Sunday, October 20, 2013

Fanfic alice nine: Yes, I do [ShouXHiroto]



Title: Yes, I do
Author: Eri Tonooka
Chapter: 1/1 –OneShot-
Genre: Fluff
Pairings: ShouXHiroto
A/N: Shou mengungkapkan isi hatinya tentang Mpon >//<

***
Yes, I do
Lifehouse – You and Me

Langit kini tengah menampilkan pasukan awannya yang seperti kapas raksasa melayang di langit, dengan angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulit pucatku, ditambah suasana kelas yang cukup tenang. Terasa nyaman menikmati pelajaran hari ini.

Tapi itu semua hanya pelengkap. Hal utama yang bisa membuatku betah adalah karena kehadirannya di sampingku. Ia yang sesekali tersenyum saat sensei kami menjelaskan pelajaran, membuatku tak ingin lekas meninggalkan kelas ini. Keseriusannya dalam belajar membuatku ingin berlama-lama di sini. Terlebih saat keningnya berkerut dan bibirnya yang mengerucut kecil saat kesulitan memahami pelajaran, terlihat manis di mataku.

Bagi yang lain, susasana kelas mungkin terasa membosankan. Dengan pelajaran yang paling tak kau sukai dan sang pengajar yang juga menyebalkan. Ah, aku rasa itu tak berlaku untukku. Pelajaran apapun asalkan ada dia bersamaku, maka semuanya akan terlalui dengan nyaman.

Makhluk manis berrambut pirang inilah yang kumaksud. Gerak-geriknya selama mengikuti pelajaran tak lepas dari penglihatanku. Semuanya, dan bahkan aku tak punya waktu sendiri untuk mendengarkan apa yang dijelaskan sensei. Saat ia mengambil pensil dan memutarnya dengan kedua jari tangannya, seperti seorang drummer yang sedang beratraksi. Saat ia juga membolak-balikkan kertas catatannya sambil menggumam sesuatu yang aku dengar samar-samar seperti bernyanyi kecil.

Dia lebih mirip anak-anak ketimbang pelajar kelas dua sekolah menengah atas. Tingkahnya yang juga masih seperti anak-anak sangat terlihat jelas terutama saat ia sedang merajuk. Ah, aku jadi teringat dulu ketika kami masih kelas satu. Waktu itu aku ingin mengajaknya berkenalan, dan karena aku melihat kedua gigi depannya yang menonjol itulah aku mengatainya ‘gigi kelinci’. Bukan maksudku untuk menghinanya, aku hanya menggodanya saja. Tapi kurasa dia tidak suka dan kemudian merengut kesal. Bibir penuhnya itu pun ia majukan. Menggemaskan.

Aku suka semua yang ada pada dirinya, bahkan aku sering bilang padanya ‘aku menyukaimu’. Mungkin dia menganggap itu hanya lelucon dan mustahil terjadi. Mengingat kami sesama laki-laki. Tidak wajar kan melihat pemandangan seperti itu di kehidupan serba normal saat ini?

“Shou-kun?” dan tiba-tiba ia mengeluarkan suaranya tepat di depan wajahku.
“ah, ada apa?” ucapku kaget.

“kenapa melihatku terus? Ada yang aneh?” tanyanya dengan sedikit memiringkan kepalanya.
“tidak apa-apa. Hanya saja, kau tampak manis hari ini”. jujur sekali aku mengatakannya. Oh, dan dia terlihat tersenyum kecil sambil menundukkan wajahnya malu.

“Shou-kun tidak sedang bercanda, kan?”
“tidak sama sekali. Kau memang manis, Pon.” Tampak ia menganggukkan kepalanya pelan dan sedikit mendekat ke arahku.
“Shou-kun juga keren..hihihi.”

Dan pada saat ia terkekeh, sebuah deheman terdengar nyaring dari arah depan. Sensei menegur aktivitas kami tadi. Karena Pon aku sampai melupakan kehadiran sensei di sini.

Tak lama Pon bersuara lagi namun ia pelankan, “sepulang sekolah temani aku ke toko alat tulis, ya.” Wow, sebuah ajakan di saat yang tepat. Apa aku boleh mengatakannya sebagai ajakan kencan? Hhm, kencan tidak melulu di tempat romantis seperti cafe, kan?
“oke, aku akan menemanimu!”

***

Ke toko alat tulis sepulang sekolah bersama seseorang yang amat kau cintai adalah hal yang sangat membahagiakan. Sederhana sekali memang bagi pelajar seperti kami. Hanya menemaninya berbelanja alat tulis saja sudah seperti berkencan ala anak SMA. Tidak buruk, dia terkadang meminta pendapatku untuk memilih alat tulis mana yang lebih praktis digunakan. Semua terasa menyenangkan saat bersamanya.

“Shou-kun, di sana sepertinya ada buku menarik. Ayo ke sana!” dia menarik tanganku. Koreksi, dia bukan menarik lenganku. Telapak tangannya bersentuhan langsung dengan telapak tanganku. Digenggamnya agar aku tak jauh darinya. Seketika dadaku terasa hangat,, dan jantungku berdegup jadi lebih cepat.

“whoaa.. bukunya bagus-bagus semua!!” wajahnya begitu senang melihat buku-buku bersampul cerah berjejer di rak-rak buku. Ia pun tertarik dengan buku novel dan mengambilnya.

“kau suka novel, Pon?” tanyaku.
“sangat” ucapnya mantap dengan sebuah senyum khasnya.

“Shou-kun suka novel juga?”. Tidak mungkin aku menjawab kalau aku membenci novel, karena aku paling malas membaca buku tanpa adanya gambar. Terpaksa berbohong “yah, tapi tidak terlalu.”

Ia kembali melihat novel yang ia ambil. Melihat cover belakang dan membaca resensi di novel itu. Sementara itu aku melihat beberapa buku-selain novel- yang ada di dekatku. Sebuah buku bergambar anak-anak yang sudah terbuka segelnya. Kuambil itu dan membuka sekenanya. Buku bergambar ini mirip seperti yang sering dibelikan Ibu waktu aku kecil.

Kembali kulirik Pon dari balik buku ini, ia masih terpaku pada novel itu. Tidak mengherankan bagi seorang  penggemar novel sepertinya. Baru kusadari, di bagian rak buku ini hanya ada kami berdua. Pengunjung lain hanya berada di bagian penjualan alat tulis.

Dan pikiran abnormal ku pun muncul tiba-tiba.

“Pon, kemari sebentar..” ia menurut, segera ku buka lagi buku bergambar tadi sementara tangan kiriku meraih tubuhnya kedekapanku.

Aku berhasil menciumnya tanpa peduli respon apa yang ia berikan. Mataku tertutup dan merasakan bibir lembutnya yang terus bergerak. Aku tau dia pasti kaget, maka kubuat ia senyaman mungkin. Tanpa perlu takut orang lain akan melihat, aku sudah lebih dulu menutupi ciuman kami dengan buku bergambar tadi. Cukup gila dan nekat kalau kau ingin menirunya. Ah, sebaiknya jangan!

Kulepas ciumanku perlahan, mengambil nafas sejenak. Aku bisa lihat wajah merahnya yang menatapku itu. Ini terlalu imut, dengan bibirnya yang basah karena ulahku juga. Tak ada kata yang terucap darinya, mungkin masih terkejut dengan perlakukanku itu.

“Pon, aku mencintaimu.. dan aku tidak bercanda..”

“Shou-kun..?”

“keputusan ada di tanganmu, kalaupun menolak aku bisa menerimanya..”

Ia menunduk, dan tak lama ia kembali menatapku lagi. “aku..senang sekali Shou-kun mengatakannya. Aku.. merasa dicintai.. terima kasih...”

“jadi?”

Dan sebuah anggukan kecil ia berikan sebagai jawaban. Aku tak dapat menahan senyum kebahagiaanku lagi. Spontan aku memeluknya lebih erat tubuh kecilnya ini. Sungguh, harapanku ke sini sebagai ajakan kencan darinya ternyata jauh lebih istimewa dari yang kuduga. Aku berharap keputusannya adalah yang terbaik, mencintaiku juga seperti aku mencintainya.

***
Owari

4 comments:

  1. Manis sekali fanfic nya naaaak(?) suki suki <3
    Pon itu polosnya keterlaluan, jadi musti dicium dulu baru ngerti XDDDDDDDD

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mih (?) XD

      di penpic mah polos, di real ga tau dah :3

      Delete
  2. Iiiiih...
    Pengen tak cubit2 tu pipi pon pon.
    Pasangan yang manis sekaliii...

    ReplyDelete
    Replies
    1. mari rame2 kita cubitin pon!

      *Shou datang2 ngamuk ukenya dicubitin*

      Delete