Saturday, July 21, 2012

Fanfic SUKEBE!!!!!! (KazukiXManabu)

Title : SUKEBE!!!!!!
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pair : KazukiXManabu, ByouXRui, JinXManabu (?)
Chapter : OneShoot
Genre : Fluff
A/N : SUMVEHH, GUE CINTA BANGET SAMA DIA *nunjuk Abon*. Dan oiya, ternyata setelah gw buka folder epep ternyata masih ada satu fic gift buat kang mas Abon. Yaitu fic ini, oh pikunnya gw kenapa cuman ngepost yang
Pine Wood doang ß ketularan pikunnya Kai. Maafkan istrimu ini ya, kang mas Abon... *peyuk2 Abon*



SUKEBE!!!!!!

Setelah pulang dari kantor, ia sangat kelelahan karena membawa banyak sekali kado-kado hadiah dari fans, mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tanggal 23 Juni setiap tahun semenjak dia bergabung di ScReW, ia langsung mendapatkan banjir hadiah dari fans setianya. Ia sangat senang, dan oleh karena itu kado-kado itu-tak terkecuali- ia bawa pulang semua.

Kini ia sudah di apatonya, menaruh semua kado itu di lantai kosong. Dilihatnya satu per satu dan ia banyak menemukan hadiah makanan di sana. Hanya beberapa yang memberinya kartu ucapan, bunga, dan boneka. Manabu sudah sering mendapatkan boneka, dan sampai-sampai ia membeli lemari kecil khusus untuk boneka-boneka tersebut.

Makanan yang diberikan itupun ia lihat, paling banyak adalah makanan seperti kue ataupun tart dengan whipped cream. Ia berpikir memang tak akan terjadi apapun kalau kue seperti ini tidak dimakan dalam beberapa hari, tapi kalau ia tak sengaja lupa memakannya kan jadi terbuang sia-sia. Untuk itu, Manabu sengaja menghubungi kawan-kawan satu bandnya untuk datang ke apatonya sore ini. Ia bermaksud untuk membagi-bagi kue ini pada mereka.

Ia pun menelepon Jin, “moshi moshi~ Mana” sapa Jin di seberang telepon
“moshi moshi, etto.. Jinchan bisa ke apatoku sekarang kan? Aku mau ajak Jinchan sama yang lain makan kue di sini” ucap Manabu halus
“oke oke,, asikk kue lagi~~” serunya girang “iya, jyaa Jinchan” Manabu langsung memutus teleponnya.

Lanjut ia menelepon Rui, “moshi moshi, Ruichan.. lagi sibuk gak?”
“gak kok, ada apa Mana telepon?” . “aku mau ajak Ruichan ke apatoku sekarang, kita makan kue lagi” ketika terhenti berucap, Manabu mendengar seperti ada orang lain bersama Rui sekarang. “Byou juga ikut kan?” tanya Rui
“hai’, semuanya aku undang”
“baiklah, kau tak usah menelepon Byou. Dia sekarang bersamaku” tukasnya
“oke, aku tunggu ya” dan ia mengakhirinya

Jin sudah, Rui sudah, Byou juga sudah. Tinggal..... Kazuki!

Sebenarnya ia agak ragu mengubungi temannya itu. Oh salah, Kazuki tidak menganggap Manabu sebagai teman. Kazuki sering menjahili dan menggoda Manabu, yang itu membuat Manabu sangat sebal padanya. Tapi karena pada dasarnya Manabu itu orangnya tidak tegaan, jadi ia ‘terpaksa’ menelepon Kazuki.
Panggilannya tersambung, tapi tak seperti temannya yang lain yang langsung mengangkat panggilannya. Ia butuh beberapa lama untuk mendengar sahutan dari Kazuki.

“moshi moshi, Manachan.. maaf aku lama mengangkatnya”
Manabu sedikit mendengus “iya gak papa. Kazukun, ke apatoku sekarang ya” ucapnya to the point.
“kenapa? Kau kangen padaku, ya? Padahal kan baru tadi kita bertemu” goda Kazuki dengan senyum sukebe khasnya, namun sayang jika Manabu melihat tampang Kazuki saat ini pasti ia sudah mual-mual.
“jangan bercanda lagi, aku serius Kazukun”
“aku juga serius kok, hehehe...”
“uuh,, pokoknya Kazukun harus datang”
“hehehe,, baik Mana-chann <3”



Kembali ia ‘mengobrak-abrik’ isi kadonya dan wow, ia menemukan game. Tapi kenapa game kesukaan Jin? Pikirnya. Ia simpan game itu dan membuat rencana kalau ia akan memainkannya nanti dengan Jin. Pasti dia akan senang.

Semua kue-kue manis itupun ia letakkan di meja dan mengaturnya. Ia jadi senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya yang saat ini lebih senang daripada yang tadi. Apa mungkin karena Kazuki akan datang? Yap, mungkin saja kan.

“Hai, kami tidak telat kan?” ucap Rui yang baru masuk dari luar karena pintunya terbuka.
Manabu melihat Rui tidak sendiri, ada Byou di sana sedang mencoba mematikan rokoknya.
“gak kok, kalian yang pertama ke sini. Duduklah, kuenya dimakan ya” suruh manabu dan diakhiri dengan senyuman manis miliknya.

Sedikit berselang, Jin juga masuk tanpa permisi dan sudah duduk di sebelah Byou. “Manachan, ini kuenya ya.. waaa,, keliatannya enak nih”
“hehehe, makan aja Jinchan” ucap Manabu yang sedang menyusun CD game yang ia mainkan kemarin malam. Dan ia mengambil CD game pemberian fansnya yang tadi ia taruh.
“Jinchan, mau main ini gak?”

Jin yang masih mengunyah dan memegang sepiring kue coklat itu pun melotot seketika waktu melihat game favoritnya ada di tangan Manabu. Cepat-cepat ia taruh kuenya dan melesat ke arah Manabu.
“iya iya aku mau.. mau banget!!”

Dan Manabu membuka CD dan meletakkan kasetnya di pemutar kaset. Saat itu juga Jin berucap “kalau tak ada taruhan gak seru deh!”
Manabu menoleh dengan tatapan aneh. “berani taruhan gak Manachan?” Jin mengedap-kedipkan matanya.
“taruhannya apa?” dengan polosnya Manabu bertanya

“kalau kau menang, aku akan menggendongmu sampai ujung apato ini” Manabu berpikir sebentar, apatonya memang sangat luas dan kalau ia digendong nanti pastinya Jin akan kelelahan. Dan itu artinya Manabu benar-benar bisa mengalahkan Jin dalam urusan main game.
“boleh, lalu kalau aku kalah bagaimana?”
“gak susah kok. Kamu cukup mencium pipiku 20 detik. Pipi kiri sepuluh, dan yang kanan juga sepuluh”

Spontan Manabu mendelik, ia juga bisa mendengar suara kekehan dan tertawaan dari dua temannya di sana. Rui hanya terkekeh kecil, sementara Byou sudah tertawa seperti orang gila. Bukan Byou yang gila, tapi Jin, pikir Manabu. Kalau ia mengiyakan berarti bibirnya sudah gak perjaka lagi dong, walaupun hanya sebatas pipi. Tapi, dua puluh detik itu akan sangat lama jika kau serius menghitungnya.

“ak..aku,, ..” ucap Manabu terbata-bata, dia bingung.

“hei Jin, kalau dia tidak mau ya kenapa dipaksa” suara berat terdengar dari luar. Ternyata Kazuki, dia sudah berkacak pinggang di depan pintu. Ia menghampiri mereka berdua dan duduk di dekat Manabu. “jangan menodai anak sepolos ini dengan ke-sukebe-anmu, Jin” ucapnya dengan suara hampir mendesah di telinga Manabu. Refleks Manabu bergidik kegelian mendengarnya.

“ayolah Kazuki, kau sebenarnya mau kan Manabu menciummu?” sekarang malah Jin yang menatap nakal pada Kazuki. Ia kembali melanjutkan “Kazuki, sini sebentar”
Jin mengajak Kazuki berdiskusi sebentar tanpa Manabu. Sementara Rui dan Byou di depannya juga sedang berbisik-bisik.
“kurasa mereka akan berbuat licik lagi pada Manabu” bisik Byou pelan
Rui pun tersenyum menahan tawa “iya, sepertinya begitu. Kasihan Mana”

Kemudian Jin dan Kazuki kembali dari ‘diskusi rahasianya’. Jin duduk lagi di samping Manabu, “bagaimana? Mau kan, ayolah Manachan”

Manabu memasang wajah serba salah, ia mendengus lagi “baiklah, aku terima”
‘YES!’ seru Jin dan Kazuki dalam hati. Mereka tak bisa menutupi rasa senangnya begitu Manabu menjawab ‘ya’. Entah hal licik apa yang mereka lakukan nanti.

“oke Manachan, permainannya tiga kali ya” senyum Jin sambil memgang joystick gamenya, dan Manabu mengangguk pasrah.

Byou dan Rui masih mesra-mesraan di sofa sana, dan Kazuki hanya minum soda yang ada di kulkas Manabu. Itupun tanpa seijin sang empunya kulkas.

Ini sudah game yang kedua, permainan pertama Manabu yang menang tapi di game kedua jinlah pemenangnya. Dan game ketiga ini penentuannya. Bisa jadi Manabu yang akan digendong Jin sampai ujung apato, atau malah ia yang harus rela mencium kedua pipi Jin selama 20 detik. Semua tergantung usaha.

“YES!!! Aku menang kan, Manachan!!! Karena aku sudah tau cara menyelesaikan game ini degan mudah, jadi sesuai taruhan ya.. hehehe...” Jin sudah bersiap dengan pipi kirinya, sesekali ia mengetuk-ngetuknya agar Manabu lekas menciumnya.

Manabu shock atas kekalahannya. Harapannya akan digendong Jin pupuslah sudah.
“oiya, kalian bantu hitung ya” seru Jin pada ketiga temannya yang lain.
Dan acungan jempol mereka hadiahkan.

Manabu sudah mendekat ke pipi Jin, semakin dekat, hampir menyentuh, dan....

CUP

Ia sampai tak berani melihat apa yang ia lakukan sendiri. Manabu mendengar teman-temannya sudah menghitung sampai tujuh. ‘Tiga detik lagi Manabu, kau pasti bisa!!’ jeritnya dalam hati.

“yak selesai!!!” seru Kazuki yang dengan cepat Manabu langsung melepaskan bibirnya dari pipi Jin. Jin melihat Manabu seperti orang yang habis berlari ribuan kilometer tanpa air. Napasnya tersengal-sengal.
“jangan lega dulu, pipi kanan menunggu, lho”

Lagi-lagi Manabu tak bisa membantah, tapi begitu ia hendak melakukannya tiba-tiba Jin memotongnya “untuk yang ini kau harus tutup mata terus. Jangan dibuka!!” ucapnya keras, Manabu sampai takut dibuatnya  “Mengerti, Manachan?” lanjutnya lagi dengan penekanan yang lebih halus.

Manabu sudah menutup mata sesuai perintah Jin, ia merasakan wajahnya seperti terhempas angin dan bibirnya ia ulum sendiri, mengeluarkannya dalam keadaan basah.
“cepat cium” suruh Jin

Tak selama yang pertama tadi, Manabu menciumnya tanpa ragu-ragu. Bahkan ia sama sekali tak mendengar suara teman-temannya berhitung. Ia jadi bingung, padahal Manabu juga menghitung sendiri dalam hati dan ini bahkan sudah detik kelima belas. Ini curang!!!

Dirasa sudah melewati batas, ia sudahi ciuman di pipi Jin tersebut. Ia membuka mata dan melihat agak kabur seseorang di depannya memakai piercing di bibir kanannya. Setau Manabu, piercing di bibir Jin ada di kiri, bukan di kanan. Tapi.....

Spontan Manabu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia sangat kaget melihat orang di depannya bukanlah Jin, tapi.. Kazuki.

Ia melihat ke sekeliling dan menemukan Jin berada di samping Rui dan Byou sambil melambaikan tangannya seolah-olah sedang ber’hai’ ria.

“kalian bersekongkol?!” bentak Manabu marah, ia terus menggosok-gosokkan bibirya dengan tangan, berusaha menghilangkan bekas ciuman gila pada Kazuki tadi.

“Manachan, ciumanmu hangat loh. Yah, padahal aku ingin ciuman di bibir sih” Manabu menatap nanar Kazuki dan hampir menangis.

“Ruichan juga..”

“maaf Mana, Byou memaksaku..”

“jahat”

Manabu pergi secepatnya dari sana. Ia pergi ke lantai bawah apatonya dan duduk di selasar tangga penghubung. Wajahnya ia benamkan sambil menangis, ia peluk kakinya seperti orang menggigil.

Sementara di apato Manabu, mereka serempak diam seribu bahasa. Mereka saling berpadangan. Mencari siapa sebenarnya yang bersalah atas marahnya Manabu. Mereka ini memang sangat suka mengerjai Manabu, kecuali Rui. Ia tak tau kalau ia sendiri juga ikut terlibat karena Byou memaksanya diam.

Sampai Kazuki bangkit “aku akan menemuinya”

“cepatlah, Manabu pasti sedang menangis sekarang” Rui sangat khawatir pada temannya itu, terlihat dari suaranya yang agak serak.


Kazuki celingak-celinguk ke sana kemari, hingga ia mendengar suara sesenggukkan dan ia pun mencarinya. Matanya menangkap sosok Manabu di tangga paling bawah, Kazuki tak bisa mendengar tangisan pilu dari seorang Manabu.

Ia mendekatinya, dan duduk sejajar dengan Manabu. Meletakkan tangan kanannya di bahu mungil Manabu, mendekapnya erat. “maaf ya”’

Manabu tak menjawab, ia malah menjauhkan diri dari Kazuki. “Kazukun jahat...”

“Manachan, kami hanya bercanda. Kau kan sudah biasa kami jahili, masa’ Manachan menangis hanya karena ini” hibur Kazuki “nanti gak cantik lagi loh”


“aku benci Kazukun!!! Huh!” Manabu membuang muka tak melihat Kazuki. Sebenarnya ia sudah tak terlalu marah, tapi ia masih sebal. Ia maju mundurkan bibirnya dan Kazuki yang melihat itu tersenyum geli. 
Menurutnya Manabu sangat imut seperti itu, rasanya ingin meraih bibir merekah itu dan melahapnya.

“ayolah Manachan, jangan cemberut begitu. Jadi jelek tuh mukanya” Kazuki mencoba mencuri pandang ke Manabu dan sedikit mencolek pinggangnya agar Manabu menoleh padanya.

“iih,, Kazukun geli tau!” Manabu menggerak gerakkan badannya kegelian. Kazuki tampaknya sudah berhasil membuat Manabu tak marah lagi.
“tuh kan, kalau ketawa cantik deh. Hihihi...”

Manabu langsung memukul-mukul lengan Kazuki walaupun Kazuki sendiri tak menganggapnya sebagai pukulan. Malah lebih seperti sebuah sentuhan, karena tangan Manabu sangat kurus.

Tepat setelahnya, Kazuki mengunci kedua tangan Manabu dengan tangan kanannya. Sementara tangan yang lain ia tempelkan di belakang kepala Manabu dan membawanya mendekat ke wajahnya. Manabu melebarkan matanya, begitu tau sesuatu yang basah dari bibir Kazuki dan dinginnya piercing itu sudah menyentuh bibirnya. Kazuki tak ingin merusak suasana hati Manabu lagi, oleh karenanya ia langsung menghentikannya. Hanya ciuman sekilas, not deepen but have an electric in there.

“aku menyukaimu, Manachan...”

Manabu terbengong-bengong, mulutnya sedikit terbuka dan melihat Kazuki seperti halusinasi.
“hontou?”

Kazuki menaikkan bibir berpiercingnya itu sedikit “yap, aku suka padamu waktu awal kau bergabung dengan kami”
“awas saja kalau Kazukun menjahiliku lagi. Aku akan benci Kazukun selamanya!”

“oke oke. Senyum dulu dong” godanya lagi ditambah ia menyolek dagu Manabu
“iih tuh kan! Gak bisa dipercaya”

***

“RUICHANNNNN!!!!!!!!!”

Pagi-pagi seisi apato Manabu sudah dikejutkan dengan teriakan tak henti-hentinya dari Manabu. Dia berlari dari kamar mandi ke kamarnya dan membangunkan Rui secara paksa. Ia langsung menubruk Rui dan menangis sekencang-kencangnya.
“ada apa Manachan?”

“hiks..hiks.. Kazukun jahat.. hiks..hiks..”
Rui mencoba mengedipkan matanya dan mulai sadar “jahat kenapa? Dia menjahilimu lagi?”

Ia menggeleng “dd...diia, ngintip aku mandi!!”
Rui menahan tawanya, ia tak habis pikir. Se-sukebe itukah Kazuki sampai-sampai tega mengintip Manabu yang sedang mandi!?

“hikss.hiks.. Ruichan, marahin dia..”
Pelan Rui mengusap kepala lembut anak itu “iya, nanti aku marahin”
“gak mau!! Pokoknya sekarang!! Aku malu, Ruichan....hiks..hiiks..”

Tak lama orang yang diperbincangkan pun datang tanpa rasa berdosa.
“hoi Rui? Sudah bangun? Eh,, Manachan~~ kenapa kau lari tadi?”

Manabu sudah bersembunyi di balik punggung Rui. Mengintip Kazuki sedikit takut-takut kalau Kazuki bisa berbuat lebih berbahaya dari yang tadi.

‘Ruichan, marahin dia sekarang..’ Manabu berbisik ke telinga Rui.

Rui mulai menginterogasi Kazuki dengan menatapnya tajam “Kazuki, kamu apakan Manabu tadi?”
“tidak ada.. aku hanya melihat sesuatu yang menarik”

“BOHONG!!!”
Kazuki mendelik pada Manabu yang gemetaran di belakaang sana “bohong apanya Manachan? Aku baru saja melihat sesuatu yang menarik tadi. Aku benar kan?”

“yang kau sebut menarik itu mengintip orang mandi?!! Dasar SUKEBE!!!!!”
“wah aku ketahuan ya..”

Manabu makin tak sabar saja ingin mencakar-cakar wajah Kazuki, namun mengetahui situasi makin panas, Rui pun menenangkannya.

“Kazuki, cepat minta maaf” suruh Rui

“oke oke..” Kazuki menghampiri Manabu yang masih di belakang Rui. Ia mendudukkan dirinya dekat sekali dengan Manabu.

“maaf ya Manachan.. aku tidak sengaja kok..” Manabu serius sekali memperhatikan wajah Kazuki, sampai-sampai ia tak sadar kalau tangan Kazuki sudah menjelajah ke area tubuh Manabu.

Barulah ia sadar bahwa ada sesuatu yang menggerayangi bokongnya. Pelan ia menoleh dan terlihat jelas tangan Kazuki sudah berhasil mendapatkan salah satu ‘aset berharga’ miliknya.


Dan Kazuki mendapat sebuah Slap yang cukup keras dari seorang Manabu.


“ DASAR SUKEBEEEEEE!!!!!!!”


Owari

No comments:

Post a Comment