Wednesday, July 31, 2013

Fanfic SCREW: Right Beside You [DISCONTINUED]


Title : Right Beside You
Author : Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Pairings : KazukiXManabu, ByouXManabu
Genre : School life, Drama, Romance, Angst
Warning: ini adalah fanfic discontinued yang sekiranya bisa untuk menuh2in blog (rese banget kan gue?)
A/N : sebenernya gue ga yakin juga mau publish ini, tapi karena pada dasarnya gue ga tahan liat fic numpuk di netbook, yasudahlah gue munculin aja di sini.

Right Beside You
Flyleaf – I’m so Sick

Di hari pertama tahun ajaran baru Kazuri High School, lapangan sekolah elite khusus laki-laki itu sudah penuh dengan siswa baru yang telah lulus ujian masuk sebelumnya. Tentu saja suasana di sana sangatlah ramai, penuh dengan siswa ber-almamater yang masih baru dan rapi. Ada yang senang masuk di kelas terbaik, dan ada yang biasa saja namanya tertera di kelas terakhir. Salah satu contohnya, Kazuki. Siswa dari Kanagawa ini sengaja memilih sekolah di Tokyo karena alasan ia ingin meneruskan sekolah ke tempat yang lebih baik di banding tempat kelahirannya itu. Dengan IQ yang lumayan, dia bisa masuk ke kelas A berbarengan dengan teman-teman barunya yang juga cerdas.

Ia sungguh senang, dengan begitu selangkah ia sudah bisa menapaki cita-citanya sebagai arsitek. Karena impiannya adalah membangun sebuah rumah untuk orang tuanya dan untuk dirinya kelak. Ia ingin seperti itu, dan ia bersungguh-sungguh akan belajar keras agar impiannya dapat terwujud.

Sepuluh menit sebelum pelajaran benar-benar dimulai, Kazuki yang melihat keluar kelas tak sengaja menangkap sosok anak laki-laki berseragam sama dengannya yang mulai masuk ke kelasnya. Tapi anehnya, anak itu masuk dengan ekspresi ketakutan dan nyaris kembali keluar. Kazuki makin memperhatikan anak itu. Dengan susah payah, ia masuk ke kelas sambil menundukkan kepalanya, dan sempat juga ia salah menempati kursi. Kazuki menjadi penasaran karenanya.

Akhirnya anak yang kelihatan lebih kecil dari Kazuki itu pun duduk di pojok kelas sambil terus menggenggam kedua tangannya.
‘kenapa dia?’ pikir Kazuki

Jam istirahat, semua siswa di Sekolah tak terkecuali kelas Kazuki berada pasti menuju ke cafetaria untuk makan siang. Namun berbeda halnya dengan anak yang Kazuki perhatikan tadi pagi. Kazuki sengaja mengintip dari luar jendela untuk melihat apa yang dilakukan anak itu. Dan ternyata dia membawa kotak bekal dan mulai memakan isinya. Masih saja dengan ekspresi takut, tapi terlihat agak berbeda dari yang tadi. Wajahnya terlihat lebih tenang dan mampu mengontrol dirinya.

Kazuki mengurungkan niatnya untuk ke cafetaria dan kembali ke kelas. Begitu mendengar suara langkah kaki dari luar, anak pembawa bento itu segera menyimpan kotak bekalnya ke dalam laci. Kazuki pun mendekati anak itu berusaha meyakinkan bahwa tak ada yang perlu ditakuti olehnya.

Anak itu tak berani melihat Kazuki yang sudah duduk di depannya.

“hai?” Kazuki membuka percakapan. Bukannya menjawab, anak itu malah makin menunduk takut. “jangan takut. Aku tak akan menyakitimu.. namamu siapa? Aku Kazuki” ucapnya ramah sambil menjulurkan tangan ke arah anak itu.

Anak itu tak merespon jabatan tangan Kazuki. Ia hanya berbicara pelan. “Manabu”

Manabu, anak yang mampu menarik perhatian Kazuki karena sikapnya yang bisa dibilang ‘aneh’ itu. “kenapa tidak jadi makan? Kau malu, ya?” tanya Kazuki sambil terus melihat wajah Manabu lekat-lekat. Ia menggeleng. “kalau begitu keluarkan.. aku ingin tau kau bawa bekal apa”

Perlahan Manabu mengambil bento yang tadi ia sembunyikan. Meletakkannya di atas meja dan membukanya lagi. Kazuki sumringah melihat jejeran lauk yang banyak itu “wahh,, kelihatannya enak..”

Manabu yang bersiap memakan telur gulungnya pun berhenti sejenak dan mendongak melihat ke arah Kazuki. Ia jadi tak enak begitu melihat Kazuki yang menatap makanannya terus.
“ambil saja kalau kau mau,,” tawar Manabu sambil menggeser kotak bekalnya ke depan.
“terima kasih, ya.” Manabu menyerahkan sumpitnya kepada Kazuki, dan langsung mengggunakannya untuk mengambil potongan sosis matang berwarna merah menyala itu.
“enak sekali..” puji Kazuki. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat menikmati.

Karena terlalu lama menikmati makanan enak itu, Kazuki jadi lupa kalau Manabu sendiri belum makan apapun.
“ah, gomen.. ini” Kazuki mengembalikan sumpit itu lagi, dan Manabu menerimanya dengan agak canggung. Manabu mulai memakan bekalnya pelan-pelan, sambil berpikir Kazuki akan segera pergi dari situ.

Tapi sampai Manabu selesai dengan makannya, Kazuki tak kunjung pergi dan sedari tadi ia terus saja memerhatikan Manabu yang sedang makan. Hingga Manabu benar-benar menghabiskan bekal makannya.
**
Jam kedua pelajaran hari ini baru saja masuk, semua teman Kazuki yang tadi pergi ke cafetaria langsung masuk ke kelas dan beberapa di antaranya menghampiri Kazuki dan mengajak Kazuki untuk kembali ke tempat duduknya semula.

Kazuki pun menuju kursinya lagi namun sesekali ia terus mencuri pandang ke arah Manabu.

“hei, Kazuki, kau tadi ngobrol dengan Manabu senpai?” tanya seorang anak laki-laki berparas manis itu pada Kazuki.
“ha? Apa maksudmu dengan memanggilnya senpai?.. dan sebenarnya kau sudah kenal dengannya, Rui?” Kazuki balik bertanya. Rui-anak berparas manis- itu memutar bola matanya dan menghela napas berat, “wajar saja kau tak tau. Manabu senpai itu sebenarnya kakak tingkat kita, beda setahun”

Kazuki menganga tak percaya, keningnya berkerut heran. Ia penasaran dan mendekatkan kursinya lebih dekat lagi dengan kursi Rui. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Manabu.

“dia seharusnya sudah duduk di kelas 2, tapi karena dia punya penyakit parah, jadi dia harus tinggal kelas karena harus berobat selama setahun penuh” jelas Rui serius.
“penyakit? Apa?” Kazuki makin dibuatnya penasaran.
“jangan beritahu siapapun, ya. Ini rahasia” ucap Rui, dan Kazuki mengiyakannya.
Rui langsung berbisik ke telinga Kazuki dan berucap sangat pelan,
Phobia keramaian...
“hee??” Kazuki tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Penyakit apa itu? Aneh. Pikirnya.
“sudah kuduga pasti kau tak akan percaya, tapi itu memang kenyataan. Dia jadi begitu karena trauma, sewaktu SMP ia pernah punya pacar, dan pacarnya meninggal di wahana roller coaster” ekspresi Rui kini berubah menjadi takut dan ngeri. Membayangkan yang sama dengan apa yang pernah Manabu lihat.

“Manabu senpai sangat mencintai Byou senpai. Bahkan aku juga sempat menyukai Byou senpai karena wajahnya yang sangat tampan itu” .. “bayangkan saja, Byou senpai itu punya darah Jerman dan terlebih ia kaya. Sosok yang sempurna untuk dijadikan pacar” jelasnya lagi.
“Byou? Itu nama pacarnya?”. Rui mengangguk. “jadi itu sebabnya, ia tak pergi ke cafetaria tadi?”. Rui mengangguk lagi.
“apa penyakitnya bisa disembuhkan?”. Sejenak Rui berpikir bahwa selama ini belum pernah ia mendengar hal apapun tentang bagaimana cara menyembuhkan traumatis seperti yang Manabu idap.
“aku tak tau. Tapi, mungkin saja dengan membawanya ke tempat yang ramai dan sedikit latihan, dia bisa sembuh”
Kazuki diam, sedikit ia menyetujui rencana Rui itu. “sepertinya bagus..”

 “ano, Manabu pulang bareng yuk. Aku bawa sepeda” Kazuki menawarkan diri di depan Manabu yang masih menunggu keadaan hingga sepi.
“rumahku jauh”
“tenang saja, aku akan mengantarmu sampai rumah.. sekalian aku bisa tau rumahmu”
“tidak perlu. Onii-san akan menjemputku sebentar lagi”
Harapan Kazuki jadi hilang. Mukanya berubah kecewa. “tapi apa aku boleh berkunjung ke rumahmu suatu saat nanti?”

“terserah kau saja” Mendadak wajahnya kembali bersemangat “ayo pulang, ku antar sampai depan”

Manabu mengangguk, keadaan juga dilihatnya sudah sepi jika dibandingkan dengan yang tadi.

Kazuki berjalan berbarengan dengan Manabu siang itu, menunggu kakak Manabu datang menjemput karena alasan ia tak ingin membiarkan Manabu sendirian mengingat phobia nya pada keramaian.

“itu dia” ucap Manabu tiba-tiba dan menunjuk sebuah mobil berwarna hitam yang menuju ke arah mereka.
Mobil itu pun berhenti di depan Manabu dan Kazuki, dan kaca depan pengemudi itu terbuka dan memperlihatkan sesosok laki-laki yang tampan berwajah tirus.

“ayo masuk, Manachan..” suruh orang itu yang sebelumnya memberikan senyum pada Kazuki.

“Kazuki, aku pulang dulu. Terimakasih untuk hari ini..” Manabu pun masuk ke kursi belakang mobil dan mobil pun melaju meninggalkan Kazuki di sana.

‘pasti itu kakaknya...’

**
Sebelum Manabu datang, Kazuki sduah berrencana untuk memulai berteman lebih akrab dengan Manabu. Ia sudah membawa bekal bento agar Manabu tak sendirian memakan bekalya saat jam istirahat. Dan ia juga akan menemani Manabu menunggu kakaknya menjemput Manabu pulang.
“Kazuki!” panggil Rui dari jauh. Kazuki hanya berdehem keras tanpa melihat ke arah Rui, karena sekarang ini Kazuki sedang sibuk menyalin catatan yang tak sempat ia catat kemarin.

“aku punya tiket ke taman bermain, kau mau tidak?”

Spontan Kazuki menghentinkan menulisnya, ia melihat ke arah Rui dengan tatapan-tidak-salah-kah-kau-menawariku-ke-taman-bermain?-

“taman bermain? Memangnya aku anak SMP?”

“kakakku memberikan ini padaku, dan tentu saja aku tak mau. Dan kenapa aku menawarimu ini, itu karena Manabu senpai juga” Telinga Kazuki sangat peka jika nama Manabu disebut. Dan memang benar, dua hari terakhir ini ia selalu menyebut-nyebut nama Manabu saat bersama Rui atau temannya yang lain.

“kenapa Manabu?” tanya Kazuki. “masa kau lupa. Kau ingin menyembuhkan penyakit Manabu senpai, kan?”. Kazuki mengangguk.

“ini, kuberikan padamu, pas dua buah. Kau ajak Manabu senpai ke sana dan sembuhkanlah ia” pinta Rui. “dan jangan lupa kau bawa dia ke wahana roller coaster, buat dia bisa melupakan musibah kematian Byou senpai”

Kazuki akhirnya ingat, ia harus melakukan itu. Tapi ia merasa dirinya seperti diberi tugas berat dan harus melaksanakan hingga berhasil. Ia pun berani memenuhi suruhan Rui. Ini demi kesembuhan Manabu juga, pikirnya.

**

Jam makan siang, Kazuki mendekati ke kursi Manabu sambil menenteng kotak bekalnya. Ia duduk lagi di depan Manabu dan menaruh bentonya di meja.
“kau bawa bekal juga?” tanya Manabu sedikit heran.
“aku sedang ingin berhemat” Kazuki tersenyum “juga ingin menemanimu di sini. Pasti kau merasa sepi, kan?”

Mendadak raut muka Manabu menjadi dingin, begitu mendengar kalimat terakhir Kazuki barusan. “aku tidak kesepian,,”. Kazuki menengok ke arah Manabu “Manabu..”
“aku tidak kesepian. Karena Byou masih ada di sini.. hik..” tiba-tiba saja Manabu mulai terisak pelan.

“Manabu, maafkan aku...” secara tak sadar ia meraih tangan Manabu dan menggenggamnya, namun Manabu menjadi takut dan melepas genggaman Kazuki.

“Manabu, Byou itu pacarmu?”

Tak menjawab. Manabu justru diam dan matanya terfokus pada satu titik namun kosong.
“kalau kau tak mau cerita, tidak apa-apa. Ayo, makan bekalnya”

Pelan-pelan Manabu melihat ke arah Kazuki yang sedang membuka kotak bekalnya. Entah kenapa ada rasa hangat menjalar di tubuhnya saat ia melihat mata Kazuki. Manabu pun tak tau itu apa.

***
stuck on 10/02/2013

No comments:

Post a Comment