perbelanjaan di kota.

“kau tau kan aku punya sentuhan fashion yang baik, jadi .. aku yang akan memilihkanmu pakaian” ucap Shou agak menyombongkan diri. Sementara Hiroto duduk-duduk saja di sekitar baju-baju mall yang tergantung di sana
Sepuluh menit tak ada yang bisa Hiroto lakukan, hanya melihat Shou yang sibuk sendiri memilih baju-baju yang menurutnya sangat aneh bila ia pakai nanti. Tak kunjung Shou menghampirinya, Hiroto membuka iphonenya lagi seraya menulis sebuah isi hati dan ia simpan di suatu folder yang hanya ia saja yang tahu password untuk membukanya.
Dua puluh menit berlalu, Shou datang ke arah Hiroto dan menunjukkan baju dan celana berwarna berbeda padanya. “dengan ini kau bisa memanipulasi mereka” ucap Shou penuh keyakinan
“maksudmu?”
“iya. Kalau kau memakai ini semua, teman-temanku pasti akan mengira kalau kau seorang cewek tomboy”
Tak sadar Hiroto sudah membuka mata dan mulutnya cukup besar. Lagi-lagi Shou mencoba membuat Hiroto malu. Yang benar saja, Hiroto ingin sekali memang menjadi pacar Shou, tapi dalam wujud aslinya yang sebagai laki-laki. Dan bukan sebagai cewek yang kelaki-lakian.
“kau bercanda Shou?” tanya Hiroto tidak yakin
“kumohon Hiroto. Semalammmm~~ saja. Apapun yang kau minta nanti aku belikan deh! Swear!” ujar Shou sambil membentuk jari lentiknya dengan simbol ‘peace’

Hiroto hanya bisa menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya. Shou melihat Hiroto seperti itu pun tak kuasa menahan senyumnya. Sahabatnya kini, rela didandani sebagai cewek hanya karena sebuah ‘keegoisannya’ dalam menghadapi teman-teman lamanya. Shou berharap Hiroto tidak akan marah selepas ini.

((=•̃•̃=))

“besok sore kau datang ke rumahku, ya~” suruh Shou yang pandangannya masih menatap lurus ke depan dalam menyetir mobil
Tak ada jawaban dari Hiroto, Shou berkata lagi “aku akan me-make over dirimu. Supaya terlihat lebih, errr.. manis” kata terakhirnya agak pelan ia ucapkan
“iya” sesingkat itulah Hiroto menjawab. Dirinya kini memang bersama Shou, tapi pikirannya jauh pergi ke mana-mana. Ia terus membayangkan dirinya nanti bersama Shou di tengah kerumunan teman-temannya yang sama sekali Hiroto tak mengenalnya.
Hiroto harap-harap cemas pada nasibnya. Kaosnya yang tadi rapi, kini sudah terlihat lekukan di sana sini akibat ulahnya meremas-remas kaos itu.

((=•̃•̃=))

Sampai di rumahpun ia masih memikirkanya. Makan tak enak, tidurpun juga susah. Ia jadi seperti orang yang terkena insomnia akut. Jam satu dini hari, ia buka kembali iphonenya. Menuliskan sebuah paragraf baru untuk kemudian ia simpan lagi di folder terpassword yang sama seperti tadi siang.

Di dalam folder itu ia sudah menuliskan berratus-ratus curahan isi hatinya. Kegiatan itu ia mulai pada saat awal ia mengenal Shou musim semi tiga tahun lalu. Shou yang baru saja pindah dari Fukuyama sekarang sudah menjadi tetangga bagi Hiroto. Tiap hari mereka sering bertemu, ditambah lagi Shou satu universitas dengan Hiroto walaupun beda kejuruan. Tapi itu yang membuat mereka hampir tiap waktu pulang bersama. Masa-masa indah bagi Hiroto yang baru mengerti kalau Shou tidak memiliki pacar sama sekali.

Dari awalpun Hiroto sudah menyukai lelaki tinggi itu. Mulai cara bicaranya, tingkah lakunya, dan cara ia menyampaikan perasaannya walau hanya sekecil apapun itu. Shou sudah membuat hari-hari Hiroto menyenangkan. Dan besok mungkin adalah hari yang paling akan berkesan bagi Hiroto. Sebenarnya ia tidak mau menjadi pacar bohongan seperti itu, ia ingin kenyataannya. Hiroto ingin bisa menjadi pacar sungguhan bagi Shou, dan bukan sebagai alat untuk membohongi kawan-kawan Shou di sana.

Sekali lagi ia sulit memejamkan mata. Dan satu-satunya alternatif adalah menyalakan AC dengan kekuatan minimum sehingga ia masih bisa merasakan sejuk walau ia menutup seluruh tubuhnya dengan berlapis-lapis selimut tebal sekalipun. Ia bisa merasakan perasaannya menenang, dan ia coba menutup kedua matanya untuk menikmati tidur nyenyaknya yang tertunda beberapa jam.
Ia tertidur, nyenyak. Seperti sedang bersama Shou di alam mimpi.

((=•̃•̃=))

“pakailah ini di kamarku, sementara aku berganti pakaian di kamar lain” ucap Shou memberikan satu set pakaian yang kemarin mereka beli seraya ia pergi juga membawa pakaian untuk dikenakannya
Hiroto menangguk, masuk ke dalam kamar Shou dan menguncinya dari dalam.
Ia tak yakin apakah ia sanggup memakai pakaian ‘aneh’ ini. Lihatlah, sebuah kaos berwarna hitam dengan list merah yang kebesaran, ditambah celana ketat polos berwarna abu-abu. Shou juga tak lupa melengkapinya dengan sebuah syal sewarna dengan celananya. Kau tau itu untuk apa? Jelas, syal itu untuk menutupi jakun Hiroto agar tak ketahuan. Hiroto terus menatap nanar apa yang sudah ia kenakan saat ini. Di sebelahnya terdapat cermin seukuran dirinya dan ia coba berdiri tepat di depan cermin itu. Melihat betapa anehnya ia memakai semua pakaian itu. Ia menjerit dalam hati.

Selama ia masih memerhatikan dirinya sendiri di pantulan cermin, ia mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar Shou. Seperti yang Hiroto duga, Shou lah yang mengetuk pintu tadi.
Shou melihat Hiroto dari ujung kaki ke ujung kepala tanpa berkedip. Pilihannya benar-benar pas. Dimatanya, Hiroto terlihat sangat manis dan imut. Seperti anak perempuan, dan itu membuat Shou tersenyum sangat lebar.
“kenapa? Tidak cocok, ya?” tanya Hiroto malu
“kau sangat cocok, Hiroto. Aku menyukainya”
Spontan Hiroto mengalihkan pandangannya, ia tersipu jika mendengar itu dari Shou.

“sekarang aku akan merapikan rambutmu” Shou berjalan mendorong Hiroto masuk ke kamarnya lagi sampai Hiroto duduk di kursi depan meja rias Shou. Jangan heran kenapa kau menemukan sebuah meja rias di kamar seorang laki-laki seperti Shou. Shou adalah seorang yang sangat memperhatikan penampilan, walaupun yang kau temukan di meja rias itu hanyalah parfum, sisir dan lipbalm saja.
Dengan cekatannya, Shou menyematkan beberapa jepit polos di rambut pirang Hiroto. Menyisir rambut depan Hiroto sehingga membentuk sebuah poni pendek yang manis. Shou seperti hairstylist yang handal. Tak lupa Shou menyuruh Hiroto agar memakai lipbalm bening kepunyaannya. Dan itu ditolak mentah-mentah oleh Hiroto. Ia sama sekali tak mengerti soal itu, dan yang Hiroto tau, benda seperti itu hanya dipakai untuk kaum perempuan saja.
“kau harus pakai, Hiro. Biar terlihat fresh” paksa Shou lagi
“pokoknya tidak mau!!” tolak Hiroto lagi. Untuk hal yang satu ini, Hiroto tak mau menuruti perintah Shou.
Shou berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya “kau ini—“
“baiklah, kau tak perlu memakainya. Tapi kau harus terus membasahi bibirmu, ya” lanjutnya
Hiroto memanyunkan bibirnya sebal. Ia merasa seperti dipermainkan saja.
“pakai boots ini dan kita siap berangkat” Shou menyerahkan boots berwarna merah yang ia taruh di samping kaki Hiroto.
Setelah memakai dengan sempurna, Hiroto mengikuti Shou di belakang menuju ke halaman depan di mana mobil Shou terparkir. Selama perjalanan, Hiroto tak bisa berhenti memegangi dadanya. Ia sangat berdebar-debar akan reaksi teman-teman Shou jika ia melihatnya nanti. ‘OH MY GOD’ teriaknya dalam hati

((=•̃•̃=))

Shou lebih dulu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Hiroto. Persis seperti di film-film romantis kebanyakan. Digandenganya tangan Hiroto sampai ia masuk ke sebuah ruangan besar dengan berbagai lampu terang di  sana-sini. Di pikiran Hiroto hanyalah semua teman-teman Shou ini sangat berkelas. Laki-lakinya memakai pakaian rapi seperti Shou-semacam tuxedo-, dan yang perempuannya rata-rata memakai gaun. Seperti datang ke acara pernikaha saja.

Tiba-tiba Shou menghentikan langkahnya, dan refleks langkah Hiroto juga terhenti tepat di belakangnya. Shou sedang berbincang dengan seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dan seorang perempuan di sampingnya. Wajah laki-laki itu seperti ikemen di manga-manga shoujo, dan perempuan itu seperti shoujonya.
Sampai laki-laki itu melihat Hiroto dan bertanya pada Shou.
“dia pacarmu, Shou?”
“tentu saja! Dia seperti anak perempuan yang manis kan?” ucap Shou bangga, dan lelaki itu melihat Hiroto dengan tatapan menjijikkan
Hiroto yang merasa tak suka dengan tatapan laki-laki itu memilih menghindar. Ia pun meminta ijin pada Shou untuk sekedar mengambil minuman di meja yang sudah disediakan. Sementara Shou dan dua orang di sana masih bercengkerama.

Sebuah soda dengan daun mint di dalamnya Hiroto ambil sebagai penyegar untuknya. Ia lalu duduk di kursi yang tertata seperti meja makan dan meminum sodanya. Hiroto masih bisa memperhatikan Shou walau jaraknya agak jauh. Dan dua orang itupun pergi, tak lama seorang perempuan bergaun krim menghampiri Shou, jelas ini membuat Hiroto penasaran.
Dilihatnya dengan seksama apa yang mereka lakukan, sampai akhirnya Hiroto melihat perempuan itu memeluk Shou lama. Seperti pacar yang sudah lama tak bertemu dan sekarang sedang meluapkan kerinduan masing-masing.
Hiroto sebal karenanya. Diteguknya semua soda yang ada di gelas tinggi itu sampai habis, hanya menyisakan daun mintnya saja. Dadanya terasa panas dan kalau ia tak tahan ia bisa saja menangis di situ sekeras-kerasnya. Tapi tidak, Hiroto pergi menjauh ke meja yang paling ujung-dekat panggung yang disediakan untuk pertunjukan malam itu-.

Ia duduk sendirian, meratapi nasibnya tiga hari belakangan ini. Pandangannya kosong namun melihat ke satu titik. Hingga sebuah tangan menyentuh punggungnya dan membuat ia menoleh ke belakang.
Seorang laki-laki jangkung mengenakan jas formal sedang menatap Hiroto. Bibirnya yang tipis itu mengucapkan sesuatu. “boleh aku duduk di sini?”
Hiroto sempat terpana melihat laki-laki itu. Senyum tipis, mata sipit, hidung mancung, dan rambut hitam itu seperti lelaki sempurna yang sangat ia inginkan. Dengan canggung, Hiroto mempersilakan lelaki itu duduk di sampingnya.

“kau bukan alumni SMA Heisei, kan?.. Soalnya aku tak pernah melihatmu dulu” ucap lelaki itu menerka-nerka
“ya. Aku hanya menemani seseorang alumni di sini”
“siapa?”
“Shou Kazamasa. Apa kau kenal?” hiroto balik bertanya
Lelaki itu tersenyum dan mengangguk semangat “oh, Shou~~ dia itu teman sekelasku dulu” jelasnya “oiya, namamu siapa. Aku Tora”
“namaku Hiro—“
Belum sempat Hiroto menyelesaikan namanya, muncullah Shou dengan ekspresi dingin

“namanya Hiroko, Tora” ujar Shou cepat
Dalam hati Hiroto protes ‘yang benar saja! Seenaknya mengganti nama orang!’ Shou pun duduk tepat di samping Hiroto dan agak menjauhkan Hiroto dari Tora “apa aku mengganggu obrolan kalian?”
“tidak sama sekali kok. Well, Hiroko ini pacarmu Shou?” tanya Tora sambil menatap iri pada Hiroto
“sudah jelas, kan? Dia ini pacarku satu-satunya. Tidak seperti kau yang pacarnya bisa lebih dari empat” ucap Shou sambil merangkul pundak Hiroto mesra, dan bisa kau lihat yang dirangkul hanya tersenyum menahan malunya
Tora terkekeh geli mendengarnya “lalu Haruna? Apa kau sudah putus dengannya?”
“Haruna? Tadi aku bertemu dengannya dan coba tebak, dia bilang padaku kalau ia masih menyukaiku” ucap Shou santai “tapi aku dan dia hanya sebatas teman semenjak wisuda kelulusan. Seperti yang kau lihat, aku memutuskannya”
Tora menatap Hiroto lekat-lekat, lalu beralih ke Shou “aku yakin dia ini akan membuatmu lebih baik, Shou”
“Hiroko, kau perempuan yang manis. Tapi aku sudah keduluan Shou, jadi aku tak berkesempatan mendapatkanmu. Huh~~” raut wajah Tora berubah kecewa. Ia segera bangkit dari kursinya dan pergi dengan alasan menemui Saga-pacar Tora- di depan.

Sekarang Shou dan Hiroto tengah berdua. Mereka masih dalam posisi seperti tadi. Shou merangkul Hiroto, namun menyadari itu Shou buru-buru melepasnya. “maaf..”
Hampir dua jam mereka di sana. Teman-teman Shou yang melihat Hiroto-Hiroko- sangat tertarik dengan anak itu. Tampilannya seperti anak perempuan yang berkelakuan boyish. Hiroto juga senang dengan atmosfer barunya di sana. Teman-teman Shou sangat baik padanya, dan beberapa laki-laki yang ada di sana tak jarang untuk menggoda Hiroto. Tapi Shou dengan proteknya mampu menjauhkan Hiroto dari orang-orang macam mereka. Hiroto sangat senang diperlakukan seperti itu. Ia jadi yakin sendiri kalau Shou juga menyukainya.

((=•̃•̃=))

Mereka telah menyelesaikan rencana Shou dengan berhasil total. Keduanya sangat lega dan saling melempar senyum. Perjalanan di dalam mobil Shou pun terasa nyaman. Sesekali mereka tertawa bersama.
Mobil perlahan berhenti di sebuah parkiran dekat taman kota. Ini bukan tujuan akhir Hiroto malam itu, tapi ini juga bagian dari rencana Shou yang tidak diketahu Hiroto. Shou mengajak Hiroto ke sebuah ayunan yang bergantung sepi di dekat temaramnya lampu taman yang bundar.
“apa kau senang menemaniku malam ini, Hiroto?” celetuk Shou
“sepertinya iya”
“lihatlah langit di sana itu, cerah sekali ya?”
Hiroto mengangguk “kenapa kita tiba-tiba ke sini?”
“karena aku ingin” ucapan Shou sukses membuat Hiroto menoleh padanya “ingin apa?”
“aku senang sekali kau mau menjadi pacar bohonganku” sahutnya
“lantas?”
“apa kau mau menjadi pacarku, Hiroto?”
Semburat merah jelas terlihat di wajah Hiroto ditambah pantulan lampu taman dan sinar bulan purnama yang menghiasi wajah imutnya

Hiroto menunduk dan berkata pelan “ketika kau menjadikanku pacar bohongan, sebenarnya aku tak mau karena itu hanya sekedar bohongan. Aku ingin yang sungguhan..”
“dan sekarang aku sudah mengabulkannya”
Wajah Hiroto makin bersemu, lebih merah dari wajah Shou yang juga memerah. Shou pun tertawa dan membuat Hiroto juga tertawa. Semuanya mengalir begitu saja, hingga Shou membawa jemari tangannya meraih jemari Hiroto untuk dikaitkan bersama.
Dalam kehangatan bulan dan dinginnya malam, sepasang makhluk itupun saling terrengkuh dalam satu pelukan. Satu hal yang sangat diimpikan Hiroto,


Dan juga bagi seorang Shou.

Owari


N.b : Maafkan aku, Mpon~~

No comments:

Post a Comment