Tuesday, October 15, 2013

Fanfic FEST VAINQUEUR: Still Miss You, Baby


Title: Still Miss You, Baby
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pairings: I’llXHAL
Warning: ujung-ujungnya gak jadian -_-”
A/N: Thanks to author love_sanaka @LJ who had inspiring me to wrote this fic. Coz I love Hal the cute bishie indeed, so I tried to make this (succesfully makes him and Airu to be my OTP).. and this is the first Fest fanfic I’ve made, I’m sorry if some disaster in anywhere #authoramatiran.

Still Miss You, Baby
FEST VAINQUEUR – I Don’t Want to Miss a Thing (Covered)


Bagiku, tak ada seorangpun yang mampu mengalahkan kelembutan suaranya, dan pesan yang dibawanya melalui sebuah lagu ciptaannya. Tak ada yang mampu kurasa, hanya dia yang memiliki itu semua. Terlalu egois? Ah, aku hanya mengungkapkan kenyataan tentang dirinya. Makhluk manis bersuara malaikat yang sekarang berada tak jauh dariku inilah yang kumaksud. Sosok seorang vokalis yang membuatku antusias bergabung dengan band kecil ini. Hanya dia yang mampu melakukannya.

Terkadang aku membayangkan agar bisa lebih dekat lagi dengannya, yah~ sekedar mendiskusikan aransemen lagu minimal. Aku suka semua yang ada pada dirinya. Semua terlihat sempurna, bahkan wajah lelahnya yang tak henti mengatur lagu itupun juga sangat indah. Walaupun tubuhnya secara fisik memang kecil, tapi jauh di dalam sana ada sebuah kekuatan besar yang entah itu apa sudah bisa membuatku sangat jatuh cinta padanya. Tak hanya suaranya yang bak malaikat, senyumnya pun jika terkembang jelas menampakkan sisi kebaikan hatinya.

Lelaki yang manis.

“Airu-san, kau belum pulang?” ia menoleh sedikit ke arahku dan kembali memfokuskan kertas liriknya lagi.

Wajar saja dia bertanya, karena yang lain sudah pulang lebih dulu meninggalkan kami berdua di sini. “aku belum ingin pulang sekarang..” Sebenarnya tidak ada alasan penting aku masih bertahan di sini, hanya saja aku masih ingin lebih lama bersamanya.

“mau membantuku menyelesaikan ini?” suaranya terdengar lebih berat, itu tandanya ia sudah mulai kelelahan.

Aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Mengambil kertas yang sudah penuh dengan coretan lirik dan nada. Kuperhatikan dengan seksama lirik yang sudah ia buat.

Menarik. Sebuah lirik cinta lagi.

“kau membuatnya dengan sangat bagus, Haru-san. Aku harus menyelesaikan bagian apa?”
“buatlah nada yang menyentuh. Aku ingin pesan lagu ini tersampaikan..” wajahnya semakin terlihat lelah dan matanya setengah tertutup.

“haahh.. aku mengantuk” dia menguap dan meregangkan tangannya ke depan “..aku tidur sebentar di sini ya, tak ada yang lihat juga.. mmh,, oyasumi”

Tidak salahkah ini? Malaikatku menjadikan pundak kiriku sebagai tempat untuknya bersandar? Aku harap aku tak salah mengira atas tindakannya ini. Ya Tuhan, jantungku berdegup kencang, tidak seirama dengan desahan nafasnya yang menyapu pundakku.

Matanya yang terpejam dan tak bergeming sedikitpun sangatlah damai. Hmm.. wangi shampoo yang ia pakai tadi pagi masih tercium jelas di rambut merahnya. Cukup membuatnya nyaman di pundakku dan aku harus tetap terjaga menyelesaikan lagu ini.

Yah, lagu berlirik cinta dan sangat puitis ciptaan Hal yang juga kusukai. Kuambil gitar terdekat-sebisa mungkin tanpa pergerakan besar agar ia tak terbangun- dan memangkunya. Memilih nada yang pas dan pesan lagu ini bisa tersampaikan.

Sudah hampir selesai, kulihat jam dinding menunjukkan pukul satu malam. Tidak terasa, padahal awalnya aku sangat mengantuk dan rasa kantukku segera hilang dengan keberadaan Hal di sini. Tertidur lelap di pundakku dengan kedua tangan yang saling merapat.

Aku ingin memeluknya.

‘Airu, sadar!’

Kupetik lagi gitar akustik yang masih kupangku itu. Sedikit lebih nyaring begitu kumainkan nada chorus. Sebuah gerakan terasa dari arah Hal.

Akh, dia terbangun.

“mmh, Airu-san jam berapa ini?” ucapnya masih dengan mata setengah tertutup. “satu malam..” dan sukses membuat matanya terbuka sepenuhnya.

“eeh? Kenapa tak membangunkanku? Lagunya bagaimana?” pertanyaan yang sulit di jawab. Tentu saja aku tak membangunkanmu karena aku ingin lebih dekat denganmu, dan tentang lagu..sebenarnya sudah selesai tapi tetap saja.. aku tak ingin membangunkanmu sekarang.

“tidurmu sangat nyenyak. Memang siapa yang bilang sendiri kalau kau butuh istirahat?” ucapanku membuatnya terdiam, membenarkan faktanya.

Oh, dia mengembungkan pipinya, manis.. “aku tidak memaksakanmu untuk menyelesaikan lagunya malam ini juga, kan?”. Itu juga memang benar, hanya aku saja yang terlalu memaksakan diri. Karena siapa juga? Itu untukmu Hal, kau tak mengerti..

Ia mendesah pelan, segera bangkit dan memeriksa beberapa lembar kertas liriknya. Diamatinya dengan teliti, membandingkan dengan coretan di kertasnya saat terakhir kali ia memberikannya padaku. “jangan bilang ini sudah selesai”. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan melirik tak tentu arah.

“Airu! Dasar kau!” dia meninju pelan bahuku dan sedikit terlihat senyuman di bibirnya. Tak lama ia bergegas ke sofa yang ada di depan dan mengambil jaket serta syalnya. Gawat, dia mau pulang.

“Haru-san! Chotto matte!”

“ada apa?”

“kau mau pulang?”

Dia mengangguk.

“aku ikut..”


Yah, kami sudah berada di jalan menuju pulang ke apartemen masing-masing. Cukup berjalan kaki karena jaraknya tak terlalu jauh. Rasanya sedikit canggung saat kami berjalan bersama. Aku ingin mulai bicara, tapi topik apa yang bagus?

“aku sangat suka suasana malam seperti ini..” lamunanku buyar saat Hal tiba-tiba berucap pelan.

Alisku naik sebelah, “kenapa kau menyukainya?”

“karena menenangkan. Aku bisa membuat lagu dengan mudah.”

Oh, aku baru tau. Ternyata dia tipe pria yang romantis, sesuai dengan lirik lagu ciptaannya selama ini.

“Haru-san, pasti kau punya banyak pengalaman saat membuat lagu” entah mengapa pertanyaanku ini terlontar begitu saja.

“ah, tidak juga.”  Pandangannya masih berfokus ke depan dengan kedua tangan yang ia sembunyikan di kantong jaketnya. “hanya sebagian yang benar-benar pengalaman pribadi. Selebihnya mengalir begitu saja.”

“seperti kisah sepasang kekasih yang cintanya dikhianati oleh sang gadis. Karena aku belum merasakan bagaimana rasanya, jadi aku hanya bisa mengandai-andai dan berimprovisasi..” tambahnya. Dan semoga saja kisah itu tak terjadi pada dirinya.

“bagaimana denganmu Airu-san? Apa kau punya pengalaman menarik yang belum sempat dituang ke dalam lagu?”

“mungkin belum” jawabku tersenyum kecil. Entah ia tahu atau tidak, tapi aku ingin sekali menuangkan ungkapan cintaku padanya ke sebuah lagu. Dengan melodi yang kuciptakan khusus dan akhirnya ia yang akan menyanyikannya.

“beritahu aku kalau Airu-san sudah mendapat ide bagus. Pastikan aku orang pertama yang melihatnya.” Sebuah kekehan kecil mengakhiri kalimatnya. Tentu saja, kaulah prioritasku Hal.

Tak terasa kami berjalan, kami sudah berada di apartmen Hal.

“Airu-san, terimakasih sudah membantu hari ini. Sampai ketemu besok.”

“ya. Selamat malam.”

Aku pun menjauh dari depan apartmen Hal dan segera pulang ke apartmen ku. Mendengar suara derap langkahnya yang semakin menghilang. Hanya di saat-saat seperti itulah aku bisa sedekat itu dengannya dan tanpa ada orang lain yang terlibat.

Dengan begini aku rasa aku hanya bisa menyimpan perasaan ini sendiri. Aku tak ingin membuat Hal takut dan kecewa jika aku menyampaikan isi hatiku yang sebenarnya. Cukup aku saja yang tahu.

***
Owari

Tambahan: ini sebenernya ff buat ultahnya Hal sebulan yg lalu. Tapi krna kebiasaanku yg sering ngestuck itu maka publish nya jadi ga tepat waktu. Untung aja aku peduli sama ni fic, kalo ga terlantar terus dah =_=”

No comments:

Post a Comment