Sunday, June 23, 2013

Fanfic [SCREW] Good Side of Me chapter 1


Title: Good Side of Me
Author: Hikari Ogata a.k.a Eri Tonooka
Chapter: 1/4
Genre: Drama, Romance, Supernatural, School activity
Pair: KazukiXManabu, ByoXRui
Rating: PG
Language: Bahasa Indonesia
A/N: Fic Sekrup lagi... BANZAI!!! Setelah sekian lama, akhirnya..


Good Side of Me
the GazettE – Dripping Insanity

Sudah dua tahun aku bersekolah di sini, dan sudah dua tahun pula tak ada yang berani menjadi temanku. Selalu sendiri dan dianggap sebagai seorang penyihir dan pembawa bencana. Sangat sulit bagiku di saat tahun pertama, namun aku baru menyadari bahwa selalu sendiri itu tidaklah seburuk yang kubayangkan dulu. Tak ada yang berani memarahiku jika aku melakukan kesalahan, bahkan mereka selalu memberiku jalan jika jalan di depanku penuh sesak oleh orang-orang. Ya, aku tau itu bukanlah sebuah keuntungan. Malah sebaliknya. Tapi aku tak bisa berbuat apapun untuk membujuk mereka agar mau berteman denganku. Aku hanyalah orang yang sudah mereka cap sebagai peramal keburukan. Bukankah itu aneh? Mengingat orang tuaku yang punya profesi sebagai peramal di kuil tua. Aku juga memiliki darah yang sama dengan mereka. Mereka mewarisiku dengan kemampuan indra keenam yang jarang dimiliki orang-orang seusiaku. Dan apakah aku harus bersyukur dengan itu?


Pagi seperti biasa. Semua ‘teman’ di kelasku berubah diam ketika aku masuk kelas. Dan selanjutnya mereka selalu berbisik-bisik saat aku sudah duduk di kursiku. Kursi di pojok belakang yang sengaja dibuat berjarak lebih jauh dari kursi-kursi lainnya.

Pelajaran sejarah, cukup membosankan hari ini. Berada di kelas sama saja seperti berada di sebuah planet asing yang orang-orang di sana melihatku dengan tatapan aneh. Menulis catatan yang sama sekali aku tak menyukainya. Aku lebih baik pulang dan bermain video game.

Tiga jam pertama telah usai. Waktunya istirahat dan aku benar-benar ingin keluar. Berjalan-jalan melewati ruangaan kelas yang lain. Aku berjalan keluar dan menaiki anak tangga yang menuju ruang kelas 3. Ada keinginan kecil untuk melihat masa depan dari orang-orang ini.

Diam sejenak.

Membuka mata dan mulai melihat-lihat siapa tahu ada yang punya masa depan baik di sini. Satu kelas, suram semua. Kelas yang lain, hanya beberapa. Dan oh tidak, apa ini? Auranya sangat gelap. Dari mana ini berasal?

Semakin lama semakin mendekat.

Brukk.

Seseorang menabrakku dari depan. Auranya sangat jelas. Mungkinkah dia si pemilik aura gelap ini?


“hey, perhatikan jalanmu” ucap orang itu setengah membentak. Kulihat orang itu, berseragam olahraga, tinggi dan punya sepasang mata yang indah. Dan apa yang kutemukan? Auranya memang berasal dari dia.

“ah, maaf” aku membungkukkan badan dan kembali melihat dia.

Dia yang masih membenarkan lengan seragam olahraganya, balas menatapku. “kenapa kau melihatku? Ada yang salah?” tanyanya mulai marah.

“tt..tidak. maaf..” aku pun pergi kembali ke kelas dan berusaha menghilang dari hadapannya.

***

Kembali ke kelas, aku masih memikirkan orang itu. Baru kali ini aku menemukan orang beraura seperti itu. Pastilah dia orang jahat. Semoga aku tak bertemu dengannya lagi.

“Manabu-san,,”

Sialan, aku melamun. “ah,, iya sensei?”. “lanjutkan haiku yang dibaca Matsumoto tadi”

“bb..baik”

***

Esok harinya, aku masuk sekolah tidak dengan jalan yang biasa kulewati setiap hari. Aku memilih jalan ‘tikus’ karena hari ini aku sedikit terlambat. Memanfaatkan jalan kecil sepanjang jalan ke sekolah, aku berjalan secepat mungkin agar pintu gerbang sekolah belum ditutup.

Yokatta,, aku berhasil. Dan oh ya, hari ini kelasku akan ada jam olahraga. Aku sangat menyukai pelajaran ini, karena di sini aku bebas melakukan hal apapun. Menendang bola, melempar lembing, dan berlari. Menyenangkan.

Hari ini aku bertugas untuk mengambil dan mengembalikan peralatan olahraga di gudang. Dan sekali lagi, tidak ada yang mau menjadi partnerku. Walaupun begitu, aku senang melakukannya. Merasa seperti ada yang masih membutuhkan bantuanku.

Sepak bola. Jenis olahraga yang paling kujagokan. Aku bahkan pernah membuat gol di saat aku dan teman sekelasku bertanding dengan kelas tiga tahun lalu. Dan hebatnya tidak ada selebrasi berarti untukku saat itu.

***

Cukup melelahkan setelah berlari ke sana-kemari menggiring bola. Dan saatnya aku untuk mengembalikan bola ini ke gudang. Gelap, seperti tadi aku memasukinya. Tidak ada ventilasi, peneranganpun hanya lampu neon itu.

Aku menutup pintunya dan memasukkan bolanya ke dalam lemari, dan saatnya kembali ke kelas.

Aneh. Tidak bisa dibuka.

Pintunya terkunci.

Astaga. Kenapa bisa begini?! Orang-orang sangat jarang melewati gudang ini, dan aku? Tak bisa keluar.

Kugedor-gedor pintu tua itu sekeras mungkin. Berharap ada seseorang lewat dan membukakan pintu ini.

“apa ada orang di luar?!! Tolong buka pintunya!!! Aku terkunci!!!” kalimat yang terus kuulangi sampai aku kelelahan. Tak ada ventilasi, aku tak bisa bernapas lebih lama lagi.

Aku ingat pesan seseorang, ‘jika kau berada di suatu tempat yang tertutup, maka kau jangan bertingkah yang berlebihan. Cukup diam agar kau tak kehabisan napas’. Baiklah, aku diam.

Bergerak lemas ke arah pojok dan memeluk kakiku. Menenggelamkan kepala di antaranya. Kepalaku terasa pusing dan sepertinya pasokan oksigen di ruangan ini sudah hampir habis.

Pandanganku buram dan semuanya tak terlihat lagi.


To be Continue

No comments:

Post a Comment